Dibayangi Resesi, Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia Aman

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memastikan stabilitas sistem keuangan dalam kondisi terjaga, meskipun di tengah perlambatan ekonomi dunia dan tingginya inflasi global.

oleh Tira Santia diperbarui 21 Okt 2022, 12:00 WIB
Diterbitkan 21 Okt 2022, 12:00 WIB
FOTO: Pengembangan Sistem Digital Perbankan di Tahun 2021
Teller menghitung uang di salah satu kantor cabang digital Bank BNI di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Regulator dinilai perlu mengawasi transaksi digital yang terjadi di Indonesia. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memastikan stabilitas sistem keuangan dalam kondisi terjaga, meskipun di tengah perlambatan ekonomi dunia dan tingginya inflasi global.

Hal itu disampaikan Perry dalam peluncuran buku Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) No.39 bertajuk “Sinergi dan Inovasi Kebijakan untuk Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan dan Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Nasional”, Jumat (21/10/2022).

“Tingginya inflasi global serta agresifnya pengetatan kebijakan moneter negara maju Alhamdulillah pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II- 2022 yang lalu mencapai 5,44 persen, dan karena mendukung stabilitas sistem keuangan,” kata Perry.

Disisi lain, BI mencatat kinerja intermediasi menguat, dengan pertumbuhan penyaluran kredit pada akhir semester I-2022 mencapai 10,66 persen. Pulihnya intermediasi ini merupakan hasil dari respon kebijakan akomodatif Bank Indonesia bersinergi erat dengan pemerintah, OJK dan LPS.

Kemudian, untuk dunia usaha, pemulihan kinerja korporasi dan rumah tangga menunjukkan peningkatan permintaan pembiayaan. Dari sisi perbankan, standar penyaluran kredit juga semakin longgar, ketahanan sektor uang juga terjaga ditopang oleh permodalan yang kuat dan likuiditas yang relatif longgar.

Selanjutnya, tingkat permodalan perbankan tinggi dengan Capital adequacy ratio tercatat sebesar 24,66 persen, sehingga perbankan memiliki ketahanan dan bantalan yang kuat untuk menyerap potensi penurunan kualitas kredit.

 

Likuiditas Perbankan Longgar

FOTO: Uang Beredar pada November 2020 Capai Rp 6.817,5 Triliun
Petugas menata tumpukan uang di Cash Pooling Bank Mandiri, Jakarta, Rabu (20/1/2021). Realisasi M2 relatif stabil dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 12,5 persen. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Likuiditas perbankan juga sangat longgar, tercermin dari rasio AL/DPK yang tercatat sebesar 29,99 persen, dan ini merupakan juga komitmen Bank Indonesia untuk terus menempuh kebijakan likuiditas longgar, serta inklusi keuangan yang terus meningkat didorong oleh akselerasi digitalisasi.

Oleh karena itu, Bank Indonesia terus memperkuat Sinergi kebijakan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan melalui 4 lembaga anggota komite stabilitas sistem keuangan (KSSK) yaitu kementerian keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan dan lembaga penjamin simpanan.

“Ketahanan atau resiliensi sistem keuangan yang terjaga ini menjadi landasan bagi KSSK untuk tetap optimis dengan terus mewaspadai seluruh tantangan dan risiko yang dihadapi,”ujarnya.

 

Sinergi Kebijakan

Ilustrasi resesi, ekonomi
Ilustrasi resesi, ekonomi. (Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay)

Sinergi kebijakan terus diperkuat, dalam rangka menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta mendorong kredit dan pembiayaan kepada dunia usaha pada sektor-sektor prioritas.

“Seluruh upaya assessment dan sinergi yang kami lakukan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan sepanjang semester I-2022, kami dituangkan dalam buku KSK 39 yang bertema Sinergi dan inovasi kebijakan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan pendukung  pertumbuhan ekonomi nasional,” pungkasnya

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya