CEO Baru Silicon Valley Bank Tim Mayopoulos: Kami Masih Buka Bisnis dan Layanan Seperti Biasa

Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) telah menunjuk mantan kepala Fannie Mae, Tim Mayopoulos sebagai CEO Silicon Valley Bank N.A.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 14 Mar 2023, 17:00 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2023, 17:00 WIB
Nasabah Ramai-ramai Tarik Dana Usai Silicon Valley Bank Bangkrut
Antrean nasabah untuk mencoba mengambil kembali dana mereka di luar kantor Silicon Valley Bank di Santa Clara, California, Senin (13/3/2023). Awal runtuhnya SVB mulai terlihat pada 8 maret 2023, ketika SVB mengumumkan telah menjual sejumlah sekuritas yang mengalami kerugian. (Justin Sullivan/Getty Images/AFP )

Liputan6.com, Jakarta - Tim Mayopoulos buka suara menyusul penunjukkannya sebagai bos baru Silicon Valley Bank.

Melansir US News, Selasa (14/3/2023) Tim Mayopoulos pada Senin 13 Maret 2023 mengatakan kepada kliennya bahwa Silicon Valley Bank masih membuka bisnis dan layanannya seperti biasa.

Diketahui bahwa sebelumnya, Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) telah menunjuk mantan kepala Fannie Mae, Tim Mayopoulos sebagai CEO Silicon Valley Bank N.A, setelah regulator mengambil kendali SVB menyusul keruntuhannya yang melumpuhkan saham dan memicu kekhawatiran di seluruh pasar global.

Dalam surat kepada klien, Mayopoulos mengatakan bahwa Sillicon Valley Bank akan terus memberikan informasi menyusul kebangkrutannya.

"Saya berharap dapat mengenal klien Silicon Valley Bank...Saya juga datang ke peran ini dengan pengalaman dalam situasi seperti ini. Saya adalah bagian dari tim kepemimpinan baru yang bergabung dengan Fannie Mae setelah krisis keuangan. pada 2008-2009, dan saya menjabat sebagai CEO Fannie Mae dari 2012-2018," kata Mayopoulos dalam sebuah surat.

Tim Mayopoulos dikenal sebagai mantan kepala perusahaan jasa keuangan Fannie Mae, anak perusahaan dari Silicon Valley Bank Financial Group yang sudah tidak beroperasi.

Mayopoulos menjabat sebagai kepala eksekutif Fannie Mae selama lebih dari enam tahun sebelum bergabung dengan fintech Blend.

Sekilas Tentang Silicon Valley Bank Kolaps

Diwartakan sebelumnya, Silicon Valley Bank kolaps dan ditutup dalam 48 jam setelah dikabarkan mengalami krisis modal.

Penjualan aset, terutama obligasi pemerintah AS, yang telah dipengaruhi oleh suku bunga yang lebih tinggi menjadi penyebab meruginya Silicon Valley Bank.

Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) ditunjuk sebagai pengendali Silicon Valley Bank, untuk melikuidasi aset bank dan membayar kembali pelanggannya.

Setelah resmi ditutup, regulator mentransfer semua simpanan nasabah SVB, baik yang diasuransikan maupun yang tidak diasuransikan, dan secara substansial semua aset bank ke bank perantara yang baru dibuat.

Silicon Valley Bank Bangkrut, Luhut: Kita Harus Hati-Hati

Nasabah Ramai-ramai Tarik Dana Usai Silicon Valley Bank Bangkrut
Antrean nasabah untuk mencoba mengambil kembali dana mereka di luar kantor Silicon Valley Bank di Santa Clara, California, Senin (13/3/2023). Pekan lalu, bank terbesar ke-16 di Amerika Serikat, Silicon Valley Bank bangkrut hanya dalam dua hari. (Justin Sullivan/Getty Images/AFP )

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, perbankan di Indonesia masih lebih baik dibandingkan perbankan Amerika Serikat hinga Eropa. Hal ini diungkapkan usai kebangkrutan yang dialami Silicon Valley Bank (SVB) Amerika Serikat, yang juga turut menjadi perhatian pemerintah Indonesia.

Luhut bahkan mengatakan, persentase rasio likuiditas perbankan di indonesia bahkan lebih besar jika dibandingkan dengan sejumlah negara maju.

"Sampai hari ini kita tidak melihat ada tanda-tanda yang punya impact karena kelihatan modal atau kapital daripada bank-bank kita juga bagus sekali," ujar Luhut di Hotel St. Regis, Jakarta, Selasa (14/3).

Luhut mengatakan, cakupan rasio perbankan Indonesia mencapai 234 persen, sementara rasio di Amerika Serikat 148 persen, kemudian Jepang 135 persen, China 132 persen, dan Eropa 120 persen.

Meski berada di kondisi yang lebih baik, Luhut mengatakan agar masyarakat Indonesia tidak jumawa.

"Jadi Indonesia masih sangat tinggi sekali, tapi bicara krisis seperti ini kita tentu harus hati-hati, dan saya kira Bank Indonesia juga dengan Kementerian Keuangan, saya kenal Bapak Ibu berdua itu saya kira sangat kredibel," pungkasnya.

Silicon Valley Bank (SVB) Bangkrut

Nasabah Ramai-ramai Tarik Dana Usai Silicon Valley Bank Bangkrut
Orang-orang berbaris di luar kantor Silicon Valley Bank di Santa Clara, California, Senin (13/3/2023). Beberapa hari setelah Silicon Valley Bank mengalami kebangkrutan, nasabah mengantre untuk mencoba mengambil kembali dana mereka dari salah satu bank yang menjadi andalan para startup tersebut. (Justin Sullivan/Getty Images/AFP )

Diketahui, Salah satu bank terbesar di Amerika Serikat, Silicon Valley Bank (SVB) mengalami kebangkrutan usai nasabah menarik dana secara besar-besaran. Dalam istilah perbankan, kondisi ini disebut bank run atau run on the bank.

Merujuk dari berbagai sumber, run on the bank terjadi ketika nasabah menarik dana mereka dari bank karena nasabah meyakini bahwa bank tersebut akan hancur dalam waktu dekat. Sementara dalam sistem perbankan, umumnya, bank hanya menyimpan sebagian kecil dari aset mereka sebagai uang tunai.

Indikasi bank run tidak hanya penarikan dana dalam skala besar-besaran. Ketika nasabah mentransfer dana mereka ke lembaga keuangan lain, juga merupakan salah satu indikasi terjadinya bank run.

Infografis: Deretan Bank Digital di Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis: Deretan Bank Digital di Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya