BI: Penjualan Eceran Tumbuh Positif di November 2022

Kinerja penjualan eceran diprakirakan tumbuh positif pada November 2022. Simak selengkapnya.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 09 Des 2022, 18:00 WIB
Diterbitkan 09 Des 2022, 18:00 WIB
Gedung Bank Indonesia, Jakarta. Foto: BI
Gedung Bank Indonesia, Jakarta. Foto: BI

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mengungkapkan bahwa kinerja penjualan eceran diprakirakan tumbuh positif pada November 2022.

Hal tersebut tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) November 2022 yang tercatat sebesar 204,2, atau tumbuh positif sebesar 1,6 persen (yoy).

Mengutip laman resmi BI, Jumat (9/12/2022) dijelaskan bahwa kinerja penjualan eceran yang tumbuh positif tersebut diprakirakan didorong oleh tetap kuatnya pertumbuhan Subkelompok Sandang, Kelompok Barang Budaya dan Rekreasi, serta Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau. Secara bulanan, penjualan eceran diprakirakan tumbuh sebesar 0,7 persen (mtm).

Sedangkan Kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Makanan, Minuman dan Tembakau, serta Peralatan Informasi dan Komunikasi uag diprakirakan mengalami perlambatan.

Perlambatan ini dikarenakan permintaan yang terbatas dan keadaan musim/cuaca yang kurang mendukung.

Pada Oktober 2022, pertumbuhan penjualan eceran secara bulanan mengalami peningkatan.

IPR Oktober 2022 tercatat tumbuh 2,3 persen (mtm). Angka ini menandai kemajuan dari bulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 1,8 persen (mtm).

Perbaikan pun terjadi pada seluruh kelompok, didukung membaiknya Kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor yang didorong kelancaran distribusi, diikuti Subkelompok Sandang yang didorong oleh program diskon yang diterapkan sejumlah ritel, dan Kelompok Suku Cadang dan Aksesori sejalan dengan berkurangnya kontraksi. 

Sementara itu secara tahunan, kinerja penjualan eceran juga tercatat tumbuh positif yang tercermin dari IPR Oktober 2022 sebesar 202,7, atau tumbuh positif sebesar 3,7 persen (yoy).

BI mengatakan, kinerja tersebut ditopang oleh perbaikan pada Kelompok Peralatan Informasi dan Komunikasi, di tengah penurunan kinerja Kelompok Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya dan Suku Cadang dan Aksesoris, serta perlambatan Subkelompok Sandang dan Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

Kemudian dari sisi harga, responden memprakirakan tekanan inflasi pada Januari 2023 menurun dan April 2023 sedikit meningkat, sejalan dengan prakiraan penjualannya.

Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) untuk Januari 2023 tercatat sebesar 138,0 menurun dari 146,0 pada bulan sebelumnya. Adapun IEH April 2023 tercatat sebesar 140,8, sedikit meningkat dari 140,7 pada bulan sebelumnya yang didorong kenaikan harga saat Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idulfitri.

Survei BI: Penjualan Eceran Naik di September 2022

Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia Gratis, Ini Syaratnya
Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonessia, Jakarta (4/4). Selain itu BI juga meminta masyarakat agar menukarkan uang yang sudah tidak layar edar. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Kinerja penjualan eceran diprakirakan meningkat pada September 2022. Hal ini tercermin dari prakiraan Indeks Penjualan Riil (IPR) yang dirilis Bank Indonesia pada September 2022.

IPR tercatat mencapai 200, atau tumbuh 5,5 persen (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 4,9 persen (yoy).

"Peningkatan terutama didukung oleh pertumbuhan penjualan Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, perbaikan penjualan Kelompok Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya, serta Kelompok Peralatan Informasi dan Komunikasi," ujar Direktur Departemen Komunikasi BI, Junanto Herdiawan dalam keterangannya, Selasa (11/10/2022).

Secara bulanan, pertumbuhan penjualan eceran diprakirakan mengalami kontraksi sebesar 0,9 persen (mtm).

Hal ini seiring dengan penurunan pada Kelompok Suku Cadang dan Aksesori, Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau serta Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

Sebelumnya kinerja penjualan eceran tetap tumbuh positif, pada Agustus 2022.  Hal ini tercermin dari IPR Agustus 2022 yang tercatat sebesar 201,8, atau tumbuh 4,9 persen (yoy).

Kinerja positif penjualan eceran ditopang oleh meningkatnya pertumbuhan Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau, di tengah tetap kuatnya pertumbuhan Kelompok Suku Cadang dan Aksesori, Sub Kelompok Sandang, serta Kelompok Barang Budaya dan Rekreasi.

Secara bulanan, pertumbuhan penjualan eceran pada Agustus 2022 juga tercatat positif 0,8 persen (mtm), setelah mengalami kontraksi 3,1 persen (mtm) pada bulan sebelumnya, terutama ditopang perbaikan kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau, serta Kelompok Suku Cadang dan Aksesori.

Dari sisi harga, responden memprakirakan tekanan inflasi pada November 2022 cenderung stabil dan Februari 2023 menurun.

Ekspektasi Harga Umum (IEH) November 2022 tercatat 135,4, relatif stabil dari 135,3 pada bulan sebelumnya.

Sementara itu, IEH Februari 2023 tercatat 138,7 atau lebih rendah dari pada bulan sebelumnya sebesar 144,7.

Cadangan Turun, Jokowi Minta BI Simpan Devisa Hasil Ekspor di Dalam Negeri

Neraca Ekspor Perdagangan di April Melemah
Sebuah kapal bersandar di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (26/5). Penyebab kinerja ekspor sedikit melambat karena dipengaruhi penurunan aktivitas manufaktur dan mitra dagang utama, seperti AS, China, dan Jepang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Bank Indonesia menyimpan devisa hasil ekspor di dalam negeri. Hal itu disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto seusai Sidang Kabinet Paripurna di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (6/12/2022).

"Bapak Presiden mengarahkan agar hasil ekspor itu dimasukan di dalam negeri. Nah, tentunya untuk itu dari Bank Indonesia diharapkan bisa membuat sebuah mekanisme sehingga ada periode tertentu, cadangan devisa yang bisa disimpan dan bisa diamankan di dalam negeri," ujarnya.

Permintaan itu diberikan lantaran cadangan devisa RI yang terhitung menurun. Padahal, negara kini tengah menikmati surplus neraca perdagangan selama 30 bulan beruntun.

Melansir catatan Bank Indonesia, cadangan devisa Oktober 2022 sebesar USD 130,2 miliar. Jumlah itu turun dari posisi September 2022 yang sebesar USD 130,8 miliar.

"Nah, tentu ini jadi domain BI dan berharap dengan demikian akan memberi ekspor kita yang sudah 30 bulan terus menerus menghasilkan devisa positif, neraca perdagangan positif dan juga berimbas pada neraca pembayaran yang 1,3 persen dari GDP kita relatif aman," imbuhnya.

"Tentunya ini perlu diperkuat dengan sistem ekosistem keuangan yang berbasis kepada devisa asing," kata Menko Airlangga Hartarto.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya