Liputan6.com, Jakarta Vietnam berancang-ancang memangkas ekspor beras hingga 45 persen di 2030. Ekspor beras akan dipotong hingga hanya sebesar 4 juta ton.Â
Pemangkasan ini dinilai akan mempengaruhi Indonesia yang kerap mengandalkan Vietnam untuk memasok beras.
Baca Juga
Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaludin Iqbal, mengatakan impor beras hanyalah salah satu alternatif sumber untuk memenuhi cadangan beras pemerintah (CBP).
Advertisement
"Sumber utama CBP tetap produksi beras dalam negeri, yang sampai saat ini Bulog tetap melakukan penyerapan," kata Awaludin Iqbal kepada Liputan6.com, Selasa (30/5/2023).
Menurutnya, meski Vietnam memangkas ekspor beras hingga 45 persen di masa mendatang, Indonesia masih bisa mencari alternatif impor dari negara lain.
"Selain Vietnam, ada beberapa negara yg menjadi alternatif asal impor, seperti Thailand, India dan Pakistan," ujarnya.
Data BPS soal Beras Impor
Meski demikian, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Vietnam memang terbukti menjadi pemasok terbesar beras impor ke Indonesia bersama negara lain seperti India, Thailand hingga Pakistan dalam 5 tahun terakhir.
Tercatat pada 2021 jumlah beras impor Vietnam ke Indonesia mencapai 65.692 ton. Sementara 2020 sebanyak 88.716 ton, di 2019 mencapai 33.133 ton, 2018 mencapai 767.180 ton dan 2017 sebesar 16.599 ton.
Kemudian pada 2022, impor beras Vietnam mencapai 81.828 ton. Jumlah terbesar ketiga di bawah India yang menembus 178.533 ton dan Pakistan 84.407 ton.
Khusus di tahun ini, Perum Bulog telah mendapat tugas untuk melakukan impor beras sebesar 2 juta ton sepanjang 2023.
Vietnam Mau Tahan Ekspor Beras, Data Buktikan Indonesia Sangat Bergantung ke Pasokan Negara Ini
Sebelumnya, Vietnam berancang-ancang memangkas ekspor beras hingga 45% di 2030. Ekspor beras akan dipotong hingga hanya sebesar 4 juta ton. Tentu ini akan mempengaruhi Indonesia yang kerap mengandalkan Vietnam untuk memasok beras.
Terbukti, mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), Senin (29/5/2023), Vietnam wara-wiri menjadi pemasok terbesar beras impor ke Indonesia bersama negara lain seperti India, Thailand hingga Pakistan dalam 5 tahun terakhir.
Seperti pada 2021 jumlah beras impor Vietnam ke Indonesia mencapai 65.692 ton. Sementara 2020 sebanyak 88.716 ton, di 2019 mencapai 33.133 ton, 2018 mencapai 767.180 ton dan 2017 sebesar 16.599 ton.
Kemudian pada 2022, impor beras Vietnam mencapai 81.828 ton. Jumlah terbesar ketiga di bawah India yang menembus 178.533 ton dan Pakistan 84.407 ton.
Khusus di tahun ini, Perum Bulog telah mendapat tugas untuk melakukan impor beras sebesar 2 juta ton sepanjang 2023.
Tahap awal, impor beras tersebut sudah dijalankan pada Maret kemarin. Untuk tahap selanjutnya, impor beras akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan.
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menjelaskan, Bulog tidak langsung meneken kontrak impor 2 juta ton. Kontrak antara Bulog dengan negara yang akan mengekspor beras ke Indonesia, hanya dilakukan sesuai dengan jumlah kebutuhan.
"Oh kita enggak bisa kontrak sebanyak itu ya, artinya bertahap," ujar Budi di kantor Perum Bulog Kanwil Jakarta dan Banten, Jakarta Utara, Kamis (6/4/2023).
Melansir CNBC, Dokumen Pemerintah Vietnam tertanggal 26 Mei mengatakan, pemangkasan ekspor beras itu untuk "meningkatkan ekspor beras berkualitas tinggi, memastikan ketahanan pangan dalam negeri, melindungi lingkungan dan beradaptasi dengan perubahan iklim".
 Vietnam merupakan pengekspor beras terbesar ketiga di dunia, setelah India dan Thailand.
Advertisement
Pangkas Kantong Pendapatan Vietnam
Pemangkasan ekspor ini akan menurunkan pendapatan ekspor beras Vietnam menjadi USD 2,62 miliar per tahun pada tahun 2030, turun dari USD 3,45 miliar pada tahun 2022.
Menanggapi pemangkasan ekspor, sorang pedagang beras di Kota Ho Chi Minh menilai, meskipun lahan pertanian padi Vietnam menyusut akibat perubahan iklim dan beberapa petani beralih menanam tanaman lain dan beternak udang, strategi tersebut tampaknya terlalu agresif.
Pedagang itu mengungkapkan, sejumlah petani padi di Delta Mekong mengubah sebagian ladang mereka menjadi perkebunan buah-buahan, menanam mangga, jeruk bali, nangka, dan durian, tetapi sebagian besar masih bergantung pada beras.
Kecenderungan membudidayakan udang telah terjadi di daerah tersebut selama bertahun-tahun, karena kenaikan air laut yang dipicu oleh perubahan iklim membawa peningkatan salinasi yang signifikan di wilayah Delta Mekong.