Kredit Perbankan Melambat, Ini Penyebabnya

Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan kredit/pembiayaan perbankan pada Juni 2023 melambat.

oleh Tira Santia diperbarui 26 Jul 2023, 11:45 WIB
Diterbitkan 26 Jul 2023, 11:45 WIB
BI Kembali Pertahankan Suku Bunga Acuan di 5 Persen
Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan kredit/pembiayaan perbankan pada Juni 2023 melambat.. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan kredit/pembiayaan perbankan pada Juni 2023 melambat. Hal itu disebabkan menurunnya permintaan kredit dari dunia usaha.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, menyebut kredit perbankan pada Juni 2023 hanya mampu tumbuh sebesar 7,76 persen (yoy) dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 9,39 persen yoy. Pertumbuhan itu terutama ditopang oleh sektor Jasa Dunia Usaha, Jasa Sosial, dan Pertambangan.

“Di tengah longgarnya sisi penawaran oleh tersedianya likuiditas, tingginya rencana penyaluran kredit, serta longgarnya standar penyaluran kredit/pembiayaan perbankan, korporasi cenderung mempercepat pelunasan kredit, dan berperilaku wait and see dalam meningkatkan rencana investasinya ke depan,” kata Perry dalam Konferensi Pers RDG, Rabu (26/7/2023).

Segmen UMKM

Sementara di segmen UMKM, pertumbuhan kredit terus berlanjut, yaitu mencapai 7,34 persen (yoy) pada Juni 2023.

Atas dasar tersebut, Bank Indonesia berkomitmen untuk terus mendorong penyaluran kredit/pembiayaan dari sisi penawaran perbankan dalam rangka mengakselerasi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Untuk itu, kebijakan insentif likuiditas makroprudensial difokuskan pada sektor-sektor yang memiliki daya ungkit lebih tinggi bagi pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.

"Khususnya pada sektor hilirisasi (minerba, pertanian, peternakan, dan perikanan), perumahan (termasuk perumahan rakyat), pariwisata, inklusif (termasuk UMKM, KUR, dan ultra mikro/UMi), serta ekonomi keuangan hijau," ujarnya.

 

Likuiditas Perbankan Longgar

BI Kembali Pertahankan Suku Bunga Acuan di 5 Persen
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo bersiap menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RGD) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (19/12/2019). RDG tersebut, BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) sebesar 5 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Disamping itu, Bank Indonesia mencatat likuiditas perbankan tetap longgar, sehingga berpotensi mendorong berlanjutnya peningkatan kredit pembiayaan.

Rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) tercatat tinggi, yakni 26,73 persen pada Juni 2023, sejalan dengan stance kebijakan likuiditas longgar Bank Indonesia.

"Perkembangan likuiditas tersebut berperan positif terhadap perkembangan suku bunga perbankan," ujarnya.

 

Pasar Uang

FOTO: Akhir Tahun, Nilai Tukar Rupiah Ditutup Menguat
Karyawan menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Lanjut Perry, di pasar uang, suku bunga IndONIA cukup rendah yakni 5,61 persen pada 24 Juli 2023. Di pasar obligasi, imbal hasil SBN tenor jangka pendek tercatat 5,99 persen, sementara imbal hasil SBN tenor jangka panjang tercatat 6,22 persen pada tanggal yang sama.

Keumdian, di perbankan, suku bunga deposito 1 bulan dan suku bunga kredit pada Juni 2023 terjaga rendah, yaitu sebesar 4,14 persen dan 9,34 persen.

Kendati demikian, Bank Indonesia terus memastikan kecukupan likuiditas untuk terjaganya stabilitas sistem keuangan dan meningkatnya kredit/pembiayaan guna berlanjutnya pemulihan ekonomi nasional.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya