Elon Musk Yakin The Fed Tak Bakal Turunkan Suku Bunga dalam Waktu Dekat

Pendapat Elon Musk tentang kebijakan moneter The Fed memberikan pandangan tentang apa yang dilihat oleh pemimpin perusahaan besar sebagai tanggapan atas suku bunga yang tinggi.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 17 Mei 2023, 18:00 WIB
Diterbitkan 17 Mei 2023, 18:00 WIB
Pendiri Tesla dan SpaceX, Elon Musk. Christophe Gateau/AFP
Pendiri Tesla dan SpaceX, Elon Musk. Christophe Gateau/AFP

Liputan6.com, Jakarta - Miliarder sekaligus CEO Tesla dan SpaceX, Elon Musk  melihat bahwa Federal Reserve akan terlalu lambat untuk menurunkan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang.

"Kekhawatiran saya dengan cara Federal Reserve membuat keputusan adalah mereka beroperasi dengan terlalu banyak latensi," kata Elon Musk, dikutip dari CNBC International, Rabu (17/5/2023).

"Datanya agak tidak menarik. Federal Reserve lambat menaikkan suku bunga, dan mereka akan lambat menurunkannya," sebutnya dalam sebuah wawancara dengan CNBC.

Pendapat Musk tentang kebijakan moneter The Fed memberikan pandangan tentang apa yang dilihat oleh pemimpin perusahaan besar sebagai tanggapan atas suku bunga yang lebih tinggi.

Sebagai pemimpin Twitter, SpaceX, dan perusahaan lain selain Tesla, dia memiliki pandangan luas tentang ekonomi yang lebih luas.

Ini juga menunjukkan bahwa perusahaan lain yang menjual barang mewah dengan harga tinggi mungkin akan mengalami penurunan permintaan dalam beberapa bulan mendatang.

Seperti diketahui, The Fed pada 3 Mei 2023 menaikkan suku bunga sebesar 0,25 persen menjadi target antara 5 persen dan 5,25 persen. Itu adalah kenaikan suku bunga ke-10 hanya dalam wa berturut turut dalam kurun waktu satu tahun.

Tetapi pejabat Fed juga memberikan petunjuk tentatif bahwa kenaikan suku bunga bakal berhenti dalam waktu dekat.

Musk mengatakan bahwa 12 bulan ke depan akan sulit bagi Tesla dan perusahaan lain dari perspektif ekonomi makro karena kenaikan suku bunga menekan anggaran konsumen.

"Anda bisa menganggap menaikkan suku bunga Fed sebagai semacam pedal rem pada ekonomi, terus terang," beber Musk.

"Itu membuat banyak hal menjadi lebih mahal. Jadi, jika pembayaran mobil atau hipotek rumah Anda menyerap lebih banyak anggaran bulanan Anda, maka Anda memiliki lebih sedikit uang untuk membeli barang-barang lainnya," imbuhnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


The Fed Kerek Lagi Suku Bunga ke level 5 - 5,25 Persen, Tertinggi dalam 16 Tahun

Wall Street
Pedagang bekerja di New York Stock Exchange saat Ketua Federal Reserve Jerome Powell berbicara setelah mengumumkan kenaikan suku bunga di New York, Amerika Serikat, 2 November 2022. (AP Photo/Seth Wenig)

Diwartakan sebelumnya, Federal Reserve (Fed) atau Bank Sentral Amerika Serikat (AS) resmi menaikkan suku bunga ke level tertinggi dalam 16 tahun. Upaya Fed mendongkrak suku bunga terus menerus ini dalam perjuangannya menstabilkan angka inflasi yang mengganas.

Melansir BBC, Kamis (4/5/2023) The Fed meningkatkan suku bunga utamanya sebesar 0,25 persen. Ini adalah kenaikan ke-10 dalam 14 bulan.

Pergerakan tersebut telah mendorong suku bunga acuan The Fed antara 5 persen dan 5,25 persen. Kurang lebih setahun lalu atau tepatnya Maret 2022, suku bunga acuan ini masih berada di kisaran nol persen.

Namun, The Fed telah mengisyaratkan bahwa kenaikan kali ini mungkin akan menjadi yang terakhir untuk saat ini.

"Kami tidak lagi mengatakan bahwa kami mengantisipasi (kenaikan suku bunga lainnya),", kata ketua Federal Reserve Jerome Powell dalam sebuah konferensi pers setelah pengumuman suku bunga.

Tetapi Powell juga menolak untuk mengesampingkan tindakan lebih lanjut, dengan mengatakan: "(Langkah) kami akan didorong oleh data yang masuk."

 


Tingkatkan Biaya Pinjaman

Wall Street
Pedagang bekerja di New York Stock Exchange, New York, 10 Agustus 2022. (AP Photo/Seth Wenig, file)

Suku bunga yang lebih tinggi secara tajam meningkatkan biaya pinjaman di seluruh negara ekonomi terbesar dunia, memacu perlambatan di sektor-sektor seperti perumahan dan menjadi salah satu faktor keruntuhan tiga bank di AS baru-baru ini.

The Fed mulai menaikkan suku bunga secara agresif tahun lalu ketika biaya pangan dan energi di AS melonjak dengan laju tercepat dalam beberapa dekade.

Bank sentral di seluruh dunia, termasuk di Inggris dan Eropa, juga mengambil tindakan serupa.

Tingginya suku bunga dapat membuat biaya pembelian rumah, pinjaman untuk memperluas bisnis atau mengambil hutang lainnya. Dengan menaikkan biaya tersebut, para pejabat memperkirakan permintaan akan turun dan inflasi juga turun.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya