Literasi Keuangan Rendah Bikin Masyarakat Rentan Terjebak Pinjol Ilegal

Minimnya literasi keuangan membuat masyarakat rentan terjebak pinjaman online atau pinjol ilegal.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Feb 2023, 17:45 WIB
Diterbitkan 27 Feb 2023, 17:45 WIB
Direktur Utama Bank Fama,  Tigor M. Siahaan
Direktur Utama Superbank, Tigor M. Siahaan. PT Bank Fama International (Bank Fama) resmi berganti nama menjadi PT Super Bank Indonesia (Superbank) per 20 Februari 2023. Minimnya literasi keuangan membuat masyarakat rentan terjebak pinjaman online atau pinjol ilegal.(Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta Direktur Utama Superbank, Tigor M. Siahaan menyebut pengguna kartu kredit di Indonesia hanya sekitar 2 persen dari total penduduk 270 juta jiwa. Selain itu, penggunaan kartu debit di Indonesia juga masih terbatas.

"Orang yang punya kartu kredit di Indonesia hanya 2 persen, yang pakai debit card juga masih terbatas," kata Tigor dalam acara SPARK Indonesia Banking & Finance Summit 2023 di Hotel Kempinski, Jakarta Pusat, Senin (27/2).

Tigor menjelaskan masih minimnya penggunaan kartu kredit di Tanah Air bukan berarti masyarakat Indonesia tidak memiliki utang. Sebaliknya, mereka justru terjebak dalam pinjaman utang lain kepada saudara, tetangga, rentenir hingga pinjaman online atau pinjol ilegal.

"Tapi bukan berarti orang Indonesia enggak punya utang, enggak. Justru orang Indonesia jadi meminjam ke rentenir, saudara tetangga sampai pinjol ilegal," kata Tigor.

Bahkan, Tigor menyebut ada seorang pengemudi ojek online yang memiliki utang hingga Rp80 juta. Padahal utangnya semula pinjamannya hanya Rp12 juta.

"Ada yang terlilit utang sampai Rp80 juta dari awalnya Rp12 juta saja, ini menggulung terus di pinjol-pinjol," kata dia

Fenomena tersebut hanya sebagian contoh yang terjadi di masyarakat. Tigor menilai hal tersebut tidak terlepas dari minimnya literasi keuangan bagi masyarakat.

"Ini semua karena literasi keuangan kita yang masih rendah," kata dia.

 


Strategi Superbank Gaet Pasar: Optimalkan Ekosistem Digital

PT Bank Fama International (Bank Fama) resmi berganti nama menjadi PT Super Bank Indonesia (Superbank) per 20 Februari 2023.
PT Bank Fama International (Bank Fama) resmi berganti nama menjadi PT Super Bank Indonesia (Superbank) per 20 Februari 2023. (dok: Anisyah)

Superbank menjadi salah satu bank digital baru yang siap menggebrak pasar. Kini bank milik EMTEK dan Grab tersebut menyiapkan strategi dalam menggaet nasabah.

Direktur Utama Superbank, Tigor M Siahaan menjelaskan penyaluran kredit kepada debitur dalam sebuah ekosistem akan lebih tepat sasaran karena memiliki sejumlah keunggulan. Salah satunya mengetahui bisnis yang dijalankan debitur lebih lengkap dan menjadi alternatif penilaian kredit (credit scoring).

“Misalnya ada penjual martabak di Grab Food, kita bisa lihat berapa banyak yang terjual, penjualannya kemana saja, laku apa enggak dan ratingnya gimana. Data itu hanya kita yang punya dan dengan data tersebut kita bisa memberikan kredit scoring,” kata Tigor usai acara SPARK Indonesia Banking & Finance Summit 2023 di Hotel Kempinski, Jakarta Pusat, Senin (27/2/2023). 

Fokus PasarDalam menjalankan bisnisnya, Superbank akan fokus menggarap pasar yang ada dalam ekosistem yang dimiliki EMTEK Group dan Grab. Dua ekosistem ini menurutnya sangat potensial dan belum digarap. 

Tigor mengatakan sebenarnya perbankan ingin memberikan kredit kepada siapa saja. Namun, penyalurannya harus terukur sesuai dengan kapasitas kemampuan membayar debitur. 

 


Penyalahgunaan Kredit

PT Bank Fama International (Bank Fama) resmi berganti nama menjadi PT Super Bank Indonesia (Superbank) per 20 Februari 2023.
PT Bank Fama International (Bank Fama) resmi berganti nama menjadi PT Super Bank Indonesia (Superbank) per 20 Februari 2023. (dok: Anisyah)

Jangan sampai, ada penyalahgunaan kredit oleh nasabah yang berpotensi menghasilkan kredit macet. “Ada orang yang pinjam katanya buat renovasi, buat ekspansi tapi ternyata buat kawin lagi, foya-foya, itu kan enggak benar,” katanya. 

Sehingga bank bisa memantau langsung bisnis yang dijalankan debitur. Sekaligus memantau perkembangan bisnis para kreditur. 

“Jadi hasilnya akan kelihatan di kita semua. Itulah ekosistem yang akan kita gunakan kedepannya” kata dia.

Tigor optimis, target sasaran ini bisa membawa Superbank sebagai bank dengan layanan digital bisa bersaing dengan bank sejenis. Mengingat masih banyaknya peluang yang bisa dimaksimalkan dengan pasar ekosistem yang dimiliki. 

“Jadi kami merasa ekosistem-ekosistem tersebut sangat baik, dapat memberikan layanan underbank dengan segmen kita tersebut,” pungkasnya.

Infografis: Deretan Bank Digital di Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis: Deretan Bank Digital di Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya