Liputan6.com, Jakarta - PT Freeport Indonesia kembali bisa melakukan ekspor konsentrat tembaga sejak 26 Juli 2023. Perusahaan tambang tersebut harus menunggu sebulan lebih untuk bisa melakukannya lagi, meskipun sudah mendapat izin dari pemerintah.
"Iya, sudah boleh ekspor. Sudah sekitar tanggal 26 Juli kalau enggak salah, walaupun terlambat 44 hari (dari izin pemerintah)" ujar Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas di sela acara ASEAN Investment Forum di Hotel Sultan, Jakarta, dikutip Senin (4/9/2023).
Per 4 Agustus 2023, Freeport Indonesia sendiri telah mengantongi izin ekspor untuk 1,7 juta metrik ton konsentrat tembaga pada 24 Juli 2023.
Advertisement
Sebelumnya, pemerintah telah melarang ekspor bahan mentah per 10 Juni 2023, merujuk pada Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (UU Minerba). Namun, PT Freeport Indonesia jadi salah satu perusahaan yang dikecualikan.
Pengecualian ini tertuang dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 7 Tahun 2023 tentang Kelanjutan Pembangunan Fasilitas Pengolahan Pemurnian Mineral Logam di Dalam Negeri. Sehingga PTFI diberikan kesempatan menjual tembaga ke luar negeri hingga Mei 2024.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengkonfirmasi, Kementerian ESDM memang sudah memberikan rekomendasi ekspor per 9 Juni 2023. Namun, kepastian akhirnya berada di tangan Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan Ditjen Bea Cukai Kementerian Keuangan.
"Aturan dari kita udah kita susun, tentu saja hal ini masih terkait dengan kalo ekspor kan ranahnya Departemen Perdagangan. Nah, kalau Departemen Perdagangan sudah diselesaikan, kemudian nanti masuknya ke Bea Cukai," jelasnya beberapa waktu lalu.
Arifin menyampaikan, relaksasi ekspor ini diberikan lantaran Freeport Indonesia sudah memenuhi ketentuan soal pembangunan smelter dan kucuran investasi.
"Karena sudah penuhi kriteria di atas 51 persen, dan spending dana proyeknya cukup besar. PT Freeport Indonesia sudah keluarkan USD 2,2 miliar," terangnya.
Terkait kuota yang diberikan, Arifin menyebut itu akan disesuaikan dengan tingkat produksinya. "Sesuai dengan produksinya. Sampai batas waktu terakhir pembangunan smelter harus selesai," pungkasnya.
Bos Freeport: Tambang di Indonesia Paling Maju di ASEAN
Sebelumnya, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan bahwa Indonesia memiliki pertambangan paling maju di antara negara-negara ASEAN.
“Kalau bicara soal pertambangan, Indonesia sudah jelas di ASEAN yang paling maju," ujar Tony kepada wartawan usai acara ASEAN Investment Forum Day 2 di Jakarta, Minggu (3/9/2023).
"Kita (Indonesia) punya hampir semua mineral, walaupun di Filipina juga pertambangannya bagus, Vietnam juga ada beberapa, Thailand juga ada,” katanya.
Selain itu, menurutnya, sektor pertambangan dalam negeri juga memiliki potensi terbesar untuk menarik investasi asing atau Foreign Direct Investment (FDI).
Advertisement
Kestabilan Politik
Ia pun menambahkan faktor yang menjadi pendukung yaitu perpajakan dan kestabilan politik.
Tony pun memuji kestabilan politik di Indonesia dalam 9 tahun terakhir, ditambah dengan pertumbuhan ekonomi yang berhasil melampaui 5 persen serta inflasi yang terkendali.
Maka dari itu, ia optimis target investasi Indonesia di 2023 sebesar Rp 1.400 triliun bisa tercapai.
“Dan memang salah satu yang dominan adalah hilirisasi dari pertambangan itu sendiri. Itu salah satu yang dominan. Jadi Indonesia lagi menarik untuk investasi, mudah-mudahan terus seperti itu,” imbuhnya.
Sementara itu, meski penanaman modal asing di ASEAN didominasi oleh Singapura ( capai USD 224 miliar), Tony mengatakan, hal itu karena Singapura merupakan hub investasi yang akan disalurkan ke negara lain termasuk Indonesia.
“Dari Singapura (investasi) juga akan keluar lagi ke negara lain, termasuk Indonesia,” jelasnya.