Liputan6.com, Jakarta Minyak mentah AS menutup tahun ini dengan penurunan lebih dari 10% karena sentimen bearish telah mengambil alih. Anjloknya harga minyak dunia ini akibat kekhawatiran bahwa pasar kelebihan pasokan dari rekor produksi di luar OPEC.
Dikutip dari CNBC, Sabtu (31/12/2023), harga minyak kontrak untuk bulan Februari turun 12 sen, atau 0,17%, menjadi USD 71,65 per barel pada hari Jumat. Brent kontrak untuk bulan Maret kehilangan 11 sen, atau 0,14%, menjadi USD 77,04.
Minyak mentah AS dan patokan global membukukan penurunan tahunan pertama sejak tahun 2020 meskipun terdapat risiko geopolitik di Timur Tengah akibat perang dahsyat di Gaza. WTI turun 10,73% untuk tahun ini, dan Brent kehilangan 10,32%.
Baca Juga
Sempat Naik
Harga minyak naik hampir 3% pada hari Selasa di tengah kekhawatiran bahwa serangan militan terhadap pengiriman di Laut Merah akan mengganggu perdagangan global dan pasokan minyak mentah. Meskipun kekhawatiran akan eskalasi di Timur Tengah telah memicu lonjakan singkat harga minyak mentah, para pedagang terutama berfokus pada keseimbangan pasokan dan permintaan.
Advertisement
AS memproduksi minyak mentah dengan kecepatan tertinggi, memompa sekitar 13,3 juta barel per hari pada minggu lalu.
Output juga mencapai rekor tertinggi di Brazil dan Guyana. Produksi bersejarah di luar OPEC telah bertabrakan dengan perlambatan ekonomi di negara-negara besar, terutama Tiongkok.
Â
OPEC Pangkas Produksi
Sementara itu, OPEC dan sekutunya telah berjanji untuk memangkas produksi sebesar 2,2 juta barel per hari pada kuartal pertama tahun 2024, namun para pedagang tampaknya kurang yakin bahwa kebijakan blok tersebut akan membawa keseimbangan pasar.
Produksi minyak di luar OPEC, terutama di AS, diperkirakan akan melebihi pertumbuhan permintaan pada tahun 2024, menurut Badan Energi Internasional.
Pertumbuhan permintaan minyak global diperkirakan turun setengahnya menjadi 1,1 juta barel per hari tahun depan, sementara produksi di luar OPEC diperkirakan tumbuh sebesar 1,2 juta barel per hari.
Advertisement