Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) kembali mencatatkan sejarah baru di sektor hulu migas Indonesia. Kali ini, Pertamina mampu melakukan tajak sumur perdana eksplorasi di Lapangan Duri Blok Rokan menggunakan teknologi Unconventional Drilling.
Teknologi Unconventional Drilling ini menjadi upaya Pertamina untuk meningkatkan produksi secara signifikan, untuk mencapai target produksi 1 juta barel minyak bumi per hari.
Baca Juga
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menjelaskan teknologi Unconventional Drilling telah diterapkan di Amerika Serikat (AS) pada tahun 2010 dan berhasil mengubah AS dari net importer, menjadi net exporter dalam waktu 10 tahun.
Advertisement
“Penerapan teknologi unconventional drilling ini dapat meningkatkan produksi Blok Rokan untuk memperkuat ketahanan energi nasional sekaligus mendukung target 1 juta barel minyak bumi per hari yang telah dicanangkan Pemerintah,” ujar Nicke dalam keterangan tertulis, Jumat (21/7/2023).
PT Pertamina Hulu Rokan, sebagai Subholding Upstream Pertamina yang mengelola Lapangan Duri Blok Rokan, telah menggandeng EOG Resources, perusahaan AS yang berpengalaman dengan teknologi Unconventional Drilling.
“Dengan pengalaman yang dimiliki EOG, diharapkan dapat membuahkan hasil untuk menemukan cadangan migas yang lebih besar lagi untuk mewujudkan ketahanan energi nasional,” imbuh Nicke.
Penerapan perdana teknologi Unconventional Drilling dilakukan di Lapangan North Duri Development (NDD) Area 14 Stage-1. Penerapan teknologi baru ini merupakan bagian dari pengembangan area steamflood baru setelah alih kelola Blok Rokan oleh Pertamina.
Pertamina sebagai pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen dalam mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDG’s).
Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.
Ahok Buka-Bukaan Rencana Pertamina Pindah Kantor ke Balikpapan
Sebelumnya, Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok buka-bukaan soal rencana pemindahan kantor pusat sejumlah anak usaha Pertamina ke daerah. Ada 2 daerah yang dibidik, yakni Balikpapan, Kalimantan Timur, dan Riau.
Ahok mengungkap saat ini kantor pusat PT Kilang Pertamina Balikpapan berada di Jakarta, padahal ada kantor dan kawasan di Balikpapan yang dinilai kurang dioptimalkan. Hal ini membuat pengelolaan keuangan perusahaan menjadi kurang efisien.
"Di Kaltim tuh kantor kita bayangin dari zaman Belanda sudah ratusan tahun, itu ada Samboja, dulu orang Kaltim kalau mau berenang, mau olahraga di Samboja tuh, sekarang semua itu terbangkalailah, artinya tidak dipakai. Sementara hulu dan kilang, nyewa kantor di sini itu 92.000 meter per segi Rp382 miliar belum (biaya) operasional," ujarnya saat ditemui di Kementerian BUMN, Selasa (18/7/2023).
"Sekarang saya tanya, kalo Anda orang minyak, kilang, kilang paling besar ada di Balikpapan, masa kamu punya kantor Kilang Pertamina Balikpapan ada di Jakarta, lucu enggak?" sambungnya.
Tak cuma Kilang Pertamina Balikpapan, Ahok juga menyoroti soal kantor pusat dari Pertamina Hulu Rokan yang ada di Jakarta. Padahal, ada sejumlah aset yang ada sekitar wilayah operasional di Riau.
Ahok menyoroti tak semestinya PHR menyewa tempat untuk kantor di kawasan elit di Kuningan, Jakarta. Mengingat, biaya yang dikucurkan untuk menyewa terbilang besar.
"Kenapa enggak pakai kantor yang ada di Rokan? Dan Bagi kita kan PT PT ini kan hanya bicara regional I, II, III, IV. kan kita ada PHE. Nah masa PHE saja mau sewa kantor mau tiga ratusan miliar. Kenapa enggak kesana saja?," kata dia.
Advertisement
Bentuk Penghematan
Lebih lanjut, Ahok kembali menegaskan kalau perpindahan kantor ke pusat wilayah kerjanya menjadi bentuk penghematan. Tak tanggung-tanggung, penghematannya bisa setara dengan impor 1 juta barrel BBM.
Proses pemindahan nantinya, kata Ahok akan dilakukan secara bertahap. Baik untuk PHR maupun Kilang Pertamina Balikpapan.
"Kita mau rencanakan tapi pasti bertahap, kita kan ada sewa sampai 2026, itu akan sampai 2026. Tapi yang pasti kaya PHR, kaya Kilang (Kilang Pertamina Internasional), Kilang Pertamina Balikpapan ya harus ada di Balikpapan, kita paling besar di sana kok. Kita hemat bisa kira-kira 1 bulan, kita bisa hemat impor 1 juta barrel BBM kalau nanti sudah jadi," bebernya.
Soal rencananya ini, Ahok mengaku telah mengantongi restu dari Menteri BUMN Erick Thohir dan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Satu hal yang dipastikannya adalah beban operasional tidak jadi beban perusahaan, apalagi masyarakat.
"Penghematan paling nyata tuh apa? Ya lu pindahin kantor lah. Ngapain kamu punya rumah, rumah kamu dibiarin, didudukin penghuni tidak berhak, terus kamu sewa rumah, lucu gak? Kamu kerjanya deket rumah kamu dong. Itu saja logikanya," tegas Basuki Tjahaja Purnama.