PT INKA Pegang Kunci Jadi atau Tidak Rencana Impor KRL Bekas dari Jepang

Kunci dari rencana impor KRL bekas dari Jepang adalah kebutuhan penumpang dapat diakomodir. Jika PT INKA mampu memproduksi jumlah gerbong maka tidak perlu impor.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Mei 2023, 17:20 WIB
Diterbitkan 03 Mei 2023, 17:20 WIB
Polemik Impor 29 Unit Rangkaian KRL Bekas dari Jepang
Anggota Komisi V DPR RI Suryadi Jaya Purnama mengatakan bahwa pengurangan unit kereta beroperasi tersebut akan menggerus kapasitas angkut harian KRL sebanyak 1,2 juta penumpang dan 1.081 perjalanan per hari. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Polemik rencana impor KRL bekas dari Jepang terus berlanjut. Sejauh ini banyak penolakan dengan mempertimbangkan lebih memilih produk dalam negeri. Tetapi impor KRL bekas ini sangat dibutuhkan mengingat ada beberapa kereta lama yang akan dipensiunkan.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, kunci dari pengadaan KRL adalah kebutuhan penumpang dapat diakomodir. Jika PT INKA mampu memproduksi jumlah gerbong yang menyesuaikan kebutuhan penumpang, maka tidak perlu impor. Hanya saja, EBITDA dari produsen kereta api itu negatif sehingga membutuhkan cash flow.

Jika perusahaan tidak memiliki cash flow yang cukup, maka menurut Erick hampir sulit PT INKA memproduksi gerbong dengan jumlah banyak.

"Kalau ternyata INKA ini sanggup produksi, misalnya 2.000, dan mencukupi seluruh kebutuhan yah jangan impor, tapi ada catatan, INKA itu EBITDA-nya masih negatif, artinya perlu ada dukungan cashflow," ujar Erick di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (3/5/2023).

"Saya menolak impor kalau ternyata dimark-up, saya akan minta BPKP audit ulang. Tapi kalau memang kita membutuhkan yah terbuka, tetapi duduk dengan data yang sama, bukan masing-masing mempersentasikan data," sambungnya.

Lobi BPKP Soal Impor KRL Bekas

Secara terpisah, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kartika Wirjoatmodjo mengaku tengah melobi Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Muhammad Yusuf Ateh terkait impor gerbong kereta rel listrik (KRL) bekas dari Jepang. Upaya lobi-lobi ini pun telah dilaporkan Tiko kepada Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan.

"Saya sudah diskusi dengan Pak Ateh dan lagi lapor ke Menko Marves (Luhut)," kata Tiko saat ditemui di Hotel Arya Duta, Jakarta Pusat, Rabu (3/5).

Tiko menjelaskan, ada dua hal yang ditekankan terkait hal ini. Pertama menggunakan pendekatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dengan pembangunan pabrik INKA di Banyuwangi, Jawa Timur. Dia menargetkan pabrik INKA ini sudah bisa produksi di tahun 2025.

"Dan kita lagi kejar supaya di 2025 ini bisa produksi," kata dia.

Kedua, Tiko menjelaskan, impor KRL dari Jepang ini merupakan kebutuhan mendesak karena melihat kebutuhan masyarakat. Setidaknya dibutuhkan 10-12 kereta impor yang harus dipercepat prosesnya.

"Kemarin kita sudah hitung ulang, rasanya memang akan ada pendekatan 10-12 yang harus kita akselerasi," kata dia.

Proses ini pun telah diminta Tiko kepada BPKP untuk mendapatkan pengawasan. “Sudah kita minta Pak Ateh untuk mengawal proses pengadaannya,” kata dia.

Di sisi lain, Tiko mengatakan pihaknya sedang melakukan penelitian terhadap kerangka kereta yang ada. Agar bisa diketahui berapa banyak kereta yang bisa diretrofit (penambahan fitur atau teknologi baru).

Reporter: Yunita Amalia

Sumber: Merdeka.com

Impor KRL Bekas Jepang Tak Direstui, Target 2 Juta Penumpang per Hari Bisa Tercapai?

Polemik Impor 29 Unit Rangkaian KRL Bekas dari Jepang
Di samping itu, upaya KCI melakukan peremajaan menemui kendala yaitu berupa dana, waktu dan masalah perizinan. Dari sisi pendanaan, pengadaan 16 KRL baru dari INKA mencapai Rp 4 triliun. Sementara, untuk impor 10 KRL eks Jepang hanya membutuhkan biaya Rp 150 miliar. (Liputan6.com/Johan Tallo)

PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) mengaku masih mencari solusi untuk penggantian armada KRL yang pensiun tahun ini. Mengingat, Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) tak merekomendasikan impor KRL bekas Jepang.

Terkini, ada target yang dilontarkan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengenai layanan KRL. Yakni, bisa melayani sebanyak 2 juta penumpang per hari. Saat ini, rata-rata KCI mampu melayani sekitar 1 juta penumpang per hari.

Menhub mengungkap salah satu upaya untuk mengejar target itu adalah dengan pengembangan stasiun dan shifting atau penggantian armada KRL yang pensiun. Ini berarti merujuk juga pada opsi impor KRL bekas Jepang, retrofit, serta memesan produk buatan INKA.

"Ini kan sedang kami kaji juga, ini kan BPKP juga menbantu, pemerintah juga sudah men-support, pasti nanti kalau ada informasi kita sampaikan," ujar VP Coporate Secretary KCI Anne Purba saat ditemui di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, ditulis Selasa (2/5/2023).

"Tapi yang pasti tadi, pembangunan prasarana pemerintah terus dibangun, dan untuk sarananya nanti pasti terus dikomunikasikan," sambung dia.

Hasil review BPKP menunjukkan tidak adanya rekomendasi untuk melakukan impor KRL bekas dari Jepang. Di samping opsi retrofit, untuk pemenuhan kebutuhan mendesak, muncul usulan adanya impor darurat.

Masih Dikaji

Polemik Impor 29 Unit Rangkaian KRL Bekas dari Jepang
Hal itu disebabkan masa tunggu antarkereta yang berpotensi menjadi semakin lama, sehingga efeknya stasiun dan kereta akan menjadi semakin padat dan semrawut yang dampaknya dapat mengakibatkan penumpukan lebih dari 200.000 penumpang per hari. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Namun, Anne mengungkapkan kalau opsi itu juga masih dalam kajian. Dia sendiri belum bisa memastikan kapan waktu pasti pemerintah bersama PT KCI bisa mengambil keputusan.

"Kita akan update, ini lagi dikaji. Karena kan ada juga rekomendasi retrofit bersama dengan INKA, jadi ini kita kerja sama sama INKA dan alhamdulillah-nya BPKP juga melakukan review, sehingga ada beberapa hal yang memang ktia konsen sehingga ini kita jalankan," bebernya.

Saat ini, dia masih berpegang untuk mengejar target yang disampaikan Menhuh Budi soal membenahi kawasan stasiun sebagai prasarana yang bisa menunjang.

"Kita akan update, tapi yang pasti challenge dari Pak Menhub menggalakkan pembangunan prasarana ini harus di support dengan sarana yang ada," pungkasnya.

Target Menhub

Polemik Impor 29 Unit Rangkaian KRL Bekas dari Jepang
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menolak usulan PT KCI untuk mengimpor rangkaian kereta bekas dari Jepang serta meminta perseroan membeli produk dalam negeri dari PT Industri Kereta Api. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Diberitakan sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi membidik kereta rel listrik alias KRL Commuter bisa melayani 2 juta penumpang per hari. Mengingat ada tren kenaikan penumpang KRL belakangan ini.

Guna mendukung target tersebut, maka diperlukan perbaikan di sejumlah aspek. Mulai dari pelebaran di stasiun, hingga penambahan armada yang mumpuni untuk dioperasikan.

"Kita tahu bahwa pergerakan saudara kita yang bergerak di Jabodetabek ini waktu 2018 sampai 1,2 juta orang, sekarang sudah mendekati 1 juta (penumpang per hari) dan ini satu jumlah yang besar," ujar dia saat meresmikan pembangunan Stasiun Tanah Abang, Jakarta, Minggu (30/4/2023).

"Secara jangka panjang kita akan tingkatkan jumlah penumpang yang bisa dibawa oleh KRL ini kurang lebih 2 juta (pengguna per hari)," sambung Menhub Budi.

Ganti Armada

Penggantian armada KRL dan pengembangan stasiun jadi langkah yang tak bisa dilepaskan. Menhub Budi bilang, upaya itu bisa meningkatkan kapasitas angkut dari KRL Commuter.

"Dan itu ada improvement yang harus dilakukan baik sarana dan prasarana. Dari sarana kita buat 1 improvement dari shifting yang dilakukan dan nanti headway jadi pendek dan hari ini kita bangun stasiun Tanah Abang agar ini bisa meningkatkan kapasitas 3 kali lipat," bebernya.

Informasi, PT Kereta Commuter Indonesia tengah menggodok solusi penggantian armada yang akan pensiun dalam waktu dekat. Di sisi lain, pengembangan stasiun seperti stasiun Manggarai dan Stasiun Tanah Abang pun ikut dilakukan.

Infografis Journal
Infografis Journal: Jumlah Penumpang KRL di Jabodetabek Tahun 2010-2021 (Liputan6.com/Trie Yasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya