Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani, salah satu menteri yang aktif menggunggah aktivitasnya baik di kementerian dan keluarga melalui akun media sosial instagram. Pada awal tahun baru 2024, Sri Mulyani membagikan pengalaman saat menjajal kereta cepat Jakarta-Bandung Whoosh pada Rabu, 10 Januari 2024.
Sri Mulyani pergi ke Bandung, Jawa Barat dalam rangka kunjungan kerja di Kantor Perbendaharaan Jawa Barat. Ia bersama jajaran pejabat di Kementerian Keuangan juga turut menjajal kereta cepat tersebut.
Baca Juga
“Masih semangat tahun baru, tadi siang saya melakukan kunjungan kerja ke Kantor Perbendaharaan Jawa Barat di Kota Kembang Bandung menggunakan @keretacepat_id. Hanya dalam waktu 30 menit saja…whooshhh..sampai,” ujar Sri Mulyani melalui akun media sosial resminya @smindrawati.
Advertisement
Saat kunjungan kerja tersebut, Sri Mulyani juga berdiskusi dengan para Kanwil Perbendaharaan, Pajak, Bea Cukai dan Kekayaan Negara serta Badan Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Keuangan mengenai penguatan peran Regional Chief Economist (RCE).
“Juga menyapa staf kanwil DJPb yang sedang sibuk menyusun laporan keuangan dan konsolidasi laporan pemerintah daerah (Pemda) dengan sinergi 28 Pemda di Jawa Barat,”kata dia.
Selain itu, Sri Mulyani juga mengunjungi Museum Perbendaharaan yang berlokasi di gedung dan ruangan bersejarah yang pernah digunakan untuk rapat-rapat Komisi Ekonomi dan Komite Kebudayaan saat penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika pada 1955.
“Di museum ini saya kembali melihat sejarah perjalanan pengelolaan perbendaharaan negara sebagai bagian penting dari pengelolaan keuangan negara,” tulis dia.
Kereta Cepat Jakarta-Bandung Whoosh melaju dengan kecepatan puncak 350 KM/jam dan mempersingkat perjalanan Jakarta-Bandung dari sekitar tiga jam menjadi 40 menit.
Sri Mulyani: Indonesia Berhasil Turunkan Inflasi Cepat pada 2023
Sebelumnya diberitakan, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Desember 2023 sebesar 0,41 persen. Sedangkan inflasi Indonesia mencapai 2,61 secara tahunan (year-on-year/yoy).
Melihat angka tersebut, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, mengatakan Indonesia merupakan salah satu negara yang berhasil menurunkan laju inflasi dengan cepat, diantara negara lainnya.
"Hari ini BPS menyampaikan inflasi yoy 2023 adalah 2,61 persen. Indonesia termasuk ahead the curve yang bisa menurunkan inflasi,” kata Menkeu dalam Konferensi Pers APBN KiTa, dikutip Rabu (3/1/2024).
Menurut dia, tingkat inflasi pada tahun 2023 jauh lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2022 sebesar 5,5 persen. Bahkan, tingkat inflasi 2023 masih terjaga dalam sasaran target Bank Indonesia sebesar 2-4 persen.
Lebih lanjut, Sri Mulyani mengatakan secara global laju inflasi telah mengalami penurunan pada semester kedua 2023, utamanya di negara maju.
Kendati begitu, menurutnya kondisi laju inflasi secara global tersebut tidak akan mendorong langsung penurunan suku bunga global, maka fenomena higher for longer masih perlu diperhatikan.
“Inflasi yang turun memberikan harapan pada 2024 dengan situasi akan lebih baik dan suku bunga akan dilakukan penyesuaian pada paruh kedua 2024,” pungkasnya.
Advertisement
Sri Mulyani: Penerimaan Pajak 2023 Capai Rp 1.869,2 Triliun
Sebelumnya diberitakan, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mencatat penerimaan pajak sepanjang 2023 mencapai Rp 1.869,2 triliun. Angka penerimaan pajak ini berhasil melampaui target APBN 2023 maupun target revisi menurut Perpres 75 tahun 2023.
Sri Mulyani menjabarkan, penerimaan pajak Rp 1.869,2 triliun di atas target yang ditetapkan berdasarkan UU Nomor 28 Tahun 2023 tentang APBN 2023 yang sebesar Rp 1.718 triliun.
Sementara jika mengikuti target revisi menurut Perpres 75 tahun 2023 sebesar Rp 1.818,2 triliun, maka pencapaian penerimaan pajak sudah mencapai 102,8 persen.
"Tahun ini kita tutup dengan angka Rp 1.869,2 triliun, bayangkan ini kenaikan luar biasa," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) KiTa, Jakarta, Selasa (2/1/2024).
Jika dilihat dalam perjalanannya, penerimaan pajak sempat mengalami penurunan yang signifikan yakni pada tahun 2020 penerimaan pajak hanya mencapai Rp 1.072,1 triliun jika dibandingkan dengan tahun 2019 yang sebesar Rp 1.332,7 triliun.
"(Penerimaan) pajak hanya Rp 1.072,1 triliun bayangkan dari Rp 1.332,7 triliun pada 2019 drop tipis hanya di atas Rp 1.000 triliun," ujarnya.
Kemudian pada tahun 2021, penerimaan pajak mengalami peningkatan menjadi Rp 1.278,6 triliun. Lalu, tahun 2022 penerimaan pajak meningkat menjadi Rp 1.716,8 triliun, dan tren tersebut berlanjut di tahun 2023.
"Kenaikan berturut-turut mulai 2021, 2022, 2023 itu 3 kali growth yang tidak mudah dipertahankan. Jadi, kalau tahun ini kita bisa tumbuh 8,9 persen untuk penerimaan pajak ini adalah sebuah upaya yang luar biasa," pungkasnya.
Sri Mulyani: Kredit Tumbuh Baik Tahun Ini, Jangan Sampai Direm 2024
Sebelumnya diberitakan, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyoroti investasi dan kredit perbankan yang tumbuh baik tahun ini. Menkeu berharap, pencapaian tersebut dapat berlanjut tanpa adanya gangguan di 2024.
"Investasi tumbuh baik, credit growth perbankan juga cukup baik. Kita harap jangan sampai di 2024 ada sedikit rem," ujar Sri Mulyani dalam Seminar Nasional Outlook Perekonomian Indonesia 2024 di St Regis Jakarta, Jumat (22/12/2023).
Kredit perbankan tumbuh 9,74 persen secara tahunan (yoy) pada November 2023. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 8,99 persen (yoy).
"Kalau cash transfer untuk menengah ke bawah middle income kita support dari sisi consumption investor kita dorong dengan berbagai insentif untuk memperkuat fundamental kita," jelas Seri Mulyani.
Tetapi Sri Mulyani juga mengingatkan, perekomonian global masih dibayangi ketidakpastian. Salah satunya pelemahan ekonomi Tiongkok yang tengah menghadapi krisis di sektor properti.
Adapun tensi geopolitik di Eropa dan Timur Tengah, di mana Perang Rusia-Ukraina dan Israel-Hamas belum menunjukkan tanda akhir.
"Masalah ini menjadi downside risk tetap kita hadapi. masalah eksternal hingga 2024 tidak mudah dan ini (merupakan) masalah fundamental," pungkasnya.
Advertisement