Pengangguran dan Kepercayaan Diri Rendah, Tantangan yang Dihadapi Pekerja Usia Produktif

Saat ini Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam bidang ketenagakerjaan, yaitu tingginya tingkat pengangguran. Laporan Bank Dunia 2023 menyampaikan data jumlah pengangguran usia produktif Indonesia mencapai 12,5 persen dan menjadi yang tertinggi di ASEAN.

oleh Yanuar H Diperbarui 16 Mar 2025, 23:00 WIB
Diterbitkan 16 Mar 2025, 23:00 WIB
Job Fair
Sejumlah pencari kerja memadati arena Job Fair di kawasan Jakarta, Rabu (27/11/2019). Job Fair tersebut digelar dengan menawarkan lowongan berbagai sektor untuk mengurangi angka pengangguran. (Liputan6.com/Johan Tallo)... Selengkapnya

Liputan6.com, Yogyakarta - Dirjen Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikdasmen), Tatang Muttaqin, mengatakan masalah yang dihadapi penduduk usia produktif adalah bidang ketenagakerjaan yaitu pengangguran. Menurutnya, pendidikan dan keterampilan menjadi faktor penting lainnya dalam mempersiapkan masyarakat supaya mereka mampu mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang layak.

“Setiap dari kita berhak mendapatkan pekerjaan layak dan bisa menafkahi keluarga dengan lebih baik,” ujar Dirjen Tatang dalam acara Ramadan di Kampus yang diselenggarakan oleh Masjid Kampus UGM, Selasa (11/3/2025).

Kepada para mahasiswa dan pelajar agar mempersiapkan diri, supaya bisa menjadi generasi yang terampil dan produktif sehingga dapat mendukung pembangunan nasional. Selain itu, Tatang juga menyinggung mengenai tantangan di bidang pendidikan.

Selain masalah pengangguran, menurutnya pelajar Indonesia memiliki kepercayaan diri yang rendah terhadap pendidikan, hal ini berdasarkan hasil studi internasional Programme fi International Student Assessment (PISA) menyebutkan bahwa hanya sekitar 35% pelajar Indonesia yang yakin bahwa pendidikan dapat meningkatkan kecerdasan mereka, dibandingkan dengan angka 70% di negara maju. Kondisi ini menurutnya menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang merasa bahwa belajar tidak memberikan dampak besar terhadap masa depan mereka.

“Mindset sebagian warga dipengaruhi oleh cara pandangnya. Mereka merasa bahwa dalam posisi ini saya tidak bisa mengubah nasib lebih dari yang lain. Nah, keyakinan bahwa ‘saya bisa mengubah nasib’ inilah yang menjadi bagian penting dari penentu keberhasilan dalam belajar,” ujar Tatang.

Ia mengatakan berdasarkan ajaran agama Islam, keseimbangan antara ilmu pengetahuan dan keimanan sangat penting dalam membentuk karakter sebuah generasi. Menurutnya, sebagai individu selain harus memiliki pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga keimanan agar bisa menjadi pribadi yang bermanfaat bagi masyarakat. “Karakter yang kokoh merupakan kombinasi antara iman, taqwa, dan ilmu pengetahuan dan teknologi,” ucapnya.

Tatang menegaskan program mencerdaskan dan memajukan kehidupan bangsa dilakukan oleh seluruh jenjang pendidikan, mulai dari SD hingga perguruan tinggi, didukung oleh swasta dapat membantu negara dalam mewujudkan cita-cita Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Semua orang bisa memiliki kesempatan sama dalam menuntut ilmu dan meningkatkan derajatnya dengan pengetahuan-pengetahuan yang dimilikinya.

”Harus ada kolaborasi dari pemerintah, masyarakat, dan semua pihak agar kesempatan mengenyam pendidikan yang bermutu dapat dinikmati oleh semua orang,” ujar Tatang soal dua tantangan yaitu pengangguran dan percaya diri rendah.

Promosi 1

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya