Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) telah merilis uang baru rupiah tahun emisi 2022. Penampakan uang baru tersebut memiliki perbedaan dibanding rupiah kertas emisi sebelumnya, dimana tiga angka nol dihilangkan.
Hal ini terjadi untuk semua uang rupiah kertas tahun emisi 2022, mulai dari Rp 1.000 yang tampak menjadi Rp 1, hingga Rp 100.000 menjadi Rp 100.
Apakah ini jadi pertanda rupiah terkena redenominasi?
Advertisement
Kepala Departemen Pengelolaan Keuangan Bank Indonesia Marlison Hakim mengkonfirmasi, rilis uang baru tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan kebijakan redenominasi.
"Tidak ada kaitan dengan kebijakan redenominasi ya," ujar Marlison kepada Liputan6.com, Rabu (24/8/2022).
Marlison menjelaskan, salah satu unsur pengaman dalam uang rupiah kertas tahun emisi 2022 adalah electrotype, yang merupakan varian dari tanda air (watermark).
Adapun pada uang rupiah tahun emisi sebelumnya, electrotype berbentuk motif ornamen khas Indonesia. Sedangkan pada uang kertas tahun edaran 2022, electrotype berbentuk angka yang melambangkan nilai nominal.
"Tiga angka nol (000) tidak dicantumkan dengan pertimbangan teknis dan untuk kemudahan identifikasi oleh masyarakat," terang Marlison.
Menurut dia, hal ini karena secara teknis adanya ruang yang terbatas. Sehingga tidak memungkinkan mencantumkan angka nol secara lengkap, juga untuk kemudahan identifikasi oleh masyarakat.
"Kalau angka nol dicantumkan secara lengkap dengan ruang yang terbatas, maka ukuran angka akan lebih kecil. Sehingga menyulitkan masyarakat untuk mengenal atau mengidentifikasi pecahan tersebut," tuturnya.
Â
Ada Uang Baru 2022, BI Pastikan Pecahan Lama Masih Bisa Buat Jajan
Bank Indonesia (BI) dan pemerintah meluncurkan tujuh uang baru rupiah pecahan kertas tahun emisis 2022. Ketujuh pecahan uang baru 2022 tersebut sudah bisa digunakan di seluruh wilayah Indonesia mulai 17 Agustus 2022.
Kepala Pengelolaan Uang BI Marlison Hakim mengatakan, dengan adanya uang baru 2022, uang rupiah tahun emisi lama masih tetap bisa ditransaksikan. Hal ini menjawab rasa penasaran publik menyusul peluncuran uang baru 2022.
"(Uang Rupiah lama) masih berlaku digunakan. Jangan ada keraguan, uang lama masih berlaku," tegasnya di Hall Basket GBK Senayan, Jakarta, Sabtu (20/8/2022).
Marlison melanjutkan, uang pecahan lama yang tidak layak edar sendiri secara bertahap akan dicabut oleh BI. Sehingga, dirinya memproyeksikan sekitar tiga sampai empat tahun mendatang uang Rupiah pecahan lama dapat tergantikan oleh uang TE 2022
"Demikian ya, terima kasih," kata dia.
Ia mengatakan, tunanetra memberikan masukan kepada BI untuk memberikan selisih ukuran dalam setiap uang baru yang dicetak. Hal ini agar mereka dapat membedakan nilai setiap uang pecahan tersebut.
Marlison menjelaskan, sebetulnya BI sudah memberikan blind code di setiap mata uang dengan sebuah garis yang tebal dan dalam setiap pecahan untuk mengenal pecahan.
Meskipun demikian, menurut kalangan tunanetra blind code saja tidak cukup untuk membedakan pecahan uang. Mereka mengungkapkan lebih bisa mengenal uang pecahan dari selisih ukuran. Dengan demikian, Bank Indonesia memberikan selisih ukuran dengan menggunakan ukuran global yaitu 5 mm.
"Sebelumnya selisih panjang antara pecahan itu 2 mm sekarang 5 mm. 5 mm ada berbagai latar belakang. rata-rata di berbagai negara termasuk negara tetangga selisihnya antara pecahan itu 5-7 mm kita ambil 5 mm, ukuran ini kami lebih memperhatikan aspek masukan terutama dari kalangan tunanetra," jelasnya.
Advertisement
Uang Baru 2022 Susah Dipalsukan, BI Pakai Teknologi Tercanggih
Lebih lanjut, Marlison menjelaskan, uang rupiah baru 2022 ini memiliki miliki teknologi benang pengaman yang bernama microlenses. Benang pengaman tersebut diklaim sebagai teknologi paling tinggi dan terbaik yang pernah digunakan pada uang kertas pecahan Rp 75.000.
"Aspek security ini, isunya bahwa pemalsuan banyak terjadi pada mata uang besar seperti Rp 50.000 dan Rp 100.000. Karena kami mengidentifikasi tanda kutip ada unsur security yang menyerupai, maka kami mengganti benang pengaman kita. Karena benang pengaman kita sebelumnya sudah 20 tahun," kata Marlison dalam Taklimat Media Bank Indonesia, Kamis (18/8/2022).
Menurutnya, dengan diluncurkan uang kertas tahun emisi 2022 ini merupakan momen yang tepat untuk menerapkan teknologi microlenses.
"Jadi ini momen penting untuk kita mengganti benang pengaman khusus pada Rp 100.000 dan Rp 50.000. Karena microlenses bisa bisa berubah-ubah dan bergerak itulah yang kita tonjolkan," ujarnya.
Ultra Violet
Teknologi selanjutnya, ada peningkatan pengamanan ultra violet. Kini pengamanan ultra violet ditambah di sejumlah sisi, misalnya pada pecahan uang kertas Rp 50.000 apabila dilihat dengan lampu ultra violet bisa terlihat unsur batik dan bunga yang ada di balik uang tersebut.
Sama halnya dengan uang Rp 100.000, gambar seluruh kepulauan Indonesia akan menyala karena pahlawan di uang pecahan tersebut adalah Soekarno dan Mohammad Hatta.
"Pecahan berikutnya kalau kita nyalakan ultra (violetnya) yang akan keluar warnanya asal dari daerah pahlawan tersebut. Misalnya Djuanda pada mata yang Rp 50.000 ia berasal dari Jawa Barat maka pada saat dikenakan lampu ultraviolet maka pulau Jawa lebih terang dibandingkan yang lainnya. Seterusnya begitu juga," jelasnya. Â
Advertisement