Liputan6.com, Jakarta Harga emas bergerak tipis pada perdagangan Senin (Selasa waktu Jakarta) di saat para pedagang emas masih ragu tentang apakah Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) akan segera memberi sinyal untuk mengakhiri jalur pengetatan moneternya.
Dikutip dari CNBC, Selasa (18/7/2023), harga emas di pasar spot turun 0,02% menjadi USD 1.954,6001 per ons. Sedangkan harga emas berjangka AS lebih murah 0,4% menjadi USD 1.956,40.
Baca Juga
Kurs USD menguat dari level terendah lebih dari satu tahun, hal ini membuat harga emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Benchmark Treasury yields juga naik lebih tinggi.
Advertisement
″(Emas) investor pada saat ini cukup enggan untuk pergi sepenuhnya bullish meskipun data inflasi minggu lalu,” kata Kepala Strategi Komoditas di TD Securities, Bart Melek.
Harga emas batangan atau Bullion membukukan kenaikan mingguan terbesar sejak April pekan lalu di tengah spekulasi bahwa Fed dapat menghentikan kenaikan suku bunga setelah Juli setelah data AS mengisyaratkan tren disinflasi karena harga konsumen tumbuh pada laju paling lambat dalam lebih dari dua tahun.
Pedagang sebagian besar mengharapkan bank sentral untuk menaikkan suku bunga dalam pertemuan 25-26 Juli.
“Harga emas kemungkinan akan berada di bawah tekanan karena ekonomi AS terus menguat, terutama di bidang ketenagakerjaan. Dalam pandangan saya, sangat tidak mungkin The Fed akan berkomitmen untuk condong ke sikap kebijakan yang lebih dovish,” tambah Melek.
Suku Bunga Lebih Tinggi
Suku bunga yang lebih tinggi menumpulkan daya pikat emas karena meningkatkan biaya peluang untuk memegang aset yang tidak memberikan imbal hasil.
Investor juga mengambil stok data dari China yang menunjukkan ekonomi konsumen bullion teratas tumbuh dengan kecepatan yang lemah di kuartal kedua.
Sementara itu, harga perak turun 0,4% menjadi USD 24,8335 per ons.
“Sementara sentimen mungkin baik terhadap investasi perak, aplikasi industri mempertahankan sebagian besar pangsa pasar,” tulis analis Heraeus dalam sebuah catatan.
“Peningkatan aktivitas di China dan Eropa mungkin diperlukan untuk melihat harga (perak) naik lebih jauh di paruh kedua tahun 2023," lanjut dia.
Berbeda dengan harga emas Dunia, harga Platinum naik 0,56% menjadi USD 976,9983 dan harga paladium naik 1,36% menjadi USD 1.288,3054.
Harga Emas Diramal Melambung Pekan ini, Tapi Hati-Hati Jika Sentuh USD 1.980
Sebelumnya, Sentimen bullish atau penguatan diperkirakan kembali mendorong harga emas dunia pada pekan ini. Sejumlah analis dan investor ritel melihat bahwa harga emas dunia pekan ini memiliki banyak ruang untuk naik tetapi memang peluang tersebut tidak terlalu besar.
Menurut Survei Kitco, investor ritel melihat kenaikan harga emas ini memungkinkan terjadi karena selama berminggu-minggu kemarin harga logam mulia terus menerus mengalami tekanan.
Pada saat yang sama, para analis melihat bahwa ada kemungkinan harga emas melonjak di pekan ini tetapi tetap mengingatkan investor untuk lebih berhati-hati dalam mengambil posisi.
Analis senior logan mulia RJO Futures Daniel Pavilonis mengatakan, data inflasi yang lemah akan terus mendukung harga emas. Hal ini juga menjadi alasan bagi investor untuk harus berhati-hati pada level ini.
Banyak investor terus duduk di pinggir lapangan menunggu Bank Sentral AS atau Federal Reserve memberi sinyal siap menghentikan kenaikan suku bunga. Dia mencatat bahwa masih belum ada informasi yang cukup untuk memberikan jawaban pasti tentang suku bunga.
"Kami masih belum berada di wilayah yang membatasi, jadi The Fed mungkin enggan mundur dari perang inflasi saat ini," katanya dikutip dari Kitco, Senin (17/7/2023).
"Itu bisa membuat imbal hasil obligasi tetap tinggi dan membatasi pergerakan emas." tambah dia.
Advertisement
Kenaikan Suku Bunga
Namun, Pavilonis mengatakan bahwa jika The Fed menyatakan jelas bahwa mereka selesai menaikkan suku bunga, maka emas dapat dengan mudah lepas landas.
"Emas masih terlihat menarik pada level ini karena, dalam lingkungan suku bunga netral, ada faktor lain yang dapat mendorong harga emas. Setelah The Fed selesai menaikkan suku bunga, investor akan beralih ke emas sebagai safe-haven atau lindung nilai geopolitik," terang dia.
Pada saat yang sama, banyak analis melihat harga emas akan bullish karena dolar AS mengalami aksi jual terburuk sejak November. Indeks dolar AS ingin mengakhiri minggu kemarin di bawah 100 poin, turun lebih dari 2,2%.
Namun, analis juga mencatat bahwa emas tidak melihat keuntungan besar dari penurunan nilai tukar dolar AS. Emas berjangka Agustus terakhir diperdagangkan pada USD 1.964,30 per ons, naik 1,7% sepanjang minggu kemarin. Ini merupakan kinerja mingguan terbaiknya sejak April.