Harga Minyak Dunia Hari Ini Turun Tipis, Utang AS Masih Membayangi

Harga minyak Brent berjangka turun 28 sen atau 0,8 persen menjadi USD 75,58 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate AS untuk Juli turun 25 sen atau 0,3 persen menjadi USD 71,69.

oleh Tira Santia diperbarui 20 Mei 2023, 07:30 WIB
Diterbitkan 20 Mei 2023, 07:30 WIB
Ilustrasi tambang migas
Harga minyak Brent berjangka turun 28 sen atau 0,8 persen menjadi USD 75,58 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate AS untuk Juli turun 25 sen atau 0,3 persen menjadi USD 71,69. (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak berbalik arah dan jatuh pada perdagangan Jumat setelah Partai Republik Amerika Serikat (AS) dan pemerintahan Presiden Joe Biden menghentikan pembicaraan tentang menaikkan plafon utang pemerintah. Ini mengancam default yang dapat memangkas permintaan energi.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (20/5/2023), harga minyak Brent berjangka turun 28 sen atau 0,8 persen menjadi USD 75,58 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate AS untuk Juli turun 25 sen atau 0,3 persen menjadi USD 71,69.

Kontrak minyak mentah AS yang kurang aktif untuk bulan Mei, yang akan berakhir pada hari Senin, ditutup turun 31 sen atau 0,4 persen menjadi USD 71,55.

Harga minyak Brent dan minyak mentah AS tetap membukukan kenaikan mingguan pertama mereka dalam sebulan, dengan kedua tolok ukur naik sekitar 2 persen.

Biden dan Partai Republik memiliki sedikit waktu untuk menyepakati kesepakatan guna menaikkan batas pinjaman pemerintah federal sebesar USD 31,4 triliun atau berisiko gagal bayar. Departemen Keuangan telah memperingatkan pemerintah tidak dapat membayar semua tagihannya pada 1 Juni.

Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan kesepakatan tetap memungkinkan.

Pasar juga ketakutan oleh komentar Ketua Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell yang menyatakan inflasi 'jauh di atas' target The Fed, menambahkan belum ada keputusan yang dibuat mengenai tindakan suku bunga berikutnya.

“Tampaknya mereka tidak akan menyelesaikan kesepakatan utang hari ini... peluang kenaikan 25 basis poin (tingkat suku bunga) dalam pertemuan Juni meningkat dari hari ke hari, ”kata Analis Mizuho Robert Yawger.

 

Utang AS

utang-amerika-131016b.jpg
Utang AS

Menyusul laporan negosiasi plafon utang yang dihentikan dan komentar Powell, saham AS, imbal hasil Treasury, dan dolar semuanya bergerak lebih rendah.

Memberikan beberapa dukungan untuk pasar, Menteri Keuangan AS Janet Yellen menegaskan kembali kekuatan dan kesehatan sistem perbankan negara itu dalam pertemuan dengan CEO bank pada hari Kamis.

Jumlah rig minyak AS, indikator produksi di masa depan, turun 11 menjadi 575 rig minggu ini. Hal tersebut menjadi penurunan mingguan terbesar sejak September 2021, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes Co.

Sementara potensi kenaikan suku bunga tambahan meningkatkan kekhawatiran tentang melemahnya permintaan di Amerika Serikat, harga dapat naik karena permintaan China yang lebih tinggi sepanjang tahun 2023, kata analis dari National Australia Bank.

Produksi kilang minyak China pada bulan April naik 18,9 persen dari tahun sebelumnya ke level tertinggi kedua dalam catatan. Penyulingan China mempertahankan kinerja tinggi untuk memenuhi pemulihan permintaan bahan bakar domestik dan membangun stok menjelang musim perjalanan musim panas. 

Harga Minyak Dunia Anjlok Hampir 2 Persen karena Dolar AS Melambung

lustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Harga minyak turun sekitar 2 persen pada penutupan perdagangan Kamis setelah data ekonomi AS yang solid mendorong nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) ke level tertinggi dalam dua bulan.

Penurunan harga minyak dunia ini terjadi di tengah peningkatan ekspektasi bahwa Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) akan menaikkan suku bunga lagi di Juni.

Mengutip CNBC, Jumat (19/5/2023), harga minyak mentah Brent turun USD 1 atau 1,2 persen menjadi USD 75,98 per barel pada perdagangan pukul 15:22. EDT. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 85 sen atau 1,1 persen menjadi USD 72,04 per barel.

Penguatan dolar AS dapat membebani permintaan minyak mentah karena membuat bahan bakar lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Presiden Federal Reserve bagian Dallas Lorie Logan mengatakan bahwa dia cukup khawatir inflasi terlalu tinggi saat ini. Angka yang ada saat ini kemungkinan besar belum bisa menghentikan langkah the Fed menghentikan kenaikan suku bunga pada Juni.

Suku bunga tinggi meningkatkan biaya pinjaman sehingga bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi.Hal ini juga kemudian akan berdampak pada pengurangan permintaan minyak mentah.

"Kabar baik bagi ekonomi sekarang menjadi berita buruk bagi prospek permintaan minyak mentah karena ketahanan ekonomi akan memaksa Fed untuk mematikan ekonomi," kata Edward Moya, analis pasar senior di perusahaan data dan analitik OANDA.

"Minyak menjadi perdagangan yang mudah, karena akan melacak dolar AS dan tidak banyak hal lainnya," kata Moya.

Negosiasi Plafon Utang AS

Kurs Rupiah terhadap Dolar
Karyawan bank menunjukkan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Senin (2/11/2020). Nilai tukar rupiah pada perdagangan Senin (2/11) sore ditutup melemah 0,1 persen ke level Rp14.640 per dolar AS, dari perdagangan sebelumnya yaitu Rp14.690 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

ANZ Research menulis bahwa kekuatan data ekonomi AS di April memberikan optimisme tentang negosiasi plafon utang AS.

Presiden Joe Biden dan anggota kongres utama AS dari Partai Republik Kevin McCarthy pada hari Rabu menggarisbawahi tekad mereka untuk mencapai kesepakatan guna menaikkan plafon utang pemerintah federal sebesar USD 31,4 triliun dan menghindari gagal bayar yang membawa bencana ekonomi.

Kesepakatan utang perlu dicapai sebelum pemerintah kehabisan uang untuk membayar tagihannya, paling cepat 1 Juni.

Pelaku pasar memperkirakan sekitar 20 persen kemungkinan Fed akan menaikkan suku bunga pada pertemuan bulan Juni, sedangkan sebulan yang lalu, pedagang memperkirakan sekitar 20 persen kemungkinan pemotongan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya