Terbitkan Dekrit, Rusia Larang Ekspor Minyak ke Negara Ikut Batas Harga Negara Barat

Larangan ekspor minyak itu disampaikan melalui dekrit Presiden Rusia Vladimir Putin dan akan berlaku selama lima bulan.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 28 Des 2022, 16:11 WIB
Diterbitkan 28 Des 2022, 16:11 WIB
Ilustrasi Harga Minyak Dunia Hari Ini. Foto: AFP
Ilustrasi Harga Minyak Dunia Hari Ini. Rusia telah melarang penjualan minyak mentah ke negara dan perusahaan yang mematuhi batas harga yang disepakati oleh negara-negara Barat. Foto: AFP

Liputan6.com, Jakarta - Rusia telah melarang penjualan minyak mentah ke negara dan perusahaan yang mematuhi batas harga yang disepakati oleh negara-negara Barat. 

Dikutip dari BBC, Rabu (28/12/2022) batas tersebut melarang penjualan lebih dari USD 60 atau sekitar Rp. 947 ribu per barel minyak mentah Rusia.

Larangan itu disampaikan melalui dekrit Presiden Rusia Vladimir Putin dan akan berlaku selama lima bulan, mulai dari 1 Februari hingga 1 Juli 2023.

Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov mengatakan sebelumnya pada Selasa (27/12/2022) bahwa defisit anggaran negara itu bisa lebih banyak dari yang direncanakan, 2 persen dari PDB pada tahun 2023 - dengan batas harga minyak menekan pendapatan ekspor.

Sementara itu, harga minyak dunia saat ini diperdagangkan di sekitar USD 80 per barel - turun jauh dari puncak di atas USD 120, yang terlihat pada bulan Maret dan Juni 2022.

Seperti diketahui, negara anggota G7 yang meliputi Amerika Serikat, Australia dan Uni Eropa mulai memberlakukan kebijakan batas harga minyak Rusia pada 5 Desember 2022.

Batas harga tersebut bertujuan untuk mengurangi pendapatan minyak Rusia.

Tetapi, meskipun permintaan Barat untuk minyak Rusia turun selama perang di Ukraina, pendapatan Rusia tetap tinggi karena lonjakan harga dan permintaan dari negara lain, termasuk dari India dan China.

Harga Minyak Naik Tipis, Betah di USD 84,58 per Barel

Ilustrasi Harga Minyak Dunia. Foto: AFP
Ilustrasi Harga Minyak Dunia. Foto: AFP

 Harga minyak stabil setelah mencapai level tertinggi tiga minggu pada hari Selasa karena dimulainya kembali beberapa pembangkit energi AS yang ditutup oleh badai musim dingin. Ini juga mengimbangi kenaikan yang berasal dari harapan pemulihan permintaan karena China melonggarkan pembatasan COVID-19.

Dikutip dari CNBC, Rabu (28/12/2022), harga minyak mentah Brent naik 66 sen, atau 0,8 persen, menjadi USD 84,58 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS menetap 18 sen lebih tinggi pada USD 79,73 per barel.

Kedua tolok ukur mencapai level tertinggi sejak 5 Desember di awal sesi. Pasar Inggris dan AS ditutup pada hari Senin untuk liburan Natal.

Kilang di sepanjang Pantai Teluk mulai melanjutkan operasi dan meningkatkan produksi setelah ledakan Arktik mengirimkan suhu jauh di bawah titik beku dan menyebabkan hilangnya daya, instrumentasi, dan uap di fasilitas di sepanjang Pantai Teluk AS.

Dingin juga memotong produksi minyak dan gas dari North Dakota ke Texas.

Produksi sekitar 450.000-500.000 barel minyak per hari dibatasi selama akhir pekan Natal di ladang minyak Bakken, kata Otoritas Pipa Dakota Utara, menambahkan bahwa operator bekerja dengan cepat untuk memulihkan produksi yang hilang.

"Cuaca AS diperkirakan membaik minggu ini, yang berarti reli mungkin tidak akan berlangsung terlalu lama," kata Kazuhiko Saito, kepala analis di Fujitomi Securities.

Kelonggaran di China

Ilustrasi Harga Minyak Naik
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

China akan berhenti mewajibkan pelancong masuk untuk melakukan karantina, mulai 8 Januari, Komisi Kesehatan Nasional mengatakan pada hari Senin dalam langkah besar menuju pelonggaran pembatasan di perbatasan yang sebagian besar telah ditutup sejak 2020.

“Ini tentu sesuatu yang diharapkan oleh para pedagang dan investor,” kata analis Avatrade Naeem Aslam.

Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Selasa juga menandatangani dekrit yang melarang pasokan minyak dan produk minyak ke negara-negara yang berpartisipasi dalam pembatasan harga mulai 1 Februari selama lima bulan. Kekhawatiran atas kemungkinan pemotongan produksi oleh Rusia juga memberikan dukungan harga.

Rusia mungkin memangkas produksi minyak sebesar 5 persen hingga 7 persen pada awal 2023 sebagai tanggapan terhadap pembatasan harga, kantor berita RIA mengutip Wakil Perdana Menteri Alexander Novak mengatakan pada hari Jumat. 

Harga Minyak Dunia Melonjak Usai Rusia Bilang Bakal Pangkas Produksi

Ilustrasi Harga Minyak
Ilustrasi Harga Minyak

Harga minyak dunia naik USD 2 persen per barel pada perdagangan Jumat. Kenaikan harga minyak dunia terjadi setelah Rusia mengatakan akan memangkas produksi minyak mentah sebagai tanggapan atas pembatasan harga oleh Negara G7.

Dengan kenaikan pada perdagangan Jumat ini, harga minyak dunia menuju penguatan besar dalam dua minggu berturut-turut.

Mengutip CNBC, Sabtu (24/12/2022), harga minyak mentah Brent naik USD 2,22, atau 2,7 persen, menjadi USD 83,20 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berada di USD 79,43 per barel, naik USD 1,93 atau 2,49 persen.

Kantor berita RIA mengutip Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan pada hari Jumatbahwa Moscow dapat memangkas produksi minyak sebesar 5 persen hingga 7 persen pada awal 2023 sebagai tanggapan terhadap pembatasan harga.

Dalam perhitungan analis dan Reuters, ekspor minyak Baltik Rusia bisa turun 20 persen pada Desember dari bulan sebelumnya setelah Uni Eropa dan negara-negara G7 memberlakukan sanksi dan batasan harga minyak mentah Rusia mulai 5 Desember.

Badai musim dingin yang dahsyat melanda seluruh wilayah Amerika Serikat, memaksa ribuan pembatalan penerbangan, mengacaukan rencana para pelancong selama apa yang diharapkan menjadi musim liburan yang sibuk.

"Harga minyak mentah lebih tinggi karena pedagang energi fokus pada tanggapan Moskow terhadap pembatasan harga minyak Rusia dan bukan ribuan pembatalan penerbangan yang akan mengganggu perjalanan liburan," kata analis OANDA Edward Moya.

Pada hari Kamis, harga patokan minyak dunia turun karena penerbangan dibatalkan. Badai juga dapat mengganggu rencana pengendara untuk melakukan perjalanan selama Natal dan Tahun Baru, tetapi permintaan minyak pemanas dapat meningkat karena cuaca ekstrem.

"Ketika persediaan minyak mentah AS turun dan badai musim dingin melanda AS, suhu dingin diperkirakan akan meluas ke selatan ke Texas, Florida, dan negara bagian Timur. Permintaan minyak pemanas akan melonjak" kata Leon Li, seorang analis di CMC Markets.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya