ID FOOD dan PTPN III Gandeng Qatar Jajaki Investasi hingga Pengolahan Susu

ID FOOD dan PTPN III Gelar MoU Kerjasama Peternakan dengan Perusahaan Qatar 

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 16 Mei 2023, 16:30 WIB
Diterbitkan 16 Mei 2023, 16:30 WIB
Holding BUMN Pangan ID FOOD dan Holding BUMN Perkebunan PTPN III
Holding BUMN Pangan ID FOOD dan Holding BUMN Perkebunan PTPN III menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk kerja sama bidang di bidang industri susu meliputi investasi, produksi, pengolahan dan pemasaran susu dengan perusahaan asal Qatar, Baladna Food Industries.

Liputan6.com, Jakarta Holding BUMN Pangan ID FOOD dan Holding BUMN Perkebunan PTPN III  menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk kerja sama bidang di bidang industri susu meliputi investasi, produksi, pengolahan dan pemasaran susu dengan perusahaan asal Qatar, Baladna Food Industries.

Penandatanganan MoU tersebut dilakukan pada Kamis (11/5/2023) oleh Direktur Utama Berdikari Harry Warganegara, Direktur Umum PT Perkebunan Nusantara III Doni P Gandamihardja dan CEO Baladna Food Industries WLL Malcolm Jordan, serta disaksikan oleh Menteri BUMN Erick Thohir dan Direktur Utama ID FOOD Frans Marganda Tambunan.

“MoU ini adalah penjajakan, identifikasi dan persiapan join study untuk melakukan kerjasama di industri susu meliputi investasi, produksi, pengolahan dan pemasaran susu dengan perusahaan asal Qatar, Baladna Food Industries. Diharapkan kerjasama ini dapat memperkuat hubungan ekonomi bilateral kedua negara khususnya dalam mendukung pemulihan ekonomi,” kata Frans dalam keterangan tertulisnya, dikutip Selasa (16/5/2023).

Penandatanganan MoU itu memberi arti penting bagi hubungan bilateral Indonesia-Qatar, selain dapat mendukung ID FOOD dan anak perusahaanya PT Berdikari untuk terus berkembang menjadi BUMN yang kompeten di bidang peternakan dan memenuhi kebutuhan susu di Indonesia. Adapun PTPN III diikutsertakan untuk penyediaan lahannya.

“Ini berbeda dengan tahun lalu antara perusahaan Qatar ini dengan Berdikari dan tanpa melibatkan PTPN III” jelas Frans.  

Sebagai informasi, saat ini 80 persen pemenuhan kebutuhan susu di Indonesia masih berasal dari impor. Tawaran kerja sama dari Qatar berpotensi dapat mendukung para peternak lokal dalam peningkatan produksi susu dalam negeri. Sebagai tindak lanjut, kedua perusahaan sepakat untuk segera membahas teknis implementasi perjanjian dimaksud agar kerja sama antara keduanya dapat terlaksana dalam waktu dekat.

Industri Pengolahan Susu Kurang Pasokan, Indonesia Mau Beli Sapi Perah Belanda 16 Ribu Ekor

Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika (tengah) saat melakukan kunjungan kerja ke Belanda untuk menjajaki kerja sama dan investasi dalam hal penyediaan sapi perah guna mendukung produktivitas industri pengolahan susu.
Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika (tengah) saat melakukan kunjungan kerja ke Belanda untuk menjajaki kerja sama dan investasi dalam hal penyediaan sapi perah guna mendukung produktivitas industri pengolahan susu di dalam negeri. (Dok Kemenperin)

Sebelumnya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus bergerak untuk mengembangkan industri pengolahan susu dalam negeri. Industri pengolahan susu merupakan salah satu sektor yang mendapat prioritas pengembangan karena menjadi bagian dari industri makanan dan minuman. 

Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika menjelaskan, industri pengolahan susu menjadi prioritas pengembangan sesuai dengan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035 dan peta jalan Making Indonesia 4.0.

“Guna meningkatkan produktivitas industri pengolahan susu di tanah air, salah satu upaya yang perlu digenjot adalah penyediaan sapi perah yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan Susu Segar Dalam Negeri (SSDN) sebagai bahan baku,” kata Putu dalam keterangan tertulis, Rabu (26/4/2023).

Pada pertengahan April lalu, ia telah melakukan kunjungan kerja ke Belanda. Delegasi Indonesia yang diwakili pihak Kemenperin, KBRI Brussel, dan KBRI Den Haag melakukan pertemuan dengan Kementerian Pertanian, Alam, dan Kualitas Makanan (Ministerie van Landbouw, Natuur en Voedselkwaliteit/LNV), Organisasi Pertanian dan Hortikultura di Belanda (Land-en Tuinbouw Organisatie Nederland/LTO), perusahan Friesland Campina NV., dan beberapa petani sapi perah binaan Friesland Campina di daerah Makingga dan Warder, Belanda.

“Tujuan kunker kami ke Belanda antara lain untuk penjajakan kerja sama dan investasi dalam hal penyediaan sapi perah. Selain itu, kami ingin mengetahui proses peternakan sapi perah secara modern dan berkelanjutan. Kami juga melakukan kunjungan ke pabrik pengolahan susu Friesland Campina di Leeuwarden,” sebutnya.

Menurut Putu, hasil kunjungan tersebut mendapat tanggapan yang positif, baik dari LNV maupun LTO.

“Belanda memiliki berbagai potensi yang dapat dijajaki lebih lanjut dengan berbagai pihak di Indonesia, khususnya dengan pihak swasta yang tertarik dengan investasi sapi perah ini,” imbuhnya.

Bahan Baku Kurang

Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika (tengah) saat melakukan kunjungan kerja ke Belanda untuk menjajaki kerja sama dan investasi dalam hal penyediaan sapi perah guna mendukung produktivitas industri pengolahan susu.
Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika (tengah) saat melakukan kunjungan kerja ke Belanda untuk menjajaki kerja sama dan investasi dalam hal penyediaan sapi perah guna mendukung produktivitas industri pengolahan susu di dalam negeri. (Dok Kemenperin)

Pada pertemuan dengan LNV, Dirjen Industri Agro menyampaikan bahwa kondisi industri pengolahan susu di Indonesia saat ini mengalami kekurangan bahan baku susu segar sebesar 80 persen.

Oleh karenanya, terdapat keinginan beberapa perusahaan besar pengolahan susu di Indonesia yang ingin membeli sapi perah asli dari Belanda (Holstein), dengan total sebanyak 8-16 ribu ekor.

“Kami menawarkan Indonesia sebagai ‘a new hope for Dutch cattle’, karena peternak sapi perah Belanda dapat merelokasi sapi perahnya ke Indonesia maupun melakukan investasi di Indonesia,” ungap Putu.

Pada kesempatan itu, Director for International Agribusiness and Food Security LNV, Ralf van de Beek menjelaskan, saat ini industri sapi perah di Belanda sedang berbenah untuk menghadapi perubahan iklim, khususnya terkait pengurangan tingkat nitrogen pada kotoran sapi, kesehatan tanah dan air untuk pakannya, serta antisipasi tingginya curah hujan yang dapat memicu banjir.

“Dengan prinsip triple helix (industri, pemerintah, dan universitas atau masyarakat), kami yakin dapat menyelesaikan tantangan yang ada untuk sustainability industri susu di Belanda,” tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya