Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen kembali menyuarakan optimismenya bahwa perekomonian AS tak akan jatuh ke dalam jurang resesi. Keyakinan ini dengan berlandaskan kekuatan pasar tenaga kerja dan data inflasi yang menunjukkan kemajuan.
"Saya tidak mengharapkan resesi," kata Yellen, dikutip dari laman MarketWatch, Selasa (18/7/2023).
"Saya pikir kita berada di jalur yang baik untuk menurunkan inflasi. Data inflasi terbaru cukup menggembirakan," ujar Menkeu AS dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg Television, di sela-sela pertemuan pejabat keuangan G20 di India.
Advertisement
Â
"Saya pikir kita berada di jalur yang baik di Amerika Serikat," tambah Yellen.
Namun, dengan data pertumbuhan ekonomi China yang lebih lemah dari perkiraan, Yellen mengakui bahwa pertumbuhan yang lambat di sana dapat menimbulkan beberapa dampak negatif untuk AS.
Pekan lalu, data resmi menunjukkan bahwa Indeks Harga Konsumen atau tingkat inflasi AS naik hanya 0,2 persen menjadi 3 persen pada Juni 2023. Ini menandai level inflasi terendah sejak Maret 2021.
Sementara itu, tingkat inflasi inti AS menyentuh 4,8 persen, tingkat tahunan terendah sejak Oktober 2021. Perkiraan konsensus sebelumnya memproyeksi inflasi inti AS akan naik 0,2 persen menjadi 5 persen.
Menurut George Mateyo, kepala investasi di Key Private Bank, angka-angka tersebut dapat memberi Federal Reserve ruang untuk bernafas karena tampaknya akan menurunkan inflasi AS yang berada di sekitar tingkat tahunan 9 persen di tahun 2022, tertinggi sejak November 1981.
AS Menjauh dari Jurang Resesi, Pertumbuhan Ekonomi Tembus 2,2 Persen di Awal 2023
Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat berada dalam laju yang lebih kuat dari yang dilaporkan sebelumnya pada awal tahun.
Melansir BBC, Jumat (30/6/2023) data terbaru dari Departemen Perdagangan AS menunjukkan bahwa ekonomi AS tumbuh pada tingkat tahunan sebesar 2 persen di kuartal pertama tahun ini.
Sebelumnya, pertumbuhan ekonomi AS tercatat hanya 1,3 persen di kuartal pertama. Koreksi ini disebut sebut mencerminkan belanja konsumen yang kuat.
Seperti diketahui, Bank sentral AS atau Federal Reserve telah berupaya mendinginkan inflasi dengan secara rutin menaikkan suku bunga utamanya sebesar lima poin persentase sejak Maret 2022, menjadi lebih dari 5 persen.
The Fed juga masih memberikan sinyal akan menaikkan suku bunga lebih lanjut tahun ini.
Di sisi lain, pergerakan tersebut telah menimbulkan kekhawatiran akan perlambatan ekonomi yang lebih berat, karena tingkat yang lebih tinggi membebani aktivitas, seperti pengeluaran dan ekspansi bisnis.
Dalam sebuah pertemuan di Eropa minggu ini, Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan bahwa kebijakan saat ini tidak cukup untuk memerangi inflasi.
"Meskipun kebijakan membatasi, itu mungkin tidak cukup membatasi dan belum cukup lama," kata Powell dalam panel yang diselenggarakan oleh Bank Sentral Eropa di Portugal.
Advertisement
Pengangguran Berkurang
Banyak perusahaan AS telah melaporkan kekhawatiran tentang prospek awal tahun ini, tetapi perekrutan tetap kuat dan data lainnya memberikan gambaran yang lebih cerah.
"Narasi tentang pergeseran pertumbuhan, sekali lagi. Tanda-tanda perlambatan sedikit," kata Diane Swonk, kepala ekonom di KPMG.
Harga konsumen di AS mencapai 4 persen selama 12 bulan hingga Mei, menurut Departemen Tenaga Kerja. Itu adalah laju inflasi paling lambat dalam dua tahun, mencerminkan penurunan biaya bahan bakar sejak lonjakan tahun lalu.
Tetapi harga barang lainnya terus meningkat. Inflasi inti AS, yang tidak termasuk biaya energi dan pangan tercatat 5,3 persen di kuartal pertama.
IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi AS Jadi 1,7 Persen di 2023
Dana Moneter Internasional (IMF) sedikit menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat tahun 2023.
"Ekonomi AS terbukti tangguh," kata direktur pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan dalam konferensi pers, dikutip dari Channel News Asia, Senin (29/5/2023).
Akan tetapi, Georgieva juga mengeluarkan peringatan tentang batas utang AS, dan menyerukan Partai Republik dan Demokrat di Kongres untuk mencapai "resolusi cepat".
"Kami menganggap pasar Treasury AS sebagai jangkar sistem keuangan global, dan jangkar ini perlu dipertahankan," ujarnya.
IMF memproyeksi pertumbuhan produk domestik bruto riil AS naik 1,7 persen tahun ini, naik dari perkiraan 1,6 persen pada awal tahun, sebelum kembali melambat menjadi 1 persen pada 2024.
Advertisement