Siap-siap, Bos JPMorgan Ramal Suku Bunga The Fed Bakal Sentuh 7 Persen

Sebelumnya, Dimon sudah menyinggung prediksi tersebut. Dia mengatakan dunia tidak siap untuk suku bunga 7 persen.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 03 Okt 2023, 13:46 WIB
Diterbitkan 03 Okt 2023, 13:46 WIB
Suku Bunga
Ilustrasi Foto Suku Bunga (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon memprediksi kenaikan suku bunga Federal Reserve (The Fed) mungkin masih jauh dari puncaknya, dalam perjuangan menahan peningkatan inflasi.

Melansir CNN Business, Selasa (3/10/2023) sebagian besar analis mengatakan bank sentral Amerika Serikat akan menaikkan suku bunga hanya sekali lagi, pada bulan November, sebesar 0,25 poin persentase dari kisaran saat ini sebesar 5,25 persen-5,50 persen.

Namun, Dimon mengatakan bahwa ada kemungkinan bank sentral akan terus menaikkan suku bunga sebesar 1,5 poin persentase, menjadi 7 persen, suku bunga federal tertinggi sejak Desember 1990.

Sebelumnya, Dimon sudah menyinggung prediksi tersebut dalam sebuah wawancara dengan Times of India, ketika dia mengatakan dunia tidak siap untuk suku bunga 7 persen.

Menurut Dimon, masyarakat Amerika perlu bersiap menghadapi kenaikan suku bunga.

"ya, (kemungkinan naik)," kata Dimon kepada Bloomberg TV, ketika ditanya apakah suku bunga The Fed bisa menyentuh 7 persen.

Di sisi lain, Dimon tidak dapat memprediksi dampak dari suku bunga 7 persen terhadap perekonomian AS.

"Kita mungkin mengalami soft landing, kita mungkin mengalami resesi ringan, kita mungkin mengalami resesi yang lebih parah," ujarnya.

Dampak Suku Bunga The Fed Jika Sentuh 7 Persen

Selain itu, tingkat suku bunga sebesar 7 persen juga dapat mengurangi belanja konsumen dan investasi bisnis serta menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi.

"Ada banyak potensi dampak buruk," kata Dimon, namun skenario ekonomi terburuknya adalah stagflasi, dengan pertumbuhan rendah dan suku bunga tinggi.

Konsumen Masih Tangguh

Wall Street
Pedagang bekerja di New York Stock Exchange saat Ketua Federal Reserve Jerome Powell berbicara setelah mengumumkan kenaikan suku bunga di New York, Amerika Serikat, 2 November 2022. (AP Photo/Seth Wenig)

Seperti diketahui, The Fed dalam 16 bulan terakhir telag menaikkan suku bunga dalam upaya menenangkan inflasi AS, dan sejauh ini perekonomian relatif tangguh.

"Konsumen masih dalam kondisi yang baik," jelas Dimon kepada Bloomberg.

“Mereka masih mengeluarkan uang dan masih memiliki lebih banyak uang dibandingkan sebelum Covid-19,” sambungnya.

2 Risiko Besar

Bursa saham Amerika Serikat atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 3 Mei 2023 setelah the Federal Reserve dongkrak suku bunga. (Foto: Markus Spiske/Unsplash)
Bursa saham Amerika Serikat atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 3 Mei 2023 setelah the Federal Reserve dongkrak suku bunga. (Foto: Markus Spiske/Unsplash)

Dimon mengatakan, masih ada dua potensi awan badai yang luar biasa di cakrawala, selain inflasi.

Hal pertama yang harus diperhatikan adalah belanja pemerintah. Pengeluaran pemerintah AS telah mencapai angka yang tertinggi, dan defisitnya sudah sangat tinggi.

"Setidaknya saya memperkirakan pasar bergejolak," sebut Dimon.

Pengeluaran fiskal jangka panjang ini juga bersifat inflasi, katanya, yang dapat berkontribusi pada kenaikan suku bunga.

Risiko kedua, adalah meningkatnya ketegangan geopolitik. Dimon mengingatkan, perang Rusia-Ukraina akan berdampak pada semua hubungan global, termasuk perdagangan AS dengan China.

"Sangat sulit untuk melihat hasil yang benar-benar positif dengan China sampai perang di Ukraina terselesaikan," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya