Donald Trump Dilantik Jadi Presiden, Ekspor Indonesia ke AS Diyakini Masih Tokcer

Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso menuturkan, saat periode pertama Donald Trump menjabat sebagai Presiden AS beri peluang untuk Indonesia.

oleh Agustina Melani diperbarui 21 Jan 2025, 17:00 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2025, 17:00 WIB
Donald Trump Dilantik Jadi Presiden, Ekspor Indonesia ke AS Diyakini Masih Tokcer
Pelantikan Donald Trump di dalam Gedung Capitol hari ini yang merupakan pertama kali dalam 40 tahun terakhir upacara pelantikan Presiden Amerika Serikat. (Jim WATSON/AFP)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso optimistis ekspor Indonesia ke Amerika Serikat (AS) akan tetap surplus ketika Donald Trump kembali menjadi Presiden AS ke-47.

Ia menuturkan, pada periode pertama kepemimpinan Donald Trump memberikan peluang tersendiri bagi Indonesia.

“Faktanya di termin pertama justru pada masa (kepemimpinan) Trump, perdagangan kita naik,” ujar Susiwijono dalam acara Peluncuran USABC Sector Overview Report on Navigating Oppurtunies: Nurturing Dynamic Economic Policies in Indonesia,” Jakarta, Selasa (21/1/2025), seperti dikutip dari Antara.

Nilai perdagangan Indonesia-Amerika Serikat pada Oktober 2024 mencapai USD 13,55 miliar. Sedangkan pada Agustus 2024, nilai perdagangan Indonesia-AS tembus USD 34,5 miliar. Ia menilai, tetap menjadi mitra dagang utama Indonesia dengan surplus perdagangan yang signifikan.

“Sehingga saya yakin, di era Trump ini pun kita masih akan bisa lebih tinggi,” kata dia.

Meski pun demikian, ia memberikan catatan untuk tetap hati-hati terhadap kebijakan tarif Amerika Serikat yang berpotensi dikenakan ke China.

Selain itu, ia juga menyoroti potensi tantangan terkait kebijakan tarif dan subsidi kendaraan listrik (EV) yang direncanakan oleh Donald Trump. Kebijakan itu bukan tak mungkin berdampak pada industri EV dan otomotif Indonesia.

"Kita hitung dulu semuanya, kita belum yakin betul arahnya Trump ke mana. Terutama masalah-masalah yang teknis ya, tarif policy dan sebagainya, kita pastikan dulu,” kata dia.

Ia mengatakan, diskusi dengan para pemangku kepentingan (stakeholders), termasuk Kementerian Luar Negeri, juga sedang dilakukan untuk memitigasi dampak kebijakan ini.

Susiwijono mengingatkan ketidakpastian kebijakan tarif di era Donald Trump kedua ini dapat memengaruhi arus modal global terutama yield investasi.

 

Indonesia Harus Antisipasi Perubahan Kebijakan AS

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Dari sisi domestik, aktivitas konsumsi diperkirakan akan menguat pada 2024. Hal itu sejalan dengan terjaganya daya beli masyarakat, inflasi yang terkendali, dan meningkatnya penciptaan lapangan kerja. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Akan tetapi, ia menilai, langkah Bank Indonesia (BI) dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dalam menjaga suku bunga kompetitif mampu mendorong stabilitas investasi.BI telah menurunkan suku bunga acuan atau BI-Rate menjadi 5,75 persen.

"Yang paling penting kita harus antisipasi dengan perubahan pemerintahan baru di AS ini masalah outflow kita. Ini saya kira menjadi penting, dari bank sentral nanti kebijakan suku bunganya, demikian juga dari kebijakan fiskal kita dan yang tidak kalah penting di sektor riil-nya, kita juga dengan teman-teman seluruh industri dan sektor teknis ini nanti harus menjaga betul," ujar dia.

Sementara itu, Wakil Direktur LPEM FEB UI Jahen Fachrul Rezki menuturkan, pemerintah perlu mengadopsi pendekatan yang hati-hati namun strategis guna menghadapi perubahan pemerintahan di AS.

Pemerintah perlu menavigasi kebijakan perdagangan dan investasi AS di bawah kepemimpinan presiden dari Partai Republik itu.

"Dengan report ini (US-ASEAN Business Council Sector Overview Report 2024), diharapkan respons pemerintah yang sangat khusus. Jadi how we can navigate seperti yang akan terjadi dalam periode Trump 2.0, dan how to be confident in Trump presidency ini," kata Jahen.

 

Donald Trump Jadi Presiden AS, Ekonomi Indonesia Terdampak?

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Tercatat, Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia hingga Maret 2024 mencapai level 54,2 poin. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Sebelumnya, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Kamdani, mengatakan terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden ke-47 Amerika Serikat berpotensi memengaruhi hubungan perdagangan antara Indonesia dan Amerika Serikat.

Menurut dia, perubahan kebijakan perdagangan yang bisa muncul dari Trump, termasuk penerapan proteksionisme, perlu mendapat perhatian khusus karena dapat membawa dampak ekonomi bagi Indonesia.

Salah satu potensi dampak besar yang perlu dicermati adalah meningkatnya tekanan ekonomi eksternal, seperti depresiasi nilai tukar dan kenaikan biaya produksi.

Hal ini bisa menyebabkan inflasi dan menciptakan tantangan baru bagi daya saing ekspor Indonesia. Selain itu, perubahan persepsi dan spekulasi pasar global juga berpotensi menambah ketidakpastian ekonomi.

"Kita lihat bahwa memang peningkatan tekanan ekonomi eksternal terhadap Indonesia dalam bentuk depresiasi nilai tukar yang lebih besar ini juga harus menjadi perhatian karena ini bisa menciptakan tekanan baru dalam bentuk kenaikan cost plus inflation dan hal ini belum juga termasuk dampak ekonomi lain yang disebabkan oleh perubahan persepsi dan spekulasi pasar global," kata Shinta dalam Liputan6 Update Spesial, Selasa (21/1/2025).

Dampak ke Indonesia

Di sisi lain, kebijakan proteksionisme yang berpotensi diterapkan oleh pemerintahan Trump, seperti peningkatan tarif impor, bisa memberi dampak langsung kepada perdagangan Indonesia.

Meskipun Indonesia mungkin tidak terlalu rentan terhadap kebijakan tersebut, karena basis industrinya yang lebih fokus pada sektor-sektor nasional dan bukan pada manufaktur inovatif tingkat lanjut, namun tetap ada produk-produk Indonesia yang mungkin terkena dampaknya.

"Nah, khususnya untuk proteksionisme ini memang kita juga perlu tahu karena kalau kita lihat ini pasti akan pengaruh kepada Indonesia karena juga Indonesia akan dinaikkan tarifnya. Tapi kita juga mungkin mesti perlu perhatikan apa sebenarnya yang akan kena," ujarnya.

 

Produk RI yang Terpengaruh Kebijakan Trump

20161018-Ekspor Impor RI Melemah di Bulan September-Jakarta
Aktivitas bongkar muat peti kemas di JICT Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (18/10). Penurunan impor yang lebih dalam dibandingkan ekspor menyebabkan surplus neraca dagang pada September 2016 mencapai US$ 1,22 miliar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Adapun Shinta menyebut beberapa sektor yang mungkin terpengaruh oleh kebijakan proteksionisme AS adalah baja, aluminium, semikonduktor, kendaraan listrik (EV), baterai, serta barang medis dan panel surya.

Meskipun demikian, ekspor Indonesia ke AS selama ini relatif stabil, dengan rata-rata pertumbuhan ekspor kurang dari 5% antara tahun 2021 hingga 2024. Produk-produk utama yang diekspor Indonesia ke AS antara lain adalah apparel, tekstil dan garmen, komponen elektronik, minyak kelapa sawit (CPO), sepatu, karet, dan furnitur.

"Nah, produk yang diekspor Indonesia ke AS ini top 10-nya. Itu kan seperti kita tahu, aparel. Jadi, aparel itu paling tinggi. Kemudian ada textile garment, kemudian komponen elektronik khususnya telepon genggam, ada CPO, ada sepatu, karet, furniture," ujarnya.

Lebih lanjut, Shinta menyebut sektor yang paling rentan terhadap potensi gangguan dari kebijakan tarif AS adalah ekspor komponen elektronik, yang menyumbang sekitar 14% dari total ekspor Indonesia ke AS pada 2023.

"Nah, jadi kalau produk Indonesia yang mungkin paling rentan mengalami gangguan itu memang adalah ekspor komponen elektronik," ujarnya.

Kendati demikian, ekspor komponen elektronik Indonesia, khususnya dalam kategori HS85, justru mengalami peningkatan permintaan sejak 2021. Peningkatan permintaan tersebut dipicu oleh diversifikasi supply chain di AS. Namun, meskipun meningkat, kontribusi ekspor Indonesia dalam sektor ini masih relatif kecil, dengan peningkatan permintaan kurang dari 10% per tahun.

"Artinya, memang kita bisa menjadi alternatif walaupun masih bukan utama karena kalau kita lihat yang kita bisa produksi itu masih sangat kecil dan hanya mengalami peningkatan permintaan ekspor yang tidak signifikan. Jadi, kurang dari 10% per tahun," jelasnya.

 

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global
Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya