Resesi 2023 di Depan Mata, CEO Perusahaan Global Ambil Ancang-Ancang

Survei perusahaan konsultan KPMG menunjukan, CEO di perusahaan-perusahaan global sudah mengantisipasi resesi 2023 mendatang.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 05 Okt 2022, 14:51 WIB
Diterbitkan 05 Okt 2022, 14:50 WIB
Resesi
Ilustrasi Grafik Resesi. CEO di perusahaan-perusahaan global sudah mengantisipasi resesi dalam 12 bulan ke depan atau pada 2023 mendatang. Hal itu diungkapkan dalam survei baru perusahaan konsultan KPMG. Credit: pexels.com/Burka

Liputan6.com, Jakarta - CEO di perusahaan-perusahaan global sudah mengantisipasi resesi dalam 12 bulan ke depan atau pada 2023 mendatang. Hal itu diungkapkan dalam survei baru perusahaan konsultan KPMG.

Dilansir dari CNBC International, Rabu (5/10/2022) KPMG dalam laporannya mengatakan bahwa lebih dari separuh pemimpin bisnis yang disurvei memperkirakan perlambatan ekonomi yang disebabkan oleh resesi 2023 akan berlangsung "ringan dan singkat."

Namun, mayoritas dari 1.300 kepala eksekutif yang disurvei oleh KPMG antara Juli dan Agustus 2022 memperingatkan gangguan ekonomi yang meningkat, salah satunya resesi, dapat mempersulit bisnis mereka untuk pulih dari pandemi Covid-19.

Namun, ribuan CEO ini juga lebih optimis dibandingkan awal tahun, dan mengatakan akan ada prospek pertumbuhan dalam tiga tahun ke depan.

"CEO di seluruh dunia menunjukkan kepercayaan diri, ketabahan, dan keuletan yang lebih besar dalam mengatasi dampak ekonomi jangka pendek terhadap bisnis mereka seperti yang terlihat dari meningkatnya kepercayaan mereka terhadap ekonomi global dan optimisme mereka selama tiga tahun," kata Managing Partner KPMG Singapura, Ong Pang Thye.

"Kita juga melihat banyak posisi untuk pertumbuhan jangka panjang, seperti di Singapura di mana sekitar 80 persen CEO telah mengindikasikan bahwa tujuan perusahaan mereka akan memiliki dampak terbesar dalam membangun hubungan dengan pelanggan selama tiga tahun ke depan," bebernya. 

Selain resesi dan kenaikan suku bunga The Fed, para CEO juga mengkhawatirkan kelelahan akibat pandemi, kata KPMG.

Selain resesi global, para pemimpin bisnis yang disurvei KPMG mengatakan mereka tetap berada di bawah tekanan untuk memenuhi tanggung jawab sosial dalam menghadapi pengawasan publik atas tujuan perusahaan dan akuntabilitas lingkungan, sosial dan tata kelola (ESG) mereka.

63 Persen CEO di Asia-Pasifik Melihat Resesi Bakal Terjadi

Ilustrasi resesi, ekonomi
Ilustrasi resesi, ekonomi. (Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay)

Di kawasan Asia-Pasifik, hanya sedikit CEO yang melihat akan terjadi resesi. Dari mereka yang disurvei, 63 persen melihat resesi terjadi di tahun depan dibandingkan dengan 86 persen secara global, ungkap KPMG.

Tetapi mereka juga kurang optimis tentang pertumbuhan dalam tiga tahun ke depan dibandingkan dengan CEO global.

Secara global dan di Asia-Pasifik, sekitar 20 persen CEO yang disurvei KPMG mengatakan mereka tidak akan memperluas perekrutan dalam tiga tahun ke depan dan akan mempertahankan jumlah karyawan atau bahkan memangkasnya. 

Sementara di Singapura, hampir 90 persen CEO yang disurvei memulai pembekuan perekrutan, atau berencana untuk melakukannya selama enam bulan ke depan.

Namun selama tiga tahun ke depan, hampir semua CEO di Singapura yang disurvei mengatakan mereka akan meningkatkan jumlah karyawan hingga 10 persen.

"Hampir sepertiga CEO di Singapura mengatakan prioritas operasional utama mereka selama tiga tahun ke depan adalah memperkuat proposisi nilai karyawan guna menarik dan mempertahankan talenta yang diperlukan" demikian survei KPMG. 

Perubahan aturan pajak perusahaan global menjadi perhatian utama para pemimpin bisnis Singapura. Banyak yang telah mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang aturan pajak global baru meskipun telah ditunda hingga 2024, kata KPMG.

Terkuak, Para CEO di AS Mulai Bersiap-siap Hadapi Resesi Ekonomi di Negaranya

Ilustrasi resesi. Foto: Freepik
Ilustrasi resesi. Foto: Freepik

Sejumlah CEO di Amerika Serikat mulai meyakini bahwa ekonomi negara tidak bisa mencapai soft landing menyusul serangkaian kenaikan suku bunga besar oleh Federal Reserve untuk meredam inflasi.

Menurut survei terhadap 400 pemimpin perusahaan besar di AS oleh perusahaan konsultan KPMG, 91 persen memperkirakan resesi di AS bakal terjadi dalam 12 bulan ke depan.

KPMG juga menemukan bahwa hanya 34% persen dari CEO yang disurvei melihat resesi akan berlangsung secara ringan dan singkat.

"Ada ketidakpastian yang luar biasa selama dua setengah tahun terakhir," kata Paul Knopp, ketua dan CEO KPMG, merujuk pada dampak ekonomi imbas pandemi Covid-19 dan kekhawatiran tentang inflasi, dikutip dari CNN Business, Selasa (4/10/2022).

"Sekarang, kita menghadapi resesi lain yang membayangi," ungkapnya. 

KPMG menyebut, lebih dari separuh CEO yang disurveinya sedang mempertimbangkan pemangkasan tenaga kerja untuk bersiap enghadapi resesi. Tetapi nasih ada sedikit tanda harapan.

Meskipun mayoritas CEO berpikir bahwa resesi akan datang, masih banyak eksekutif bisnis percaya bahwa mereka dalam kondisi yang lebih kuat untuk menghadapi guncangan ekonomi yang begitu keras daripada di tahun 2008 silam.

"Ada optimisme untuk jangka panjang tentang ekonomi AS dan prospek untuk organisasi mereka sendiri," sebut Knopp.

"Perusahaan merasa mereka lebih tangguh dan lebih siap (menghadapi resesi)," pungkasnya. 

Tetapi Knopp menambahkan bahwa para CEO juga memperhatikan prospek jangka pendek ekonomi sehingga mereka berniat untuk merubah rencana pengeluaran jangka panjang.

Perusahaan Kecil di AS juga Mulai Khawatir Resesi

Pengertian Resesi
Ilustrasi Grafik Resesi Ekonomi Credit: pexels.com/energepic.com

Knopp mencatat bahwa meskipun banyak CEO mengungkapkan yakin bisnis mereka akan meningkat dalam jangka panjang karena inisiatif lingkungan, sosial dan tata kelola, mereka mungkin perlu menghentikan beberapa upaya ini selama setahun ke depan atau lebih untuk menekan biaya.

Dia pun menambahkan, bisnis di AS juga menyadari ada potensi risiko yang lebih besar dari memangkas terlalu banyak pekerjaan dan mengurangi pengeluaran terlalu banyak.

"Perusahaan tidak bisa bereaksi berlebihan dalam jangka pendek karena itu bisa menimbulkan masalah untuk jangka panjang. Pandemi masih menimbulkan kekhawatiran mendesak bagi perusahaan," jelas Knopp.

Kekhawatiran di antara para pemimpin perusahaan besar di AS tampaknya juga dialami oleh para pemimpin perusahaan kecil.

Sebuah survei terhadap perusahaan pasar menengah yang dilakukan bulan lalu oleh firma akuntansi dan penasihat Marcum LLP dan Sekolah Bisnis Frank G. Zarb dari Universitas Hofstra menunjukkan bahwa lebih dari 90 persen CEO perusahaan menengah mengkhawatirkan resesi.

Lebih dari seperempat dari CEO ini mengatakan mereka telah memulai PHK atau berencana untuk melakukan pemangkasan karyawan dalam 12 bulan ke depan, untuk mengantisipasi resesi.

Infografis Sinyal Resesi dan Antisipasi Indonesia. (Liputan6.com/Triyasni)
Infografis Sinyal Resesi dan Antisipasi Indonesia. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya