Indonesia Dapat Komitmen Bantuan Dana USD 21,1 Miliar Hadapi Resesi Global

Presidensi G20 Indonesia telah berbuah manis bagi ekonomi Indonesia. Salah satunya ada komitmen pendanaan dengan total USD 21,1 miliar

oleh Arief Rahman H diperbarui 15 Des 2022, 13:25 WIB
Diterbitkan 15 Des 2022, 13:25 WIB
Saat Presiden Biden Pimpin Pertemuan PGII G20 Bareng Menko Airlangga
Pertemuan side event (PGII) hari ini menunjukkan pentingnya kemitraan untuk membangun infrastruktur yang berkualitas di negara-negara anggota G20. Indonesia memandu jalannya pertemuan ini yang juga diikuti oleh delegasi Argentina, Kanada, Prancis, Jerman, India, Jepang, Korea Selatan, Senegal, dan Inggris. (Foto:Dok Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Presidensi G20 Indonesia telah berbuah manis bagi ekonomi Indonesia. Salah satunya ada komitmen pendanaan dengan total USD 21,1 miliar dari berbagai negara melalui sejumlah program.

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto atau Menko Airlangga mengungkapkan pemerintah akan menindak lanjuti seluruh komitmen bantuan pendanaan yang didapat. Ini juga sejalan dengan sejumlah tujuan yang dikejar, baik dalam proses transisi energi bersih, hingga pengembangan infrastruktur di negara berkembang.

"Di tahun 2023 pemerintah menindak lanjuti komitmen investasi yang dibuat untuk Indonesia swbagai hasil dari KTT G20 di Bali," kata dia dalam Bisnis Indonesia Business Challenge, Kamis (15/12/2022).

Total dana USD 21,1 miliar itu dibagi menjadi beberpaa program. Diantaranya, Just Energy Transition Partnership (JETP) sebesar USD 20 Miliar dari Amerika Serikat.

Kemudian, Asia Zero Emission Committee yang berkomitmen menyediakan dana sebesar USD 500 juta. Serta, Parnership for Global Infrastructure and Investment (PGII) sebesar USD 600 juta dari negara G7.

"Partnership for global infrastucture and investment berupa pendanaan USD 600 miliar dari negara-negara G7 dalam membentuk pinjaman dan hibah untuk proyek infrastruktur berkelanjutan bagi negara berkembang," papar Menko Airlangga.

Pada tahun yang sama, Indonesia juga akan mengemban keketuaan ASEAN dengan tema Asean Matters Epicentrum of Growth. Melalui ajang ini, Menko Airlangga ingin membuat ASEAN menjadi salah satu aktor sentral pengembangan ekonomi dunia.

"Indonesia berupaya memperkuat posisi ASEAN sebagai kawasan yang stabil dan damai selain itu juga diharapkan mendatangkan kesempatan dan peluang serta lebih meningkatkan kepercayaan dunia internasional kepada Indonesia," pungkasnya.

 

Modal Indonesia Hadapi Resesi

FOTO: Indonesia Dipastikan Alami Resesi
Warga mengenakan masker berjalan di pedestrian Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (5/11/2020). BPS mencatat ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 minus 3,49 persen, Indonesia dipastikan resesi karena pertumbuhan ekonomi dua kali mengalami minus. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto optimistis Indonesia mampu bertahan ditengah ancaman resesi ekonomi global di 2023. Menurutnya, pertumbuhan ciamik dari ekonomi Indonesia bisa menjadi modal kuat.

Menurut data yang dimilikinya, Indonesia mampu tumbuh 5,72 persen year on year di kuartal III 2022. Pertumbuhan ini terjadi ditengah gejolak ekonomi global dan ketidakpastian di berbagai aspek.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat di 2022 dapat menjadi bekal untuk menghadapi potensi resesi global pada 2023," ujarnya dalam Bisnis Indonesia Business Challenge 2023, Kamis (15/12/2022).

Menurutnya, kinerja ekspor Indonesia yang baij menjadi salah satu faktor penentu pertumbuhan ekonomi ini. Pada saat yang sama, konsumsi masyarakat pun meningkat seiring dengan aktivitas ekonomi yang terjadi.

"Mobilitas masyarat yang semakin pulih menjadi determinan utama untuk mendorong akrivitas ekonomi Indonesia," sambung Airlangga.

 

Konsumsi Domestik

Target Pertumbuhan Ekonomi
Suasana gedung-gedung bertingkat yang diselimuti asap polusi di Jakarta, Selasa (30/7/2019). Badan Anggaran (Banggar) DPR bersama dengan pemerintah menyetujui target pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran angka 5,2% pada 2019 atau melesat dari target awal 5,3%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menko Airlangga menyampaikan, konsumsi domestik ini menjadi penopang utama pendapatan produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Per kuartal III 2022, konsumsi domestik berkontribusi 50,3 persen terhadap PDB.

Dia menekankan kalau pemerintah sendiri mengambil langkah penting untuk menjaga daya beli masyarakat. Harapannya, hal ini mampu menekan tingkat inflasi yang terdampak dari kenaikan berbagai komoditas global.

"Dengan fundamental (ekonomi) yang kuar, ditambah meningkatkan posisi Indonesia di kancah ekonomi internasional, pemerintah optimistis bahwa kebijakan program yang telah dicsnangkan akan dapat mendorong kemajuan yang sangat signifikan di berbagai sektor perekonomian, serta dapat meredam tantangan global," bebernya.

 

Inflasi

BI Prediksi Inflasi Oktober Capai 0,05 Persen
Pedagang beraktivitas di salah satu pasar tradisional di Jakarta, Rabu (26/10/2022). Realisasi inflasi tersebut lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sejalan dengan dampak penyesuaian harga BBM terhadap kenaikan inflasi kelompok pangan bergejolak dan inflasi kelompok harga diatur Pemerintah yang tidak sebesar prakiraan awal. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto optimistis angka inflasi di akhir 2022 bisa terkendali di bawah 6 persen. Keyakinan itu tumbuh seiring laju inflasi per November 2022 sebesar 5,42 persen secara tahunan (YoY), turun dari Oktober 2022 sebesar 5,71 persen (YoY).

Meskipun, Indonesia disebutnya tetap harus waspada atas tantangan global seperti isu geopolitik, yang menyebabkan kemerosotan ekonomi termasuk lonjakan inflasi di sejumlah negara.

"Diperkirakan sampai akhir tahun bisa di angka 5,34-5,5 persen. Nah, tentu yang ini harus kita perhatikan," kata Menko Airlangga Hartarto saat ditemui seusai Sidang Kabinet Paripurna, Selasa (6/12/2022).

Senada, Airlangga pun menyatakan optimisme terkait pertumbuhan ekonomi ke depan bakal tetap terjaga di atas 5 persen.

Setelah ekonomi tumbuh 5,72 persen secara year on year pada kuartal III 2022 lalu, ia berkeyakinan pertumbuhan ekonomi pada akhir tahun ini berada di kisaran 5,2 persen YoY.

Secara proyeksi, angka tersebut bahkan bakal naik menjadi 5,3 persen pada 2023 mendatang. Prediksi itu lebih tinggi di atas ramalan sejumlah lembaga dunia.

"Kemudian di tahun 2023, forecast-nya di angka 5,3 persen sesuai APBN. Berbagai lembaga dunia, baik itu OECD, IMF, World Bank, ADB, itu memproyeksikan pertumbuhan ekonomi kita antara 4,7 sampai 5,1 persen di tahun depan," tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya