Kisah Weili Dai, Imigran China Jadi Miliarder AS Berharta Rp 19,2 Triliun

Miliarder Weili Dai datang ke San Francisco bersama keluarganya sejak usianya masih 17 tahun.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Jun 2022, 21:01 WIB
Diterbitkan 29 Jun 2022, 21:01 WIB
3 Selebriti Wanita Dunia yang Menjadi Miliarder dan Sukses Menjalani Bisnis dalam Dunia Kecantikan
Ilustrasi wanita miliarder (pexels.com/Karolina Grabowska)

Liputan6.com, Jakarta Salah satu miliarder Amerika Serikat Weili Dai ternyata berstatus sebagai imigran. Wanita yang kini berusia 60 tahun itu sebetulnya dilahirkan di Negeri Tirai Bambu alias China. Bagaimana bisa dia berkarier di negeri orang hingga sukses jadi orang tajir?

Melansir laman South China Morning Post, Rabu (29/6/2022), Dai datang ke San Francisco bersama keluarganya sejak usianya masih 17 tahun. Bahkan pada saat itu pun dia tidak mampu berbicara bahasa Inggris karena seorang Weili Dai lahir di Shanghai.

Kesuksesannya berkarier akhirnya menjadikannya seorang miliarder pada tahun lalu dengan kekayaan saat ini sebesar USD 1,3 miliar, menurut Forbes.

Hartanya tersebut berhasil menempatkan dirinya dalam daftar 25 wanita terkaya Amerika versi Forbes tahun 2022 bersanding dengan miliarder wanita lain, seperti Kim Kardashian, Rihanna, dan Oprah Winfrey.

Beberapa bisnisnya berasal dari bola basket

Dai telah menjadi penggemar olahraga sejak masih kecil. Selain bulu tangkis, lari, dan lompat jauh, ia juga senang bermain bola basket semi-pro dari usia 9- 14 tahun.

Keyakinan, kerja tim, dan semangatnya yang berorientasi pada hasil dibangun pada saat itu sehingga sangat membantu dalam kehidupan bisnisnya.

“Hobi saya adalah olahraga. Saya suka bermain basket. Saya suka kerja tim,” ujarnya. “Tapi saya juga suka ada hasilnya. Anda menembak bola dan Anda membuat keranjang. Rasanya seperti Anda mencapai sesuatu.”

Jadi salah satu wanita paling berpengaruh Forbes

Setelah menguasai bahasa Inggris dengan membawa kamus bahasa Mandarin-Inggris dalam sakunya ke mana-mana, menurut BBC, Dai juga ternyata mengejar gelar ilmu komputer di University of California, Berkeley.

Di sanalah dia bertemu dengan suaminya Sehat Sutardja yang kemudian keduanya mendirikan semikonduktor Marvell Technology Group pada tahun 1995.

Lebih dari 20 tahun kemudian, usahanya itu menjadi raksasa dengan lebih dari 7.000 karyawan dan mengirimkan lebih dari satu miliar chip per tahun untuk smartphone, televisi, dan perangkat lain.

Berkat itu perusahaan mampu menghasilkan pendapatan hingga USD 3,5 miliar pada tahun 2014, menurut Forbes.

Sejak saat itu pun, Dai berhasil masuk dalam daftar 100 wanita paling berpengaruh di dunia versi Forbes pada tahun 2015.

Namun, pasangan itu mengundurkan diri dari perusahaan pada tahun 2016 setelah penyelidikan panjang, meskipun tidak ada penipuan akuntansi yang ditemukan, menurut VentureBeat. Tapi semangat mereka dalam dunia teknologi dan bisnis tidak berkurang.

Selain berinvestasi di perusahaan teknologi lain, seperti Alphawave, Next Input, dan FLC Technology, Dai juga ikut mendirikan MeetKai atau yang dikenal sebagai AI pertama di dunia pada tahun 2018. Dia juga ikut mendirikan semikonduktor lain yaitu Dreambig dengan suaminya pada tahun 2019.

 

Filosofinya 'adil dan peduli'

Ilustrasi Miliarder. Unsplash/Mathieu Stern
Ilustrasi Miliarder. Unsplash/Mathieu Stern

Dai mempelajari filosofi dasar ini dari orang tuanya sejak usia sangat muda. Itulah yang menjadi "resep rahasia kesuksesannya", menurut SF Gate.

"Apa pun yang Anda lakukan, Anda harus adil kepada orang-orang di sekitar Anda dan benar-benar peduli, pikirkan cara untuk menambah nilai," tuturnya.

Dia menjelaskan, “Cara saya terlibat dalam bisnis dengan mitra saya difokuskan pada bagaimana mendukung dan membantu membuat mereka lebih sukses. Tentu saja, masuk akal jika pelanggan atau mitra Anda lebih sukses, Anda juga! Anda bisa mendapatkan kesepakatan yang luar biasa, tetapi mereka tidak akan kembali kepada Anda jika produk Anda bukan yang terbaik," jelas dia.

Selain bisnis, ia juga memberikan bantuan kepada masyarakat khususnya di bidang pendidikan. Misalnya, dia dan suaminya turut membantu membangun gedung teknologi penting di bekas universitas mereka, UC Berkeley.

Kerja keras yang maksimal

Dai bekerja keras untuk mencapai posisinya yang sekarang dengan mentalitas yang teguh berkat orang tuanya. Dengan dukungan dan kepercayaan, kedua orang tuanya mengajari Dai untuk percaya diri.

“Saya selalu memberikan 100 persen saya. Orang tua membuat saya kuat dan saya selalu memiliki kekuatan khusus di belakang saya,” katanya.

“Bahan nomor satu adalah percaya pada diri sendiri dan melakukan apa yang Anda sukai. Bagian selanjutnya adalah tentang dedikasi, kerja keras, dan komitmen,” tambahnya.

 

Merasa sangat sibuk

Ilustrasi Miliarder
Ilustrasi Miliarder (pixabay.com)

Dai memiliki jadwal yang sangat sibuk sehingga dia sebut sebagai "48 jam sehari". Bos bangun jam 6 pagi untuk melakukan banyak pekerjaan sampai larut malam dan bahkan di akhir pecan pun sama.

“Saya selalu mengatakan saya hanya punya 48 jam sehari. Kami didekati setiap minggu dan kami sangat selektif. Kami memastikan mereka adalah orang-orang hebat sebelum kami berbicara tentang teknologi,” katanya.

Saat bersantai tiba, Dai akan kembali ke rumah sebagai seorang istri dan ibu dari dua putra. “Semangat saya di luar pekerjaan adalah bersama mereka. Saya dapat menerima tantangan dari suami dan anak-anak saya kapan saja di bola basket. Saya suka memasak dan desain interior,” ujarnya.

Mendukung kreator muda

Dai memulai bisnisnya yang bernilai miliaran dolar Marvell Technology hanya dari mimpi, ketika keluarganya hidup dari tabungan. Seperti yang dia ungkapkan dalam wawancara Medium-nya, dia selalu mendukung kaum muda untuk memenuhi hasrat, terutama dalam hal teknologi. Dia percaya bahwa teknologi yang lebih baik membuat dunia menjadi lebih baik. Itu sebabnya dia berkolaborasi dengan CEO dan salah satu pendiri MeetKai, James Kaplan.

Dia mengatakan, “Saya sangat bersemangat membantu pembuat konten muda sehingga visi dan impian mereka dapat berkembang dan berlanjut meskipun ada komplikasi di area yang tidak mereka duga sejak awal.”

“Memberdayakan wirausahawan muda untuk mengembangkan teknologi yang mengganggu dan menjadi yang terdepan dalam inovasi. Jika teknologi kita indah, efisien, dan lebih baik, dunia juga akan menjadi lebih indah, efisien, dan lebih baik,” sambungnya.

 

Reporter: Aprilia Wahyu Melati

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya