Pertamina Energy Forum 2023 Dorong Kolaborasi Nasional dan Global Hadapi Trilema Energi

Dalam acara Pertamina Energy Forum (PEF) 2023, PT Pertamina (Persero) terus mendorong kerjasama menghadapi trilema energi secara nasional dan global.

oleh Farhati Haqiya Silmi pada 19 Des 2023, 15:29 WIB
Diperbarui 19 Des 2023, 15:29 WIB
Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina di Pertamina Energy Forum (PEF) 2023 (Jakarta, 18/12)
Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati saat acara Pertamina Energy Forum 2023 yang berlangsung di Ballroom Grha Pertamina, Jakarta, Senin (18/12).

Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina (Persero) terus mendorong kolaborasi nasional dan global untuk menghadapi tantangan trilema energi. Sebagai BUMN Energi nasional, Pertamina fokus menjawab 3 (tiga) isu strategis yakni Energy Security (ketahanan energi), Energy Affordability (keterjangkauan biaya energi), dan Environmental Sustainability (keberlanjutan lingkungan).

Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati menguraikan bahwa semua negara memiliki target yang sama untuk mencapai net zero emission, baik di tahun 2050 ataupun 2060. Hal tersebut tergantung dari situasi di masing-masing negara.

“Setelah semua negara berkomitmen terhadap penurunan karbon emisi menuju net zero emission, ada optimisme, ada kegamangan, ada kekhawatiran. Namun ini semua tidak menyurutkan langkah kita untuk terus melaksanakan energi transisi seperti yang disepakati bersama,” ungkap Nicke saat acara Pertamina Energy Forum 2023 yang berlangsung di Ballroom Grha Pertamina, Jakarta, Senin (18/12).

Terkait energy security, Nicke memaparkan laporan terakhir World Energy Council menyebut Indonesia menempati rangking 53 dunia. Pada aspek tersebut, rata-rata negara dunia memiliki skor 58 (C), sedangkan Indonesia berada di skor 66 (A). Artinya ketahanan energi Indonesia lebih baik dibanding rata-rata dunia. Bahkan banyak negara maju skornya masih di bawah Indonesia. Sementara itu, pada aspek environmental sustainability, jelas Nicke, saat ini Indonesia memiliki skor 63,1, sedangkan skor dunia yakni 66.

Nicke melanjutkan bahwa kondisi pandemi Covid-19 dan konflik geopolitik Rusia-Ukraina juga membawa dampak signifikan terhadap ketersediaan energi di negara-negara dunia. Namun hal tersebut tidak membawa dampak signifikan bagi Indonesia.

“Kita bisa melihat tidak ada dampak yang signifikan terhadap supply energy. Kita semua masih nyaman, bisa mengakses energi dengan harga yang affordable, dengan berbagai kebijakan yang ada,” imbuh Nicke.

Untuk aspek energy equity, Nicke menilai perlunya sektor energi bisa mendorong pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dengan memberikan aksesibilitas energi yang adil dan merata. Ia mengharapkan sektor energi dapat mendorong industrialisasi, menyerap tenaga kerja yang dapat meningkatkan PDB dan daya beli.

Tantangan Mencapai Indonesia Emas 2045

Staf Khusus Menteri BUMN, Mohamad Ikhsan, S.E, menguraikan tantangan dan peran sektor energi dalam mencapai visi Indonesia Emas 2045. Untuk keluar dari Middle Income Trap (MIT) sebelum tahun 2045, optimalisasi gas sebagai sumber energi utama selama masa transisi. Pemenuhan kebutuhan energi gas dilakukan dengan menjaga ekspor dan impor, serta pembentukan pusat perdagangan di Indonesia.

Adapun Anggota Dewan Energi Nasional, Satya Widya Yudha, M.Sc, dalam Pertamina Energy Forum 2023, membahas ketahanan energi Indonesia dalam konteks perubahan iklim. Satya menyoroti empat indikator utama: ketersediaan, aksesibilitas, keterjangkauan, dan akseptabilitas.

Pembaruan kebijakan energi nasional mengungkap strategi komprehensif untuk mempertahankan ketahanan energi selama masa transisi, dengan fokus pada memaksimalkan energi terbarukan sambil meminimalkan ketergantungan pada bahan bakar fosil seperti batubara dan bensin.

Tiga Skenario Prospek Energi

Dalam Pertamina Energy Forum (PEF) tahun ini, Pertamina meluncurkan Pertamina Energy Outlook 2023 dengan tema "Navigating Indonesia's Energy Transition: Climate Related Risk & Opportunity."

Senior Vice President Strategi dan Investasi Pertamina, Henricus Herwin, menyoroti bahwa prospek energi akan mencakup tiga skenario, yang membahas ketidakpastian seputar tingkat pertumbuhan ekonomi dan laju transisi energi.

Skenario pertama, Ordinary State, membayangkan kondisi pertumbuhan ekonomi yang sejalan dengan tren historis Indonesia. Dalam skenario ini, perubahan struktural dianggap perlu untuk meningkatkan status Indonesia dari negara berpenghasilan menengah.

Skenario kedua, Appropriate Sustainability atau Keberlanjutan yang Tepat. Memperkirakan Indonesia mempertahankan komitmennya terhadap transisi energi dengan secara aktif memasukkan praktik-praktik energi hijau. Skenario ini menyelaraskan upaya transisi energi dengan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Terakhir, skenario Economic Renaissance ketika menjadi negara berpenghasilan tinggi dengan produk domestik bruto yang besar sehingga berpengaruh terhadap permintaan energi dan mendapat dukungan terobosan teknologi yang mampu menurunkan emisi secara signifikan.

Tiga skenario yang diuraikan dalam Energy Outlook 2023 Pertamina dikategorikan berdasarkan tingkatannya, dengan Economic Renaissance masuk ke dalam high scenario. Sementara Ordinary State dan Appropriate Sustainability dikategorikan dalam low scenario. Outlook energi ini menggunakan pendekatan yang komprehensif serta mempertimbangkan implikasi bauran energi Indonesia setelah 2060. Mencakup pengembangan batu bara, minyak, gas, dan sumber-sumber energi terbarukan.

Pertamina Energy Outlook 2023

Hery Haerudin, Wakil Presiden Pertamina Energy Institute
Hery Haerudin, Wakil Presiden Pertamina Energy Institute pada Pertamina Energy Forum (PEF) 2023 (Jakarta, 18/12)

Terkait outlook energi Pertamina, Wakil Presiden Pertamina Energy Institute Hery Haerudin, memaparkan bahwa model roadmap transportasi seperti EV, biofuel dan bahan bakar gas. Ada pula campuran gas di sektor ketenagalistrikan, karena gas mengeluarkan CO2 yang lebih sedikit.

Pertamina secara aktif mengeksplorasi perpaduan sumber energi terbarukan di sektor tenaga listrik, seperti tenaga surya, nuklir, dan angin. Selain itu, perusahaan juga terlibat dalam inisiatif Carbon Capture Storage/Pemanfaatan dan Penyimpanan Karbon.

Pertamina Energy Outlook 2023 memberikan gambaran kuantitatif tentang berbagai skenario yang memproyeksikan kebutuhan energi masa depan dan emisi karbon Indonesia hingga tahun 2060. Didasarkan pada tren makroekonomi dan visi pemerintah dan komunitas bisnis, outlook ini diharapkan dapat menjadi referensi yang berharga bagi para pembuat kebijakan, pemangku kepentingan bisnis, investor, peneliti, dan pengamat energi.

Forum tahunan Pertamina ini menghadirkan keynote speaker Anggota Dewan Energi Nasional, Dr. Satya Widya Yudha, M.Sc dan Staf Khusus Menteri BUMN, Prof. Dr. Mohamad Ikhsan, S.E. Hadir. Hadir pula Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto, perwakilan Kementerian ESDM, Kementerian BUMN, SKK Migas, pimpinan perusahaan baik nasional maupun internasional, serta praktisi energi di Indonesia.

 

(*)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya