Liputan6.com, Jakarta Di rentang usia Generasi-Z, terutama mereka yang memasuki awal usia 20-an saat ini mulai dipenuhi dengan masalah ekonomi atau keuangan pribadi mereka. Seperti dilansir dari The Economic Times, sebuah survei menemukan hampir setengah dari gen-Z yang diwawancarai merasa khawatir tentang biaya hidup tinggi yang harus mereka jalani terlebih diikuti adanya kenyataan pengangguran hingga bertahan hidup dari gaji ke gaji.
Perhatian utama mereka melekat pada tingginya biaya hidup. Mereka yang mengatakan menjalani hidup dari gaji ke gaji semakin banyak mengambil pekerjaan sampingan untuk mengatasi masalah keuangan, menurut survei Delloite 2023 terhadap Gen-Z dan Milenial.
Baca Juga
Diketahui, sejumlah 46 persen Gen-Z dan 37 persen Milenial telah mengambil pekerjaan paruh waktu atau penuh waktu yang dilakukan di samping pekerjaan utama mereka. Berbeda dengan Gen-Z, Milenial adalah mereka yang lahir pada rentang 1980-an atau 1990-an.
Advertisement
Dalam survei tersebut juga dijelaskan bahwa kondisi ini telah menunda keputusan besar dalam hidup mereka, misalnya untuk membeli rumah atau memulai rumah tangga bahkan memberi dampak dalam hal perilaku menghemat uang, seperti membeli pakaian bekas atau tidak memiliki kendaraan.
Dilaporkan dalam The Economic Times, Survei Deloitte Global 2023 ini didasarkan pada tanggapan dari 22.856 responden dengan rincian 14.483 adalah Generasi Z dan 8.373 adalah Milenial dari 44 negara di seluruh Amerika Utara, Amerika Latin, Eropa Barat, Eropa Timur, Timur Tengah, Afrika, juga Asia Pasifik. Laporan ini juga mencakup tanggapan 800 responden dari India
Sementara itu, 49 persen Gen Z dan 62 persen Milenial mengatakan pekerjaan adalah inti dari identitas mereka, keseimbangan kehidupan kerja juga menjadi sesuatu yang mereka perjuangkan.
Mereka umumnya mengagumi rekan-rekan kerja yang memiliki keseimbangan dalam kehidupan kerja, hal itu pun menjadi pertimbangan mereka dalam memilih tempat kerja.
Keseimbangan Kerja
Keseimbangan kerja yang dimaksud Gen-Z ini maksudnya adalah kondisi perusahaan yang menghargai pekerjaan jarak jauh atau hybrid dan melihat manfaatnya.
Diketahui, sebanyak 3 dari 4 responden yang saat ini bekerja hybrid merasa akan mempertimbangkan untuk mencari pekerjaan baru jika atasan mereka meminta mereka untuk bekerja penuh waktu secara luring.
Responden memaparkan hal-hal yang umumnya membuat mereka cemas di tempat kerja, yaitu masa depan keuangan jangka panjang, keuangan sehari-hari, dan kesehatan/kesejahteraan keluarga mereka.
Selain itu, diikuti juga dengan kekhawatiran tentang kesehatan mental dan faktor tempat kerja seperti beban kerja yang berat, keseimbangan kerja/kehidupan yang buruk, dan budaya tim yang tidak sehat juga menjadi penyebab utama.
Advertisement
Keseimbangan antara Kehidupan Profesional dan Pribadi
Mengutip The Economic Times, Kepala People & Experience Officer Deloitte India Deepti Sagar mengatakan bahwa Generasi Z dan Milenial mencari keseimbangan antara kehidupan profesional dan pribadi mereka.
"Mereka juga dibimbing oleh tujuan yang kuat, sangat peduli dengan isu-isu global, dan bercita-cita untuk masa depan di mana mereka dapat menjadi agen perubahan yang aktif. Menjadi kewajiban bagi pemberi kerja untuk menyelaraskan dengan pola pikir ini, mendorong dorongan mereka untuk memberikan dampak positif. Bisnis yang menanggapi kebutuhan dan kekhawatiran ini tidak hanya akan meningkatkan ketahanan mereka sendiri tetapi juga akan berkontribusi pada transformasi sosial yang berarti," jelasnya.