Liputan6.com, Jakarta Direktu Utama Perum Bulog kembali menyinggung adanya permainan harga beras Bulog. Kini modusnya adalah melakukan pengoplosan dan pengemasan ulang beras-beras Bulog menjadi beras premium dan dipasarkan ke masyarakat.
Budi Waseso alias Buwas menerangkan, ada 7 tersangka yang dibekuk dengan total barang bukti sebanyak 350 ton beras. Seluruhnya merupakan beras Bulog yang sudah dilakukan pengoplosan, pengemasan ulang, atau pun masih dibungkus karung beras Bulog.
Baca Juga
Dari karung beras yang disita, kesapatan kalau itu merupakan beras impor yang baru saja masuk ke Indonesia. Memang, Bulog mendapat penugasan untuk mengimpor beras sebanyak 500 ribu ton, namun itu untuk upaya stabilisasi harga, bukan untuk dioplos dan dijual tinggi di pasaran.
Advertisement
Diketahui, beras impor Bulog yang didatangkan dari Thailan, Vietnam, Pakistan, hingga Myanmar ini dipatok seharga Rp 8.300 per kilogram di tingkat gudang. Sementara, di tingkat konsumen harganya dipatok Rp 9.450 per kilogram.
Sementara, terkait 7 tersangka yang ditangkap Polda Banten, seluruhnya ini kedapatan melewati wilayah Banten. Lalu, ditangkap di 5 lokasi, diantaranya, Serang Kota, Serang Kabupaten, Cilegon, Lebak, hingga Pandeglang.
Selain pelaku beras oplosan, modus lainnya adalah dengan mengganti karung beras, dari semula berkarung Bulog menjadi karung-karung bermerek beras premium. Sejumlah merek diketahui sangat familiar di pasaran.
6 merek tersebut adalah:
- Dewi Sri,
- PS,
- Badak,
- Rojo Lele,
- SB, dan
- PL.
Pelaku pengoplos dan pengemas ulang melakukannya dengan mengubah beras Bulog kemasan 50 kilogram dikemas ulang ke beberapa ukuran, mulai dari 5 kilogram hingga 25 kilogram.
Berikut rangkuman fakta-fakta pengungkapan tersangja pengoplos beras Bulog seperti dirangkum Liputan6.com;
Tangkap 7 Tersangka
7 orang tersangka pengoplos beras Bulog ditangkap Polda Banten di wilayahnya. Seluruhnya merupakan pelaku yang mengoplos beras impor Bulog yang sejatinya sebagai upaya stabilisasi harga pasar.
Diketahui, ada barang bukti sebanyak 350 ton beras yang sudah dioplos maupun akan dioplos, kemudian ada timbangan digital, hingga nota transaksi terkait beras oplosan.
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso memegaskan penangkapan 7 tersangka ini jadi langkah lanjutan dari dugaan permainan harga beras yang dia sampaikan sebelumnya.
"Sebagai naluri saya mantan polisi saya bilang pasti ada pelanggaran itu kenapa saya waktu itu degan wartawan sidak dadakan yang tak direcanakan. Sehingga saya temukan pelanggaran itu, seperti yang diperiksa dan hari ini ditemukan oleh Polda Banten," kata dia dalam konferensi pers di Polda Banten, Jumat (10/2/2033).
6 Merek Beras
Modus yang dilakukan pelaku ini adalah mengoplos beras Bulog dan mengganti kemasan ke kemasan premium yang biasa dijual di pasaran. Ada 6 merek yang saat ini terungkap.
Diantaranya merek Dewi Sri, PS, Badak, Rojo Lele, SB, dan PL. Pelaksanaannya, beras Bulog kemasan 50 kilogram dikemas ulang ke beberapa ukuran, mulai dari 5 kilogram hingga 25 kilogram.
"Bagaimana mungkin beras Bulog, mereka beli Rp 8.300 (per kilogram harga gudang), langsung diganti bajunya. Sia jual harga pasar (beras) premium rata-rata Rp 12.000 (per kilogram)," ungkapnya.
Advertisement
Jumlahnya Capai 350 Ton
Pada kesempatan yang sama, Kabid Humas Polda Banten Kombes Pol Didik Hariyanto menerangkan ada 350 ton beras yang menjadi barang bukti. Kemudian, 3 timbangan digital, 6 mesin jahit karung, dan ribuan karung beras.
"Ada 50 bundel nota penjualan, adapun motifnya mencari keuntungan probadi dengan modus re-packing menjadi beras premium dari beras Bulog," tuturnya.
Dia menyebut, 7 tersangka yang ditangkap ini dituntut hukuman paling lama 5 tahun penjara dan denda maksimal Rp 2 miliar. Diketahui, para tersangka ini ditangkap di daerah Lebak, Cilegon, Kabupaten Serang, Kota Serang, dan Pandeglang.
Pengoplos Beras Rugikan Masyarakat
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso alias Buwas menyebut kalau tindakan oengoplosan beras Bulog tak merugikan perusahaan. Tapi, tindakan ini jelas merugikan masyarakat sebagai penerima di sisi hilir.
Atas temuan Buwas dan Polda Banten, ada 7 tersangka yang dibekuk di wilayah Banten. Modusnya, dengan melakukan pengoplosan hingga pengemasan ulang beras Bulog untuk dijual dengan harga beras premium sekitar Rp 12.000 per kilogram. Padahal beras Bulog dipatok Rp 9.450 per kilogram di tingkat konsumen.
“Kalau Bulog tidak dirugikan. Karena ini kita mau menurunkan inflasi, kita menyalurkan untuk kepentingan masyarakat, tapi tidak dirasakan oleh masyarakat," ujarnya dalam Konferensi Pers di Polda Banten, Serang, Jumat (10/2/2023).
Diketahui, dengan harga jual beras Bulog Rp 9.450 per kilogram, disinyalir bisa mempengaruhi harga di pasaran. Sehingga bisa terjangkau oleh masyarakat.
Sumbang Inflasi
Harga beras sendiri diketahui memiliki pengaruh dalam meningkatnya inflasi pangan. Inflasi pangan juga punya andil yang cukup besar dalam meningkatkan tingkat inflasi secara umum.
Buwas menegaskan, meski Bulog tidak rugi akibat tindakan pengoplosan itu, tapi praktik tersebut tidaklah dibenarkan.
“Pendistribusian beras oleh Bulog untuk intervensi pasar harga beras mahal sampai Rp12.000 (per kg). Sehingga tugas Bulog adalah harus melakukan operasi pasar untuk intervensi supaya harganya murah. Dan ini kalau tidak (diintervensi), akan menyumbang inflasi,” paparnya.
Jadi Perhatian Presiden
Lebih lanjut, Buwas menyampaikan kalau soal harga beras ini jadi perhatian Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Hal ini berkaitan dengan pengaruh harga beras ke tingkat inflasi pangan.
“Ini lah yang menjadi perhatian Bapak Presiden pada saat awal-awal di bulan Agustus sampai Desember tahun lalu. Sehingga Bulog untuk memenuhi kekurangan dari cadangan beras pemerintah harus mengimpor,” kata dia.
Informasi, di 2022 Bulog mendapat penugasan untuk melakukan impor beras sebanyak 500 ribu ton. Beras-beras ini didatangkan dari beberapa negara, yakni Thailand, Vietnam, Pakistan, hingga Myanmar. Targetnya, seluruhnya masih ke Indonesia pada 15 Februari 2023 mendatang.
Advertisement