Bertemu Menkeu India, Sri Mulyani: Indonesia Dukung Prioritas G20 India

Sri Mulyani memamerkan momen dan hasil pertemuannya dengan Menteri Keuangan India Nirmala Sitharaman.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 24 Feb 2023, 13:11 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2023, 13:11 WIB
Menkeu raker dengan Banggar DPR
Menteri Keuangan Sri Mulyani usai mengikuti rapat kerja pemerintah dengan Banggar DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (14/9/2022). Rapat tersebut membahas postur sementara RUU APBN TA 2023. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan Sri Mulyani melakukan perjalanan ke Bengaluru, India dalam agenda menghadiri pertemuan menteri keuangan negara anggota G20.

Pertemuan ini pun menjadi salah satu dari agenda presidensi India tahun ini untuk G20.

Melalui unggahan di laman Instagram pribadinya @smindrawati, Sri Mulyani membeberkan hasil pertemuannya dengan Menteri Keuangan India Nirmala Sitharaman.

"Bertemu dengan Sang Tuan Rumah, Menteri Keuangan India @nsitharaman," tulis Sri Mulyani di Instagram, dikutip Jumat (24/2/2023).

Menkeu mengatakan bahwa, setelah menyelesaikan tugas kepemimpinan sebagai Presidensi G20 tahun 2022 lalu, tugas Indonesia tidak lantas berakhir.

"Indonesia masih menjadi bagian dari Troika G20 bersama India selaku pemangku Presidensi G20 tahun ini dan juga Brazil yang akan memegang Presidensi G20 tahun 2024," ucapnya.

Sebagai Troika, Sri Mulyani menyatakan, Indonesia akan mendukung prioritas dari pelaksanaan G20 India, yaitu:

  1. Memperkuat Bank Pembangunan Multilateral (MDB) untuk mengatasi tantangan global saat ini
  2. Mengelola kerentanan utang global
  3. Pembiayaan kota masa depan yang inklusif, tangguh, dan berkelanjutan
  4. Pendekatan terkoordinasi secara global untuk Aset Kripto tanpa penjaminan
  5. Memajukan Inklusi Keuangan dan Keuntungan Produktivitas
  6. Pendanaan untuk mengatasi dampak perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan
  7. Meningkatkan koordinasi Pandemic Fund
  8. Perpajakan Internasional.

"Indonesia akan selalu siap membantu demi terwujudnya agenda Prioritas Presidensi G20 India juga agenda warisan dari Presidensi G20 Indonesia sendiri," kata Menkeu.

Sri Mulyani berharap, kolaborasi antar anggota G20, khususnya India dan Indonesia dapat terjalin lebih kuat demi masa depan dunia yang lebih baik.

Sri Mulyani Pede Ekonomi RI Lebih Tahan Inflasi Dibandingkan AS

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam UOB Annual Economic Outlook 2023 bertajuk “Emerging Stronger in Unity and Sustainably”, Kamis (29/9/2022).
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam UOB Annual Economic Outlook 2023 bertajuk “Emerging Stronger in Unity and Sustainably”, Kamis (29/9/2022).

Indonesia mengambil langkah-langkah untuk mendorong ekonominya lebih tangguh sehingga dapat menahan guncangan global seperti lonjakan inflasi, terutama seperti yang dialami Amerika Serikat. 

Hal itu diungkapkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di sela sela perjalanannya ke India untuk menghadiri pertemuan menteri keuangan dan kepala bank sentral negara anggota G20.

Mengutip CNBC International, Kamis (23/2/2023) Sri Mulyani mengakui bahwa sebagai negara ekonomi terbesar di dunia, apa yang dilakukan AS memiliki implikasi yang kuat di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Untuk melawan inflasi, AS telah menaikkan suku bunga, yang telah mempengaruhi arus keluar modal karena penguatan dolar.

Ketahanan Ekonomi

Sehubungan dengan itu, Menkeu mengungkapkan, Indonesia berupaya lebih keras untuk meningkatkan ketahanan ekonominya.

Upaya itu termasuk "memastikan terlebih dahulu bahwa sektor keuangan sehat dan kuat untuk pergerakan suku bunga AS. Kedua, ekonomi sektor riil juga akan menjadi tangguh untuk menyerap guncangan ini," kata Sri Mulyani kepada CNBC "Street Signs Asia".

Pada awal Februari 2023, Federal Reserve AS menaikkan suku bunga acuannya sebesar seperempat poin persentase dan memberikan sedikit indikasi bahwa siklus kenaikan ini sudah mendekati akhir.

Inflasi Indonesia

Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Turun 5,6 Persen Akibat Covid-19
Deretan gedung perkantoran di Jakarta, Senin (27/7/2020). Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta mengalami penurunan sekitar 5,6 persen akibat wabah Covid-19. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Berbeda dengan Amerika Serikat, di mana inflasi tetap tinggi, inflasi Indonesia melambat di Januari 2023.

Indeks harga konsumen utama Indonesia, yang menjadi indikator utama inflasi, turun menjadi 5,28 persen YoY di bulan Januari dari 5,51 persen di bulan Desember 2022 menurut data pemerintah RI.

Sementara inflasi inti Indonesia mencapai 3,27 persen YoY pada Januari, turun sedikit dari 3,36 persen pada Desember 2022.

Pekan lalu, Bank Indonesia mempertahankan suku bunga di 5,75 persen, berhenti setelah enam kenaikan berturut-turut. Namun inflasi masih jauh di atas kisaran target Bank Indonesia antara 2 dan 4 persen.

Sri Mulyani Pastikan Inflasi RI Moderat di 2023

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati  dalam Rakornas Kepala Daerah dan Forkopimda tahun 2023, yang dipantau secara daring di Jakarta, Selasa, (17/1/2023).
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam Rakornas Kepala Daerah dan Forkopimda tahun 2023, yang dipantau secara daring di Jakarta, Selasa, (17/1/2023).

Namun, Indonesia telah berhasil mengoordinasikan alat kebijakan fiskal dan moneternya dengan baik untuk menahan inflasi dan menjaga pertumbuhan, kata Sri Mulyani.

Menkeu menambahkan, pemerintah juga mendukung bank sentral untuk memastikan inflasi tetap rendah sehingga tidak mengganggu daya beli masyarakatnya.

"Kita juga tahu bahwa sumber inflasi bukan dari bank sentral, melainkan dari peredaran uang atau uang beredar. Kami juga melihat bahwa inflasi berasal dari beberapa sisi penawaran. Itu sebabnya kami membahas masalah ini," kata Sri Mulyani, memastikan bahwa inflasi RI akan moderat tahun ini.

Meskipun terjadi perlambatan global, Sri Mulyani melihat, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap kuat karena permintaan domestik terus membaik.

"Tahun lalu, kita memiliki tahun yang sangat baik dalam hal pertumbuhan.Kita tumbuh 5,3 persen. Saya kira ini juga…yang tertinggi di antara G-20 maupun negara-negara ASEAN," imbuhnya.

Tahun ini, pertumbuhan Indonesia berasal dari konsumsi domestik dan investasi, yang "semuanya pulih dengan sangat kuat,” tambahnya.

"Kepercayaan konsumen juga sangat tinggi," ungkap dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya