Liputan6.com, Jakarta - Harga bahan bakar minyak (BBM) Pertamax resmi naik menjadi Rp 14.000 per liter pada 1 Oktober 2023 dari sebelumnya Rp 13.300 per liter. Ekonom menilai, kenaikan harga Pertamax tersebut berdampak terbatas terhadap inflasi ke depan.
Adapun kenaikan harga BBM Pertamax tersebut merupakan bentuk penyesuaian berkala dan penetapan harga BBM Jenis BBM Umum (JBU) atau BBM nonsubsidi yang mengacu pada regulasi Pemerintah yakni Keputusan Menteri ESDM Nomor 245.K/MG.01/MEM.M/2022 tentang Formula Harga Dasar Dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis BBM Umum Jenis BBM dan Minyak Solar.
Baca Juga
Penyesuaian harga mengacu mengacu pada rata-rata MOPS (Means of Platts Singapore) pada periode 25 Agustus 2023 hingga 24 September 2023. Harga baru ini berlaku untuk propinsi dengan besaran pajak bahan bakar kendaraan bermotor (PBBKB) sebesar 5% seperti di wilayah DKI Jakarta.
Advertisement
Seiring kenaikan harga Pertamax itu apakah berdampak terhadap inflasi?
Analis Senior Indonesia Strategic and Economics Action Institution, Ronny P.Sasmita mengatakan, kenaikan harga jual Pertamax tidak terlalu berpengaruh kepada inflasi. Hal ini karena Pertamax lebih banyak dikonsumsi oleh kelas menengah atas untuk keperluan kendaraan pribadi.
“Artinya, kenaikan harga Pertamax tidak akan berpengaruh kepada inflasi karena tidak akan meningkatkan biaya transportasi barang terutama barang kebutuhan pokok,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Minggu (1/10/2023).
Ia menambahkan, pengaruh kenaikan harga Pertamax sedikit akan terasa kepada konsumsi dari kelas menengah yang biasa menggunakan Pertamax untuk kendaraan roda empat, sebagian untuk kendaraan roda dua.
"Pasalnya akan ada tambahan pengeluaran untuk konsumsi Pertamax secara akumulatif per bulan, yang akan berimbas pada tekanan pengeluaran untuk kebutuhan lain karena pendapatan tidak naik,” kata Ronny.
Kenaikan Harga Beras Lebih Berdampak terhadap Inflasi
Hal senada dikatakan Ekonom Indef Nailul Huda. Ia menuturkan, kenaikan harga Pertamax berdampak terbatas terhadap inflasi dan tidak signifikan.
"Hal ini berdasarkan pangsa pasar penjualan Pertamax yang memang masih terbatas ke golongan tertentu dan kendaraan distribusi barang juga sangat sedikit yang menggunakan pertamax,” tutur dia.
Huda mengatakan, ini berarti tidak akan pengaruhi harga barang yang didistribusikan. Namun, kalau beras memang berpengaruh terhadap inflasi yang cukup signifikan lantaran beras memang kebutuhan sebagian besar masyarakat Indonesia. “Kenaikan harga beras akan mendorong inflasi secara signifikan,” tutur dia.
Ronny juga menyampaikan kenaikan harga beras akan lebih berdampak terhadap inflasi terutama untuk kategori volatile food.
Advertisement
Prediksi Inflasi pada 2023
Sebelumnya berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), harga beras kualitas bawah di kisaran Rp 13.050-Rp 13.300 per kg, harga beras medium berada di atas Rp 14.000 per kg. Sedangkan kualitas super di kisaran Rp 15.150-Rp 15.750 per kg.
Ronny prediksi, inflasi masih di kisaran 4 persen hingga akhir 2023. Sejumlah faktor utama yang akan mendorong inflasi antara lain kenaikan harga beras, potensi kenaikan harga minyak dunia dan depresiasi rupiah.
Sedangkan Huda prediksi inflasi masih berada di kisaran 3 persen hingga akhir 2023. Hal ini jika pemerintah tidak menaikkan harga Pertalite.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), inflasi tercatat 3,27 perse hingga 31 Agustus 2023. Target inflasi BI 3 plus minus 1 persen pada 2023.