Ekspor Cangkang Sawit RI Kian Mengkilap, Alternatif Energi yang Diakui Dunia

Permintaan ekspor cangkang sawit telah meningkat secara dramatis dibandingkan dengan beberapa tahun lalu.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Jun 2022, 20:20 WIB
Diterbitkan 28 Jun 2022, 20:15 WIB
Ilustrasi CPO 1 (Liputan6.com/M.Iqbal)
Ilustrasi CPO 1 (Liputan6.com/M.Iqbal)

Liputan6.com, Jakarta PT Sinergi Kharisma Yuda (SKY) menyelenggarakan acara New SKY Blessing dalam rangka syukuran atas pencapaian terbaru untuk mengekspor cangkang sawit yang keempat kalinya.

Presiden Direktur PT SKY Yoshiyuki Kawamura bercerita bahwa ketika dirinya pertama kali mengunjungi Buton, dia memiliki cita-cita untuk membuat bisnis cangkang sawit dan ingin sukses di bidang ini. Kemudian sejak satu setengah tahun lalu pada awal tahun 2021, dia pun berhasil memulai bisnis ini dan membangun stockpile di Tanjung Buton.

“Sebelumnya kami telah mengekspor tiga kali ke Jepang dan beberapa negara lainnya, di mana kami memiliki berbagai pengalaman, pengetahuan dan keberhasilan sekaligus kegagalan. Dan sekarang, kami akan mengekspor untuk keempat kalinya sehingga PT SKY telah mengekspor sedikitnya 44 ribu MT cangkang sawit dalam empat kali pengapalan,” katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (28/6/2022).

Permintaan ekspor cangkang sawit telah meningkat secara dramatis dibandingkan dengan beberapa tahun lalu, dan harganya juga semakin meningkat. Untuk itu, industri ekspor cangkang sawit ini memiliki prospek yang besar bagi Indonesia karena mampu meningkatkan neraca perdagangan Indonesia.

Lebih lanjut, Yoshiyuki menjelaskan bahwa cangkang sawit merupakan alternatif energi atau bahan bakar baru yang sudah diakui oleh dunia untuk menggantikan batu bara di tengah kebutuhan dekarbonisasi dan pengurangan emisi.

“Dalam masyarakat modern saat ini, semua aktivitas sangat bergantung pada energi. Di sisi lain, negara-negara di seluruh dunia mendukung keberlanjutan lingkungan global. Tujuan kami ialah ikut menjaga lingkungan global dengan mengurangi bahan bakar fosil seperti minyak dan batu bara," tuturnya.

"Karena itulah kami berfokus pada cangkang sawit, yang mana merupakan bahan bakar biomassa sehingga kami bisa secara siginifikan mengurangi emisi karbon,” lanjut dia.

PT Sinergi Kharisma Yuda (SKY) sendiri adalah perusahaan joint venture (JV) 2 perusahaan, yaitu Hayashiroku Co Ltd (Osaka, Jepang) dan The Sakura Green Ltd (Osaka, Jepang). Kedua perusahaan ini bersepakat untuk pengolahan dan ekspor cangkang sawit untuk memasok kebutuhan pembangkit listrik tenaga biomassa dan industri di Jepang.

“Banyak pembangkit listrik biomassa yang akan dimulai dalam 10 tahun ke depan dan akan terus meningkat di Jepang. Kami bertujuan untuk berinvestasi jangka panjang di Buton dan mengekspor cangkang sawit ke Jepang untuk waktu yang lama. Diharapkan agar hubungan kedua negara (Jepang dan Indonesia) berkembang secara signifikan di bawah hubungan saling percaya," ungkap Wakil Presiden Yamashina Masami sebagai perwakilan Hayashiroku Co.,Ltd

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Energi Baru

Ilustrasi CPO 5 (Liputan6.com/M.Iqbal)
Ilustrasi CPO 5 (Liputan6.com/M.Iqbal)

Saat ini, PT SKY sedang mengembangkan project terbarunya berupa Black Pellet, sebuah energi baru yang juga merupakan bahan bakar biomassa untuk generasi selanjutnya dan berpotensi tumbuh menjadi industri seperti cangkang sawit.

“Black Pellet yang kami kembangkan menggunakan material yang belum terindustrialisasi di Indonesia saat ini. Kami akan melakukan eksperimen pembuatan Black Pellet kami di Buton, membangun Demo Plant, dan menarik orang-orang dari seluruh dunia dalam waktu dekat,” ungkap Presdir Yoshiyuki.

Acara “New SKY Blessing” ini pun turut diisi dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MOU) sebagai kesepakatan atau perjanjian kerja sama antara pihak PT Sinergi Kharisma Yuda dan PT Perkebunan Nusantara V (PTPN V) untuk perihal kebutuhan Raw Material untuk project demo plant Black Pellet di Tanjung Buton.

Dalam acara syukuran ini, para hadirin yang datang turut dihibur oleh beberapa pertunjukan tarian tradisional khas Melayu dan juga tarian Bon Odori khas Jepang, yang tentunya menjadikan acara semakin meriah. Para hadirin juga bisa menikmati penyajian makanan khas Jepang, yaitu Unagi Kabayaki yang disponsori oleh PT Jawa Suisan Indah.

Harga TBS Sawit Amblas, Petani Salahkan Aturan Pemerintah

Harga TBS Anjlok
Harga TBS Sawit di Kabupaten Paser terjun bebas. (Liputan6.com)

Sebelumnya, Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) menilai, harga Tandan Buah Segar atau TBS sawit terus terpuruk selama dua bulan terakhir, dan itu terjadi secara merata di 22 provinsi penghasil sawit.

Harga TBS sawit petani swadaya saat ini berada di angka Rp 1.150 per kg, dan petani bermitra Rp 2.010 per kg. Harga ini 50-70 persen di bawah harga normal jika berdasarkan harga CPO Internasional (USD 1.450 per kg).

"Pemerintah harus gerak cepat untuk mendongkrak harga TBS petani dengan cara mencabut Peraturan yang menekan harga TBS Petani. Saat ini Peraturan yang kami sebut beban adalah BK, PE, DMO-DPO dan FO (flush-out)," ujar Ketua Umum DPP Apkasindo Gulat Manurung dalam keterangan tertulis, Jumat (24/6/2022).

Gulat mengatakan, pemerintah dapat melakukan beberapa opsi dan opsi itu harus dibuka ke masyarakat umum. Diketahui harga CPO Rottherdam (22/6/2022) sebesar USD 1.450 per kg, maka ada beberapa opsi yang menjadi pilihan.

Opsi pertama, jika tetap menggunakan full beban (PE+BK+DMO/DPO+FO), maka harga CPO Indonesia akan jatuh pada angka Rp 10.176 per kg, yang artinya harga TBS Petani Rp 2.165 per kg.

"Perlu dicatat, bahwa harga ini adalah harga Dinas Perkebunan. Tentu kalau harga di PKS turun lagi, apalagi kalau di level petani kecil tentu menjual hasil panennya paling ke Pedagang Pengumpul (RAM) yang harganya bisa turun Rp 400-500 per kg. Jadi praktis nya harga dilevel petani kecil hanya Rp 1.200-1400 per kg, bahka saat ini ada yang hanya dihargai Rp 600 per kg," imbuhnya.

Harga CPO

Kelapa Sawit
Harga di bawah penetapan Dinas Perkebunan Kaltim (Liputan6.com)

Opsi kedua, jika beban BK (Bea Keluar) diturunkan dari USD 288 per ton menjadi USD 200 per ton dan PE (Pungutan Ekspor) dari USD 200 ditekan menjadi USD 100 totalnya menjadi 350 USD, maka harga CPO Domestik Rp 16.060 per kg CPO.

Sehingga harga TBS Petani naik menjadi Rp 3.400 per kg (dengan asumsi rendemen TBS 21 persen). Jika CPO Indonesia sama sekali tanpa beban, maka harga TBS Petani adalah Rp 4.500 per kg.

"Dengan demikian, beban TBS petani sesungguhnya jika dengan beban saat ini adalah Rp 2.340 per kg TBS. Ini menggambarkan betapa beratnya beban TBS Petani sawit saat ini, yaitu 52 persen dari harga sesungguhnya (Rp 4.500 per kg jika tanpa beban)," terang Gulat.

"Jadi semuanya tergantung Presiden Jokowi, jika ingin membantu petani sawit mendapatkan haknya, maka opsi kedua adalah pilihan (beban hanya PE dan BK), maka harga TBS Petani akan terdongkrak menjadi Rp 3.400 per kg," tandasnya. 

infografis journal
infografis 10 Daerah Penghasil Kelapa Sawit Terbesar di Indonesia pada 2021. (Liputan6.com/Tri Yasni).
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya