Industri Sawit Ketiban Untung dari Lonjakan Harga CPO

Melonjaknya harga komoditas CPO membawa keuntungan bagi industir kelapa sawit di Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Mei 2022, 14:20 WIB
Diterbitkan 10 Mei 2022, 14:20 WIB
PT Eagle High Plantations Tbk
Ilustrasi industri kelapa sawit CPO.

Liputan6.com, Jakarta PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) mencatat peningkatan pendapatan sebesar 34 persen menjadi Rp2,9 triliun di tahun 2021 dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp2,2 triliun.

Harga CPO yang tinggi di tahun 2021, ditunjang dengan keputusan manajemen yang tepat, telah menempatkan BWPT pada posisi yang lebih baik di tahun 2021. Pendapatan naik 34 persen, EBITDA naik107 persen menjadi Rp 817 miliar. Selain itu, operating profit juga naik 194 persen menjadi Rp 278 miliar,“ ungkap Direktur BWPT Henderi Djunaidi.

Henderi menjelaskan, di tahun 2021, pihaknya telah melakukan berbagai langkah strategis untuk mengendalikan biaya dan meningkatan efisiensi operasional, termasuk menyelesaikan peremajaan pabrik kelapa sawit. 

"Di tahun 2022, kami akan terus berfokus pada pengoperasian kebun dan pabrik yang optimal, termasuk program pemeliharaan dan pemupukan, program panen dan peremajaan alat berat. Perseroan juga akan mengoptimalkan utilisasi seiringkenaikan harga komponen produksi seperti solar dan pupuk yang di luar kontrol Perseroan dan kemungkinan adanya inflasi,” lanjut Henderi.

Di samping itu, Perseroan juga berfokus untuk peningkatan kualitas dari fasilitas karyawan sehingga produktivitas tetap terjaga.

Sepanjang tahun 2021, BWPT telah mendivestasikan sejumlah aset perkebunan yang diyakini tidak sesuai dengan arah strategis masa depan perusahaan.

“Dengan mendivestasikan perkebunan-perkebunan tersebut, kegiatan operasional dan finansial EHP menjadi lebih efektif dan efisien. Selain itu, kegiatan ini juga memperkuat arus kas dan mengurangi kewajiban hutang Bank, ditunjukkan dengan beban bunga yang turun sebesar 21 persen dan bank loan yang turun sebesar 16 persen pada tahun 2021. Dampak positif dari divestasi ini tentunya akan berlanjut ke arus kas perseroan ke depannya," jelas dia.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Sertifikasi RSPO dan ISPO

CPO
Ilustrasi CPO

Untuk memastikan keberlanjutan dalam operasional bisnisnya, BWPT telah memiliki 1 sertifikasi RSPO dan 6 sertifikasi ISPO.

“Kami memiliki komitmen nyata dalam penerapan aspek environmental, social and governance (ESG) dalam bisnis kami. Tahun ini kami akan menambah 1 sertifikasi RSPO dan 2 sertifikasi ISPO,” ujar Henderi.

BWPT saat ini tercatat di peringkat 32 dari total 100 produsen, pengolah, dan pedagang minyak yang dinilai oleh SPOTT (Sustainability Policy Transparency Toolkit – penilaian oleh organisasi non- profit Zoological Society London). “Di salah satu pabrik kelapa sawit kami juga telah terpasang dan beroperasi sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Biogas yang merupakan Energi Baru Terbarukan (EBT), yang rencananya akan didaftarkan dalam mekanisme untuk mendapatkan carbon revenue,” terang Henderi.

“Kami optimis performa BWPT di tahun 2022 akan lebih baik lagi. Kinerja perusahaan yang baik, strategi perusahaan yang mengacu pada pedoman ESG, dan harga CPO yang kami yakini akan tetap tinggi, menjadi kunci keberhasilan kami di tahun 2022 dan pertumbuhan double digit akan kembali tercapai di tahun 2022,” tutup Henderi.

Perseroan juga telah selesai menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan pada 9 Mei2022, antara lain memutuskan perubahan pengurus Perseroan dengan susunan Dewan Komisaris adalah Abed Nego sebagai Komisaris Utama, Deddy Setiadi sebagai Komisaris dan Yohanes Wahyu Saronto sebagai Komisaris Independen. Adapun susunan Direksi yang baru adalah Henderi Djunaidisebagai Direktur Utama, Andrew Haryono dan Yeoh Lean Khai sebagai Direktur.

Harga CPO Cetak Rekor Tertinggi Dalam Sejarah

Ilustrasi CPO 4 (Liputan6.com/M.Iqbal)
Ilustrasi CPO

Sebelumnya, melonjaknya harga komoditas dinilai sangat menguntungkan bagi Indonesia. Alasannya, saat ini harga CPO telah mencapai harga tertinggi dari yang pernah terjadi.

"Harga CPO memang sangat tinggi beberapa bulan terakhir dan sekarang masih. Harga tertinggi pernah mencapai UDS 1.926,9 per ton. Ini harga record paling tinggi sepanjang masa," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu dalam webinar Macroeconomic Update 2022, Jakarta, Senin (4/4/2022).

Artinya, lanjut dia, nilai tambah yang diterima Indonesia lebih besar. Mengingat ekspor CPO dan sawit Indonesia tinggi. Belum lagi harga batubara yang menambah sumber likuiditas perekonomian saat harganya tinggi.

Febrio mengatakan, setiap ada kenaikan harga komoditas, akan berdampak mengalir ke sektor perbankan. Kemudian mengalir ke masyarakat, khususnya bagi petani yang menikmati kenaikan harga tersebut. Sehingga secara tidak langsung perekonomian di sekitar sektor tersebut akan meningkat.

"Jadi biasanya akan melihat komoditi harga tinggi, penjualan kendaraan bermotor akan tinggi, penjualan tv akan naik, elektronik akan tinggi," kata dia. "Artinya akan salurkan DPK (Dana Pihak Ketiga) di perbankan yang selama 2 tahun ini tumbuh sangat tinggi di atas 10 persen dua tahun berturut-turut," sambungnya.  

Antisipasi Gejolak Harga BBM dengan APBN

minta-pajak-cpo-turun130110b.jpg
Ilustrasi CPO

Di sisi lain, kenaikan harga minyak dunia menjadi beban pemerintah. Alasannya selama ini pemerintah menanggung subsidi bahan bakar minyak (BBM).

Bensin jenis Pertalite tetap dijaga harganya agar tidak menimbulkan gejolak harga di tingkat SPBU. Perbedaan harga keeknomian dan harga jual di tingkat konsumen ditanggung pemerintah melalui APBN.

"APBN harus hadir menjamin tidak terjadi kenaikan harga fluktuatif untuk kepentingan rakyat," kata dia.

Dia menambahkan banyak APBN yang harus disiapkan untuk menanggung risiko absorber . Sebab dalam konteks ini APBN jadi shock absorber yang mengharapkan risiko ke masyarakat seminimal mungkin.

 

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com  

Infografis Alasan Larangan Ekspor CPO dan Bahan Baku Minyak Goreng. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Alasan Larangan Ekspor CPO dan Bahan Baku Minyak Goreng. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya