Erick Thohir Ungkap Cara Kurangi Impor LPG, dari Kompor Listrik hingga Gasifikasi Batu Bara

Dalam konteks keseimbangan penggunaan energi, kata Erick Thohir, kompor listrik bisa jadi pilihan.

oleh Arief Rahman H diperbarui 23 Sep 2022, 19:15 WIB
Diterbitkan 23 Sep 2022, 19:15 WIB
BUMN dan investasi raker dengan komisi VI
Menteri BUMN Erick Thohir mengikuti rapat kerja bersama di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (8/9/2022). Rapat kerja antara Komisi VI DPR, Kementerian BUMN, dan Kementerian Investasi atau Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) tersebut membahas kinerja keuangan BUMN yang terdampak utang luar negeri serta perkembangan investasi di Indonesia pada 2021 dan 2022. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri BUMN Erick Thohir mengungkap kembali rencana konversi kompor listrik. Ia juga turut menambahkan soal rencana gasifikasi batu bara menjadi Dimetil Eter (DME).

Erick Thohir menjelaskan, peralihan dari LPG perlu dilakukan secara perlahan untuk melepas ketergantungan. Salah satu cara yang bisa dijalankan dan cukup populer adalah dengan konversi ke kompor listrik.

"Nah soal kompor listrik, kita ini terus mengimpor LPG Rp 70 triliun setiap tahun. LPG bukan berarti harus kita hapuskan, tidak mungkin, tapi harus kita seimbangkan (penggunaannya)," kata dia kepada wartawan di Purwakarta, Jawa Barat, Jumat (23/9/2022).

Dalam konteks keseimbangan penggunaan energi, kata dia, kompor listrik bisa jadi pilihan. Bahkan, dalam penggunaannya diklaim lebih murah ketimbang penggunaan LPG saat ini.

Erick Thohir juga menyinggung soal kegiatan yang lebih sederhana yang diminati oleh generasi muda saat ini. Menurutnya, generasi muda ingin kegiatan yang singkat, termasuk dalam urusan memasak.

"Artinya apa? Kalau ada yang berkeinginan mengganti kompor listrik, misalnya anak-anak muda Indonesia, anak-anak muda Indonesia tidak mau ribet, dimana kompornya, LPG-nya dicolok, dituker, dibeli, generasi muda biasanya tidak mau ribet, dengan adanya kompor listrik mereka langaung bisa proses," ujarnya.

Ia menegaskan tak ada hubungannya antara rencana komversi kompor listrik dengan wacana penghapusan daya listrik golongan 450 VA dan dialihkan ke 900 VA. Padahal, penghapusan itu sudah ditegaskan tak ada dalam rencana pemerintah.

 

Gasifikasi Batu bara

FOTO: Ekspor Batu Bara Indonesia Melesat
Kapal tongkang pengangkut batu bara lepas jangkar di Perairan Bojonegara, Serang, Banten, Kamis (21/10/2021). Ekspor batu bara menjadi penyumbang terbesar dengan kontribusi mencapai 70,33 persen dan kenaikan hingga 168,89 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selain bicara kompor listrik, Erick juga menyinggung pemanfaatan Dimetil Eter (DME). Ini merupakan gasifikasi batu bara, nantinya bisa digunakan untuk keperluan rumah tangga.

Erick mengatakan kalau DME ini juga tak memerlukan bahan impor, sebagaimana LPG. Lantaran Indonesia sebagai penghasil batu bara terbesar di dunia.

"Ada LPG, ada yang namanya batu bara yang digasifikasi, yang diproses menjadi gas namanya gas Dimetil Eter (DME). Nah gas DME ini tidak perlu impor, karena kita negara salah satu produksi batu bara terbesar di dunia," tuturnya.

Kendati begitu, pemanfaatan DME ini masuk ke rencana jangka panjang. Maka ia meminta masyarakat atau siapapun tak meributkan soal proses menuju pemanfaatannya.

"Nah artinya apa? ini kita bisa memberikan solusi, para pedagang asongan ya, bisa pindah ke DME. Tapi masih ditanya 'kapan pak Erick?' Masih 2028, masih proses. Jadi enggak usah diribut-ributin sesuatu yang tidak perlu diributkan. Bangsa ini kita seneng sekali ada isu dikit-dikit ribut, belum tahu jawabannya," pungkas Erick Thohir.

 

LPG Tak akan Dihapus

Rencana Penggantian LPG 3 Kg dengan Kompor Listrik 1.000 Watt
Pekerja melakukan bongkar muat tabung elpiji atau LPG 3 kilogram di agen gas kawasan Rawasari, Jakarta, Senin (19/9/2022). Menteri ESDM juga menyebut pemerintah akan mengurangi peredaran LPG 3 kilogram yang selama ini masuk dalam barang subsidi. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Beberapa waktu lalu, Erick menegaskan hal serupa. Kalau LPG tidak boleh langsung ditiadakan, sebab infrastruktur LPG ini merupakan bagian dari ekonomi Indonesia, misalnya di Indonesia tersebar agen LPG.

"Bicara LPG tidak mungkin LPG langsung dihapuskan. Karena kenapa? masyarakat kita yang dibawah pedagang asongan, harus ada alternatif gas makanya ada batubara dikonversi di gasifikasi untuk DME," jelas Erick.

"Nah, infrastruktur yang ada di elpiji sekarang agen Elpiji sekarang kan nggak boleh langsung dimatikan, itu bagian dari ekonomi Indonesia, juga karena itu mengganti menjadi DME populasinya berapa persen nanti tergantung dari pada pembangunan DME," tambah Erick.

 

Pemanfaatan Kompor Listrik

PT PLN (Persero) sukses merealisasikan pilot project konversi kompor LPG ke kompor induksi di Surakarta.
PT PLN (Persero) sukses merealisasikan pilot project konversi kompor LPG ke kompor induksi di Surakarta.

Namun, Erick sebagai Menteri BUMN sangat mendukung program tersebut. Bahkan, pihaknya saat ini tengah mendorong penggunaan kompor listrik di kawasan apartemen dan rumah-rumah yang dibangun oleh BUMN.

"Di tengah kompor listrik bisa masuk yang seperti Pak Darmo dan saya sedang dorong hari ini di apartemen rumah rumah yang dibangun BUMN itu kita mendorong kompor listrik. Nah, apakah masyarakat lebih luas menggunakan kompor listrik, bisa aja, itu bagian dari Eco lifestyle," kata dia.

Dengan berkembangnya tren generasi muda yang hidup sendiri di apartemen atau hidup berdua saja dengan pasangan, bisa mengurangi pengeluaran sewa Asisten Rumah Tangga. Artinya, banyak manfaat adanya kompor listrik ini.

"Sekarang ada tren generasi muda ini hidup sendiri di apartemen atau cuma dengan pasangan jadi nggak ada pembantu lagi. Jadi, pegawai rumah tangga itu mereka dikurangi dengan gaya hidup ini tadi," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya