Ancaman Rokok Menyusup ke Baduy, Bagaimana Bisa?

Menurut epidemiolog Dicky Budiman, rokok sudah menjadi hal lumrah di tengah masyarakat Baduy terutama Baduy Luar.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 03 Jan 2025, 15:00 WIB
Diterbitkan 03 Jan 2025, 15:00 WIB
Ancaman Rokok Menyusup hingga ke Baduy, Kok Bisa?
Ancaman Rokok Menyusup hingga ke Baduy, Kok Bisa? (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta Rokok tak hanya mengancam kesehatan warga kota dan desa, tapi juga masyarakat adat seperti Suku Baduy di Lebak Banten.

Menurut pakar global health security, Dicky Budiman, rokok sudah menjadi hal lumrah di tengah masyarakat Baduy terutama Baduy Luar. Hal ini ia lihat saat melakukan kunjungannya ke Baduy Luar pada akhir Desember 2024.

“Yang jadi masalah adalah rokok, rokok di mereka ini kan sangat umum, saya khawatir masalah penyakit saluran napas dan paru pada orang-orang (Baduy), yang muda juga sudah merokok kan, ini sangat disayangkan,” kata Dicky kepada Health Liputan6.com lewat pesan suara dikutip Jumat (3/1/2025).

Dicky pun mengungkap salah satu alasan mengapa warga Baduy mengenal dan kini terbiasa mengonsumsi rokok. Menurutnya, warga Baduy kerap mendapat rokok dari pengunjung atau wisatawan.

“Para pengunjung ini akhirnya bagi-bagi rokok dan ini kurang baik ya, harus ada suatu cara untuk meminimalisir masalah rokok ini,” ujar pria yang juga seorang epidemiolog ini.

Tak henti di rokok, para pengunjung juga kerap membawa makanan dan minuman tinggi gula atau garam. Hal ini menunjukkan bahwa makanan dan minuman olahan dalam kemasan bukan hanya tantangan bagi masyarakat kota, tapi juga masyarakat adat.

“Termasuk juga bicara konsumsi garam atau gula berlebihan, saya kira ini juga mulai merambah mereka ya. Dan ini biasanya dari makanan-makanan yang dibagikan, yang sifatnya tinggi gula dan garam,” jelas Dicky.

Rokok Tingkatkan Risiko Stunting

Seperti diketahui, rokok tak hanya merugikan bagi perokok aktif tapi juga pasif. Termasuk pada anak bahkan yang masih di dalam kandungan.

Dalam kesempatan lain, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi, mengatakan bahwa anak dari orangtua perokok memiliki risiko lebih tinggi alami stunting.

“Setengah dari perokok memulai kebiasaan ini di umur 15-19 tahun. Masalah lainnya, permasalahan tingginya angka stunting juga disebabkan karena perilaku merokok. Anak dari orangtua perokok memiliki risiko 5,5 persen lebih tinggi terindikasi stunting dibanding anak dari orangtua bukan perokok,” kata Nadia dalam Indonesian Youth Summit on Tobacco Control (IYSTC) di Jakarta, Selasa (3/12/2024).

Apa Warga Baduy Sudah Mengerti tentang Stunting?

Sejalan dengan hal itu, kunjungan Dicky Budiman ke Baduy pada 22 Desember 2024 bertujuan melakukan pengabdian masyarakat dalam percepatan penurunan stunting di Provinsi Banten.

Menurut pembina mahasiswa Sekolah Pasca Sarjana Universitas YARSI itu, masyarakat Baduy belum mengerti soal stunting, tapi mereka tahu bahwa anak-anak perlu mengonsumsi makanan bergizi.

“Apa mereka mengerti soal stunting? Kalau bicara stuntingnya ya tentu tidak atau belum. Tapi kalau soal mereka harus makan gizi seimbang, bergizi, air bersih itu sudah Alhamdulillah mayoritas sudah paham itu.”

Pakar keamanan dan ketahanan kesehatan SPS YARSI & CEPH Griffith menambahkan, stunting tidak hanya bicara soal makanan, tapi juga sanitasi.

“Bicara stunting bukan hanya bicara makan tapi juga MCK (mandi cuci kakus), sanitasi baik, tidak buang air besar (BAB) di kebun atau di sungai, ini masih jadi PR tentu,” terang Dicky.

Hambatan Pendidikan Bikin Masyarakat Baduy Rentan Stunting

Hambatan Pendidikan Bikin Masyarakat Baduy Rentan Stunting
Hambatan Pendidikan Bikin Masyarakat Baduy Rentan Stunting. Foto: Dicky Budiman.

Selain persoalan MCK, masyarakat Baduy juga masih menghadapi masalah pendidikan. Pasalnya, mereka tidak sekolah.

“Mereka tidak sekolah, tidak belajar membaca atau menulis. Ini akan menghambat akses mereka pada informasi tentang makanan sehat itu apa dan lain sebagainya.”

Tidak mengenyam pendidikan menjadi salah satu alasan mengapa masyarakat Baduy rentan mengalami stunting. Misalnya, terkait juga dengan penggunaan air sungai. Dicky tak memungkiri bahwa air sungai di Baduy bersih, tapi tetap memerlukan proses yang baik jika hendak dikonsumsi.

“Airnya relatif bersih ya kalau di sungai, tapi kan kalau untuk dikonsumsi dia harus tahu bagaimana menanak yang benar, ketika musim hujan kalau keruh bagaimana, ini kan perlu satu pendidikan yang berkelanjutan. Tentu tidak bisa mengandalkan pemerintah saja, tapi juga mereka sendiri harus memiliki kemampuan untuk mengakses informasi atau pengetahuan itu,” papar Dicky.

Infografis: Redam Kanker dengan Cukai Rokok (Liputan6.com / Abdillah)
(Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya