Liputan6.com, Jakarta Saat ini sejumlah daerah di Indonesia telah memasuki peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Para petani pun memulai menanam seiring sawah-sawah kembali teraliri air hujan.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan bila dihitung dari musim panen, musim tanam padi kali ini mundur dalam jangka waktu satu bulan akibat dampak El Nino.Â
Baca Juga
"Dampak El Nino yang begitu dahsyat menyebabkan terjadinya pergeseran masa tanam, penundaan tanam," ujar Amran usai menghadiri Dies Natalis ke-46 Perhimpunan Agronomi Indonesia (Peragi) di Bogor, Selasa (22/11/2023).Â
Advertisement
Untuk itu, Kementerian Pertanian fokus meningkatkan produksi komoditas strategis nasional dalam satu tahun ke depan, salah satunya dengan melakukan akselerasi percepatan tanam terutama pada lahan rawa untuk menekan impor dampak fenomena El Nino.
"Kami lakukan program akselarasi tanam khususnya di daerah irigasi, kita percepat tanam untuk menekan impor akibat dampak El Nino," kata dia.Â
Amran mengaku telah memulai mendatangi sejumlah provinsi untuk memastikan lahan sawah, petani dan penyuluh siap menghadapi masa tanam.
"Insyaallah kami keliling ke daerah lumbung pangan di Indonesia ada 10 provinsi untuk memastikan apakah sudah mulai tanam,"Â
Untuk mengantisipasi potensi kekeringan di daerah rawan, Amran mengatakan akan membangun embung untuk menampung air hujan.Â
Menurutnya, keberadaan embung mampu mengatasi kekurangan air bersih selama beberapa bulan ke depan saat kemarau. Begitu pula dengan petani, yang tetap dapat mengaliri sawahnya dari embung tersebut.
"Supaya produksi padi meningkat kami akan bangun embung, termasuk menyediakan alat pertanian dan mempermudah pengadaan pupuk," terangnya.Â
Amran juga mengajak Peragi untuk terus berkontribusi untuk mencapai Indonesia sebagai lumbung padi terbesar di dunia.Â
"Saya yakin Peragi di seluruh Indonesia bisa memberikan kontribusi terbaik. Insyaallah Indonesia kedepan akan menjadi lumbung padi dunia," kata dia.
Di sisi lain, Peragi menyadari meningkatkan produktivitas tanaman di daerah tropis bukan persoalan mudah. Curah hujan yang tinggi di daerah tropis cenderung memasamkan tanah sehingga menjadi kendala untuk pertanian tanaman pangan.Â
Demikian pula ledakan hama dan penyakit sering terjadi di daerah tropis karena pertanian sepanjang tahun membuat siklus kehidupan hama dan penyakit tidak pernah terhenti.Â
Matahari yang bersinar sepanjang tahun juga memiliki kelemahan karena panjang hari rata-rata di Indonesia lebih pendek dibanding panjang hari di daerah subtropis sehingga menjadi kendala untuk tanaman pangan yang membutuhkan sinar matahari lebih panjang.Â
"Anugerah serta kendala pada pertanian tropis itu menjadi tantangan bagi Peragi sebagai organisasi profesi yang didalamnya berkumpul ahli-ahli pertanian," kata Ketua Umum Peragi.
Menurutnya keberhasilan pembangunan pertanian dalam memenuhi sumber pangan, energi dan bahan industri serta aneka kemanfaatan berbasis tanaman pertanian sangat ditentukan oleh kontribusi para ahli agronomi.Â
"Bahkan saat ini para ahli agronomi ditantang tidak hanya fokus pada produksi dan produktivitas, tetapi juga terhadap keberlanjutan, sustainability, sumberdaya produksi yang kita digunakan dengan mencari alternatif teknologi yang ramah lingkungan. Peragi juga ditantang untuk menghasilkan varietas-varietas dengan produktifitas tinggi agar kesejahteraan para petani meningkat," pungkasnya. (Achmad Sudarno)Â
Â
Â
Â