El Nino Mengancam, Pengusaha Sawit Takut Kebakaran Lahan

Pengusaha sektor hulu kelapa sawit khawatir terjadi kebakaran hutan dan lahan akibat dari fenomena El Nino pada pertengahan tahun ini.

oleh Arief Rahman H diperbarui 30 Apr 2023, 18:00 WIB
Diterbitkan 30 Apr 2023, 18:00 WIB
Pendinginan kebakaran lahan di perbatasan Kota Dumai dengan Kabupaten Bengkalis.
Pengusaha sektor hulu kelapa sawit khawatir terjadi kebakaran hutan dan lahan akibat dari fenomena El Nino pada pertengahan tahun ini.. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Jakarta Pengusaha sektor hulu kelapa sawit khawatir terjadi kebakaran hutan dan lahan akibat dari fenomena El Nino pada pertengahan tahun ini. Pasalnya, kebakaran lahan jadi satu dampak yang membahayakan saat terjadi peningkatan suhu bumi.

Sekretaris Jenderal Gabungan Asosiasi Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) Eddy Martono mengungkap akan mengimbau pada perusahaan dalam lingkup Gapki untuk turut mengantisipasi sejak dini.

"Gapki akan meminta kepada perusahaan anggota untuk mengantisipasi El Nino utamanya terjadinya kebakaran lahan," ujarnya kepada Liputan6.com, Minggu (30/4/2023).

Eddy mengatakan, pembukaan lahan saat musim kemarau memiliki risiko kebakaran lebih tinggi. Belum lagi, jika terjadi saat fenomena El Nino yang disinyalir lebih panas dibandingkan kemarau pada umumnya.

"Sebab biasanya yg terjadi adalah pada waktu kemarau terjadi pembukaan lahan oleh masyarakat sekitar dan ini sangat membahayakan terjadi kebakaran apabila tidak ada aturan dari Pemerintah Daerah aturan pembukaan lahan di musim kemarau," ungkapnya.

Eddy menegaskan kebakaran lahan nantinya akan berpengaruh pada tingkat produksi dari kebun sawit tersebut. Kendati, menurut data yang dimilikinya, saat ini tengah terjadi penurunan produksi.

"Tidak terlalu besar tetapi 4 tahun ini produksi stagnan dan trendnya menurun," kata dia.

 

Perintah Menko Luhut

20151012-El Nino Bikin Menko Luhut Pusing Atasi Kebakaran Hutan-Jakarta
Menko Polhukam, Luhut Pandjaitan saat menggelar konferensi pers di Kantor Kemenkopolhukam, Jakarta, Senin (12/10). Menurut Luhut, el nino menjadi tantangan utama mengatasi kebakaran lahan dan hutan pada tahun ini. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Indonesia akan memasuki masa kekeringan pada Mei 2023. Kekeringan atau El Nino ini menjadi siklus alam yang harus dihadapi setelah dalam bebera tahun Indonesia dilanda La Nina atau curah hujan tinggi. Namun demikian, Menko Luhut mengaku sudah memiliki senjata dalam menghadapi El Nino ini.

Menko Luhut menjelaskan, El Nino ini akan membuat produksi pangan terdampak sehingga sangat berpotensi meningkatkan angka inflasi. Hal inilah yang diminta oleh Menko Luhut untuk diantisipasi.

"Saya meminta seluruh K/L terkait juga pemerintah daerah untuk mulai bersiap sejak dini, memperhitungkan segala langkah yang mesti ditempuh agar pengalaman buruk delapan tahun lalu tidak terulang kembali. Setidaknya sejak saat ini kami menyiapkan teknologi modifikasi cuaca sebagai senjata menghadapi El Nino," katanya dalam unggahan di akun Instagram pribadinya @luhut.pandjaitan, dikutip Jumat (28/4/2023)

Menko luhut juga menambahkan, tingginya suhu udara di sejumlah wilayah Indonesia juga sebagai tanda dari mulaid atangnya El Nino.

 

Penjelasan El Nino

Kekeringan melanda sebagian wilayah Filipina, akibat hantaman El Nino berkepanjangan (AFP)
Kekeringan melanda sebagian wilayah Filipina, akibat hantaman El Nino berkepanjangan (AFP)

Mengutip laman Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) RI,

El Nino adalahfenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah.

Pemanasan yang terjadi pada SML akan meningkatkan risiko pertumbuhan awan untuk area Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di Indonesia. Secara singkat, El Nino akan menyebabkan kekeringan secara umum.

Menurut LindungiHutan, fenomena El Nino sendiri dapat disebabkan oleh banyak hal. Seperti garis khatulistiwa, interaksi laut-atmosfer, sirkulasi walker atau tinggi rendahnya tekanan udara di wilayah tertentu, hingga angin monsoon.

 

Dampak El Nino

FOTO: Petani Desa Sukaringin Alami Gagal Panen
Kondisi sawah yang mengalami gagal panen di Desa Sukaringin, Sukawangi, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat (10/9/2021). Menurut petani, musim kemarau membuat sawah kekeringan dan gagal panen yang sudah berlangsung selama delapan bulan. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Ketika El Nino mampir, kekurangan angin pasat dan monsoon akan melemah. Sekaligus, daerah yang dilintasi oleh garis khatulistiwa akan mengalami penurunan curah hujan.

Dampak utama saat El Nino terjadi adalah beberapa kawasan di Indonesia rawan terkena dampak kekeringan. Beberapa kawasan yang berisiko jadi korban El Nino adalah Sumatera Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan.

Akibat terjadinya cuaca ekstrem tersebut, berbagai penyakit bisa timbul. Masyarakat menjadi lebih rentan mengalami diare, flu, demam berdarah, kolera, ataupun penyakit lainnya.

Dalam hal pertanian, fenomena perubahan iklim seperti terjadinya El Nino dapat menyebabkan tanaman rusak dan kekurangan pasokan air. Kelembaban udara yang meningkat dapat memancing kehadiran hama serta menyebabkan tanaman tidak bisa dipanen karena kekeringan.

Begitupun dalam konteks kehidupan laut, El Nino bisa memicu terjadinya perpindahan ikan ke kawasan yang lebih sesuai, yang mana berujung mengurangi pendapatan nelayan untuk mencari ikan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya