Pekerja Singapura Tercepat dalam Adopsi AI

Pekerja di Singapura dinilai yang tercepat di dunia dalam hal mengadopsi keterampilan kecerdasan buatan terbaru dari LinkedIn

oleh Vatrischa Putri Nur Sutrisno diperbarui 25 Agu 2023, 08:00 WIB
Diterbitkan 25 Agu 2023, 08:00 WIB
Ilustrasi pekerja pengguna kecerdasan buatan AI
Ilustrasi pekerja pengguna kecerdasan buatan AI Credit: pexels.com/ThisisEngineering

Liputan6.com, Jakarta - Pekerja di Singapura dinilai yang tercepat di dunia dalam hal mengadopsi keterampilan kecerdasan artificial terbaru dari LinkedIn, dilansir dari Future of Work, Senin (21/08/23).

Laporan tersebut mengambil data dari 25 negara dan menemukan bahwa Singapura memiliki "tingkat difusi" tertinggi dengan jumlah anggota yang menambahkan keterampilan AI ke profil mereka meningkat 20 kali lipat sejak Januari 2016.

Angka tersebut jauh lebih tinggi dari rata-rata global yang hanya delapan kali lipat, kata LinkedIn kepada CNBC Make It. Finlandia (16x), Irlandia (15x), India (14x), dan Kanada (13x) melengkapi lima negara teratas dengan tingkat difusi keterampilan AI tertinggi, menurut laporan tersebut.

Pooja Chhabria, pakar karier dan kepala editorial Asia Pasifik di LinkedIn, mengatakan bahwa Singapura telah lama menjadi "lahan subur" untuk disrupsi AI.

Hal ini berkat "infrastruktur digital yang kuat, kerangka kerja yang kuat untuk melindungi kekayaan intelektual, dan ekosistem perusahaan modal ventura, angel investor yang menyediakan modal," ujarnya.

"Kami telah melihat pertumbuhan pesat dalam pengembangan dan adopsi AI yang didorong oleh perusahaan rintisan dan bisnis selama bertahun-tahun, dalam upaya mereka mengukir ceruk baru atau mencapai keunggulan kompetitif yang lebih besar." lanjutnya.

Keterampilan yang Berpotensi Dapat Ditingkatkan oleh AI

Pada tahun 2022, lima keterampilan terkait AI dengan pertumbuhan tercepat yang ditambahkan ke profil anggota adalah keterampilan yang "mengisyaratkan kemunculan AI generatif," menurut LinkedIn.

Hal ini termasuk keterampilan seperti menjawab pertanyaan - yang tumbuh 332% - klasifikasi dan sistem rekomendasi.

Chatbot ChatGPT memicu gelombang minat baru pada teknologi Generative AI (GAI) pada tahun lalu, dan perusahaan-perusahaan teknologi besar seperti Google dan Microsoft sejak saat itu berusaha untuk menanamkan AI di seluruh bisnis mereka.

LinkedIn, yang dimiliki oleh Microsoft, pada bulan Mei lalu meluncurkan fitur yang memungkinkan para anggotanya untuk membuat pesan perekrut yang dihasilkan oleh AI, deskripsi pekerjaan, dan profil pengguna.

Namun, kemampuan Generative AI (GAI) untuk membuat teks, gambar, dan konten lain sebagai respons terhadap input manusia telah memicu ketakutan baru akan pekerjaan yang digantikan oleh teknologi.

Laporan Goldman Sachs menemukan bahwa 300 juta pekerjaan di seluruh dunia dapat terdampak oleh AI dan otomatisasi, seperti pekerjaan di kantor dan dukungan administratif.

LinkedIn, yang menganalisis beberapa pekerjaan yang paling umum di platform, menemukan bahwa 45% keterampilan guru, misalnya, akan berpotensi ditingkatkan oleh Generative AI (GAI).

"Alat-alat GAI baru menghadirkan peluang untuk meringankan beban kerja dan membantu para profesional, seperti guru, untuk fokus pada bagian terpenting dari pekerjaan mereka," tulis LinkedIn.

Prosentasi Peningkatan Keterampilan oleh AI

Menurut laporan tersebut, keterampilan mengajar yang dapat ditingkatkan meliputi perencanaan pembelajaran, pengembangan kurikulum, literasi dan bimbingan belajar.

Namun, 53% keterampilan guru masih harus dilakukan oleh manusia, seperti manajemen kelas, pendidikan dasar, dan pendidikan khusus.

Persentase keterampilan yang berpotensi ditingkatkan oleh Generative AI

Insinyur perangkat lunak (Software Engineer): 96%, Perwakilan layanan pelanggan: 76%, Kasir 59%, Tenaga penjualan (Sales Person): 59%, Guru: 45% Manajer acara: 39%. Adapun hanya akan ada 3% dari keterampilan insinyur perangkat lunak yang perlu dilakukan oleh manusia.

"AI pasti akan mengubah cara banyak dari kita melakukan pekerjaan, dan waktu yang kita habiskan untuk tugas-tugas yang berpotensi dibantu oleh Generative AI," tambah Chhabria.

"Sebagai hasilnya, keterampilan manusia  seperti berpikir kreatif, kepemimpinan dan komunikasi, serta memastikan hasil yang etis - juga menjadi semakin penting."

Ia menambahkan bahwa salah satu bidang utama di mana para insinyur perangkat lunak dapat menggunakan keterampilan orang mereka adalah "berkomunikasi secara lebih efektif dengan audiens bisnis dan non-teknis."

Menurut LinkedIn, pekerjaan dengan bagian terkecil dari keterampilan yang berpotensi untuk ditingkatkan adalah operator ladang minyak (1%), spesialis keselamatan kesehatan lingkungan (3%), perawat (6%), dan dokter (7%).

Manusia Selalu Memegang Kendali

Ketika AI mulai mengotomatisasi banyak area tenaga kerja, keterampilan lunak menjadi semakin penting, kata LinkedIn.

Di AS misalnya, keterampilan yang paling cepat berkembang sejak November 2022 adalah fleksibilitas, etika profesional, kepekaan sosial, dan manajemen diri, kata laporan itu.

Demikian pula, laporan Work Trend Index 2023 dari Microsoft, menemukan bahwa tiga keterampilan teratas yang diyakini para pemimpin sangat penting adalah penilaian analitis, fleksibilitas, dan kecerdasan emosional.

"Manusia selalu memegang kendali dan dengan respons AI yang dihasilkan, Anda memiliki momen, 'Apakah saya ingin menyimpan konten ini? Apakah saya ingin memodifikasinya? Apakah saya ingin membuangnya?" Colette Stallbaumer, manajer umum untuk Microsoft 365 dan "future of work" mengatakan kepada CNBC Make It pada bulan Mei.

"Anda masih harus menggunakan keterampilan penilaian tersebut saat memikirkan kapan harus menggunakan AI dan membuat keputusan, di situlah peran manusia sangat dibutuhkan."

Kecerdasan emosional juga sangat penting dalam membantu "menentukan kapan harus memanfaatkan kapasitas AI dan bukan kemampuan manusia," tambah Microsoft.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya