Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mendapati adanya sejumlah pihak penggilingan padi nakal yang memainkan pasokan beras.
Temua itu didapatkannya saat melakukan pengecekan lapangan dalam upaya memenuhi target 1,2 juta ton beras hingga akhir 2022. Adapun berdasarkan surat Kementerian Pertanian (Kementan) per 29 November 2022, disebutkan ada 610.632 ton beras di penggilingan yang siap diserap Bulog.
Baca Juga
Budi Waseso atau yang akrab disapa Buwas mengungkapkan, sebagian pasokan beras yang disampaikan Kementan sebenarnya sudah kontrak dengan Bulog. Bahkan, ada penggilingan yang justru memainkan harga beras.
Advertisement
"Mereka penggilingan ditanya, kemarin kontrak harga Rp 10.200 (per kg), sekarang mengapa Rp 11.000 (per kg)," kata Buwas dalam Rapat Kerja dan Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi IV DPR RI, Rabu (7/12/2022).
Dalam hasil pengecekan lapangan bersama Satgas Pangan, pihaknya menemukan data penggilingan dengan jumlah pasokan berasnya berbeda dari data pada kontrak yang sudah dibuat Bulog. Tak cuma barangnya yang tak tersedia, harganya pun dinaikan.
"Yang tadinya katanya ada 30 ribu ton, padahal orang ini kontrak sama kita adanya hanya 3 ribu ton. Tapi dalam data yang diberikan ke kita, dia punya 30 ribu ton. Kontrak sama kita itu harga Rp 10.200, begitu yang 30 ribu ton, dia mintanya Rp 11.000. Begitu dicek di lapangan barangnya tidak ada," ungkapnya.
Adapun dari 610.632 ton beras yang disampaikan Kementan ke Bulog, Buwas mengakui pihaknya hanya mampu menyerap sebagian kecil saja. Pun bila terus dilanjutkan pada sisa akhir tahun ini, kenaikan pasokannya pun tidak signifikan.
"Jadi kalau saya bilang 600 ribu ton dari mana? Karena barangnya memang tidak ada. Sampai hari ini dengan kontrak kita tadi sampai Desember dengan para penggilingan datanya sama persis, itu hanya 166 ribu ton yang kita dapat. Mungkin akhir ini dapat tambahannya sedikit," pungkas Buwas.
Badan Pangan Sebut Stok Beras Bulog Tersisa 514 Ribu Ton, Kritis?
Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional (BPN) Arief Prasetyo Adi menyebutkan jika stok beras di Bulog saat ini hanya sebesar 514 ribu ton, sampai 2 Desember 2022. Angka ini di bawah dari jumlah stok penugasan pemerintah sebanyak 1,2 juta ton.
Pemerintah harus melakukan intervensi melalui Perum Bulog. Di mana, kenaikan harga beras saat ini harus menjadi perhatian karena akan menjadi momok inflasi.
"Fluktuasi harga pangan nasional harian di sini memang kita punya early warning system bahwa untuk gkp, gkg, beras medium, beras premium ini memang saat ini menjadi momok inflasi yang paling besar sehingga suka tidak suka harus ada intervensi dari pemerintah melalui Bulog," jeals dia di Jakarta, Senin (5/12/2022).
Dia menyebutkan data terbaru menunjukkan stok beras di Perum Bulog saat ini hanya 514 ribu ton. Dari total 1,2 juta ton yang selama ini ditugaskan kepada Bulog.
Bulog terus berupaya melakukan menyerapan beras petani. Di mana saat ini penyerapan beras Bulog sudah mencapai 37 persen, dengan jalur komersil.
Artinya untuk penyerapan Bulog saat ini tidak mungkin dikerjakan dengan harga Rp 8.300 lagi tetapi menggunakan komersial sehingga stok bisa tetap dijaga pada posisi 500 ribu ton.
Sebagai informasi, dalam Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 24 Tahun 2020 tentang Penetapan Harga Pembelian Pemerintah untuk Gabah atau Beras, HPP beras di gudang Perum Bulog ditetapkan Rp 8.300 per kilogram (kg).
Adapun rincian stok beras di Bulog yakni, stok komersil sebesar 194.436 ton dan stok CBP sebesar 319.724 ton. "Bulog ini masih bisa kita jaga di 500.000 ton dari 1,2 juta ton yang kita memang tugaskan," jelas dia.
Advertisement
Erick Thohir Jamin Stok Beras Bulog Aman
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, stok beras di gudang Perum Bulog dalam kondisi aman jelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2023.
Hal ini menjawab keresahan masyarakat terkait rencana impor imbas menipisnya cadangan beras nasional.
"Secara keseluruhan, stoknya cukup, termasuk beras Bulog masih aman," ucap Erick saat mengecek ketersediaan dan harga bahan pokok bersama Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan di Pasar Rasamala, Semarang, Jawa Tengah (Jateng), Jumat (2/12).
Erick telah menginstruksikan BUMN-BUMN pangan yang tergabung dalam Holding BUMN Pangan atau ID Food untuk memonitor perkembangan ketersediaan bahan pokok jelang Nataru. Mengingat, permintaan terhadap kebutuhan pangan diproyeksikan mengalami kenaikan selama Nataru berlangsung.
"Kita tahu tren kebutuhan bahan pokok saat akhir tahun akan mengalami peningkatan. BUMN harus hadir dalam memenuhi kebutuhan masyarakat," ungkapnya.
Dalam pantauannya tersebut, Erick menyebut ketersediaan bahan pokok masih aman. Erick mengatakan Kementerian BUMN akan terus berkoordinasi dengan Kemendag dan pemerintah daerah (Pemda) dalam mengantisipasi kenaikan harga bahan pokok jelang akhir tahun.
"Tadi Pak Mendag sudah sampaikan bahwa harga bawang, cabai merah keriting, tempe, masih tetap, bahkan harga ayam justru turun. Memang ada beberapa yang naik sedikit seperti cabai rawit dan telur. Secara keseluruhan, stoknya cukup, termasuk beras Bulog masih aman," ucap Erick Thohir.