Liputan6.com, Florida Satelit Republik Indonesia atau Satria-1 resmi diluncurkan ke ruang angkasa dari fasilitas SpaceX di Florida, Amerika Serikat. Satelit Satria-1 ini lepas landas pada pukul 18.21 waktu setempat.
Baca Juga
Liputan6.com berkesempatan untuk menyaksikan langsung roket Falcon 9 yang membawa satelit Satria-1 dari point of view SpaceX di Cape Caneveral Space Launch Complex, yang lokasinya hanya berjarak kurang lebih 2 km dari launch pad.
Sebelum peluncuran, SpaceX sendiri sudah melakukan hitung mundur sejak empat jam sebelummnya. Saat itu juga, pihak SpaceX juga secara bersamaan melakukan pengisian bahan bakar penuh.
Advertisement
Menakjubkan
Menakjubkan, saat roket diluncurkan, asap tebal muncul dari bawah roket dibarengi dengan suara gemuruh. Suara dan penampakan roket diluncurkan ini bisa dilihat dari sebagian besar Cape Canaveral yang berada di Florida.
Dalam peluncuran Satria-1, butuh waktu kurang lebih 3 menit untuk menyelesaikan stage 1. Stage 1 ini merupakan tahap dimana bagian bawah roket yang digunakan sebagai pendorong awal akan lepas dan kembali jatuh ke bumi.
Uniknya dari roket SpaceX, bagian bawah roket ini tidak jatuh sembarangan. Melainkan bisa dikontrol pendaratannya, dan nantinya bisa digunakan lagi untuk peluncuran roket-roket lainnya. Inilah yang menjadi keunggulan SpaceX.
Pendaratannya sendiri, dalam peluncuran Satria-1 ini dilakukan di tengah laut yang hanya mengunakan kapal.
Pasca peluncuran, Satelit Satria-1 membutuhkan waktu empat hingga lima bulan proses orbit raising untuk sampai dan menempati slot 146 derajat Bujur Timur (BT), yang tepat berada di atas Papua, Indonesia.
Dalam orbit raising, satelit memakai teknologi Electric Propulsion yang memanfaatkan pendorong elektrik untuk mendukung pergerakan sehingga dapat menghemat penggunaan bahan bakar serta memperpanjang usia pakai satelit.
Setelah berada di 146 derajat BT, PSN bersama TAS akan melakukan In-Orbit Testing untuk memastikan perangkat Satelit SATRIA berfungsi dengan normal pasca peluncuran.
Proyek satelit Satria-1 ini merupakan proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) yang mulai direncanakan sejak 2017. Proses pembuatan satelit dilakukan oleh perusahaan manufaktur antariksa Prancis, Thales Alenia Space (TAS). Proses produksi satelit berlangsung dari September 2020 hingga Mei 2023.
Setelah diproduksi, satelit berbobot 4,6 ton dengan tinggi 6,5 meter ini dikirim melalui moda transportasi laut selama 17 hari dari Cannes, Prancis bagian Selatan, menuju Cape Canaveral. Saat ini, satelit telah berada di Payload Processing Facility SpaceX.
Adapun proyek pemerintah ini menelan anggaran Rp 8 triliun