Sri Mulyani: AS Sudah Resesi, Dunia Sedang Tidak Baik-Baik Saja

Resesi adalah penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan hingga ke level negatif, berlangsung selama dua dua kuartal berturut-turut.

oleh Tira Santia diperbarui 29 Jul 2022, 13:12 WIB
Diterbitkan 29 Jul 2022, 12:30 WIB
Indeks harga konsumen Amerika Serikat
Pisang dijual di sebuah kios di dalam Grand Central Market di pusat kota Los Angeles, California, Amerika Serikat (AS), Jumat (11/3/2022). Ekonomi terbesar dunia itu terus dihantam oleh gelombang inflasi, yang diperkirakan akan memburuk akibat serangan Rusia ke Ukraina. (Patrick T. FALLON/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebut, ekonomi Amerika Serikat (AS) secara teknis sudah memasuki resesi, sebab perekonomiannya telah mengalami kontraksi dalam dua kuartal berturut-turut.

Hal itu disampaikan Menkeu Sri Mulyani dalam acara seremoni Dies Natalis VII Politeknik Keuangan Negara (PKN) STAN, Jumat (29/7/2022).

Tercatat pada kuartal I 2022 perekonomian Amerika Serikat minus 1,6 persen dan kuartal II 2022 juga terkontraksi 0,9 persen. Artinya, Amerika Serikat perekonomiannya resesi.

“Pagi ini membaca berita, Amerika negatif growth kuartal II teknik masuk resesi. RRT seminggu yang lalu keluar dengan growth kuartal II yang nyaris nol. Apa hubungannya dengan kita? Amerika, RRT, dan Eropa adalah negara-negara tujuan ekspor Indonesia,” kata Menkeu.

Resesi adalah penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan hingga ke level negatif, berlangsung selama dua dua kuartal berturut-turut. Resesi dapat mengakibatkan penurunan secara simultan pada seluruh aktivitas ekonomi seperti lapangan kerja, investasi, dan keuntungan perusahaan.

Lebih lanjut, kata Menkeu, jika negara tujuan ekspor Indonesia melemah, maka permintaan terhadap ekspor pasti menurun, harga komoditas juga turun. Meskipun kemarin di Kementerian Keuangan menyampaikan APBN hingga Juni surplus, tapi tidak jumawa, dimana situasi masih diselimuti dengan ketidakpastian dan dinamis.

“Berbagai kemungkinan terjadi dengan kenaikan suku bunga capital outflow di seluruh negara berkembang dan emerging termasuk Indonesia, dan itu bisa mempengaruhi suku bunga, nilai tukar, dan inflasi di Indonesia,” ujarnya.

Demikian, naiknya inflasi secara global mendorong otoritas moneter di berbagai negara melakukan respon kebijakan, mengetatkan likuiditas dan meningkatkan suku bunga. Namun, hal ini menyebabkan arus modal keluar.

"Dunia sedang tidak baik-baik saja," pungkasnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

PDB Merosot, Menkeu AS Janet Yellen Tolak Ekonomi AS Disebut Resesi

Menteri Keuangan AS Janet Yellen dalam sesi House Financial Services Committee. (AP)
Menteri Keuangan AS Janet Yellen dalam sesi House Financial Services Committee. (AP)

Ekonomi Amerika Serikat mencatatkan kontraksi di kuartal kedua 2022. Dengan produk domestik bruto AS turun 0,9 persen pada kuartal kedua 2022 secara tahunan (year-on-year).

Angka ini mengikuti penurunan penurunan 1,6 persen di kuartal pertama dan lebih rendah dari perkiraan Dow Jones untuk kenaikan 0,3 persen.

Namun, Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan bahwa ekonomi negaranya berada dalam keadaan transisi, bukan resesi.

Dilansir dari CNBC International, Jumat (29/7/2022), Hal itu dia sampaikan meski PDB AS telah menunjukkan penurunan selama dua kuartal berturut-turut.

Tetapi Yellen mengakui, AS tengah melihat pelemahan ekonomi yang luas yang mencakup PHK besar-besaran, penutupan bisnis, ketegangan dalam keuangan rumah tangga dan perlambatan aktivitas sektor swasta.

"(Resesi) itu bukan apa yang kita lihat sekarang," katanya dalam sebuah konferensi pers.

"Ketika Anda melihat ekonomi, penciptaan lapangan kerja terus berlanjut, keuangan rumah tangga tetap kuat, konsumen belanja dan bisnis tumbuh," ujarnya.

"Kami telah memasuki fase baru dalam pemulihan kami yang berfokus pada pencapaian pertumbuhan yang stabil tanpa mengorbankan keuntungan dari 18 bulan terakhir," lanjut Yellen.

"Kami tahu ada tantangan di depan kami. Pertumbuhan melambat secara global. Inflasi tetap sangat tinggi, dan merupakan prioritas utama pemerintahan ini untuk menurunkannya," tambah dia.

Diketahui bahwa, secara resmi, Biro Riset Ekonomi Nasional (NBER) adalah lembaga yang secara resmi menyatakan resesi, yang biasanya terjadi setelah berbulan-bulan penelitian dan perdebatan; namun definisi tradisional adalah ketika ekonomi berkontraksi selama dua kuartal berturut-turut.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Joe Biden Masih Pede AS Tidak Akan Masuk Jurang Resesi Ekonomi

Presiden Amerika Serikat Joe Biden (AP)
Presiden Amerika Serikat Joe Biden (AP)

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Joe Biden kembali meyakini AS tidak akan mengalami resesi ekonomi. Keyakinan itu ia sampaikan meskipun angka PDB AS yang akan dirilis akhir pekan ini mungkin menunjukkan ekonomi menyusut untuk kuartal kedua berturut-turut.

Dilansir dari Fox Business, Selasa (26/7/2022) Biden menyampaikan pernyataannya terkait ramalan resesi AS ketika menghadiri konferensi pers virtual Senin kemarin, 25 Juli 2022.

"Kita tidak akan masuk ke dalam resesi, dalam pandangan saya," kata Biden, yang masih dalam masa pemulihan dari Covid-19, ketika ditanya seberapa khawatir tentang ramalan resesi yang kian berdatangan.

Presiden ke- AS itu juga mengatakan bahwa tingkat pengangguran di negaranya masih dalam angka terendah dalam sejarah, sebesar 3,6 persen. "Kita masih melihat minat orang-orang untuk berinvestasi," ungkap Biden.

Sebelumnya, dlam sebuah postingan blog pada 21 Juli 2022, Dewan Penasihat Ekonomi Gedung Putih mengatakan bahwa penurunan PDB selama dua kuartal berturut-turut tidak berarti AS akan jatuh dalam resesi.

"Apa itu resesi? Sementara beberapa orang berpendapat bahwa penurunan PDB riil selama dua kuartal berturut-turut merupakan resesi, itu bukanlah definisi resmi maupun cara para ekonom mengevaluasi keadaan siklus bisnis," demikian isi postingan blog tersebut.

Mengutip angka dari Biro Riset Ekonomi Nasional AS, postingan tersebut menyatakan bahwa variabel indikator resesi mereka telah menunjukkan pertumbuhan yang kuat dalam ekonomi AS sejak awal pandemi, dan terus berkembang hingga paruh pertama tahun ini.

 

Infografis Sinyal Resesi dan Antisipasi Indonesia. (Liputan6.com/Triyasni)
Infografis Sinyal Resesi dan Antisipasi Indonesia. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya