Sentil Pemerintah Tak Serius, Cak Imin: Target EBT Turun, Pajak Karbon Ditunda

Cak Imin kembali mengkritisi langkah pemerintah dalam melakukan transisi energi baru terbarukan (EBT)

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 21 Jan 2024, 20:18 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2024, 20:18 WIB
Hadapi Pemilu 2024, Partai Gerindra dan PKB Resmikan Sekretariat Bersama
Cak Imin kembali mengkritisi langkah pemerintah dalam melakukan transisi energi baru terbarukan (EBT).(Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Calon Wakil Presiden Nomor Urut 1 Abdul Muhaimin Iskandar alias Cak Imin kembali mengkritisi langkah pemerintah dalam melakukan transisi energi baru terbarukan (EBT). Dia mengungkap adanya target bauran EBT yang menurun dari komitmen sebelumnya.

Hal ini sekaligus merespons pernyataan Cawapres Nomor Urut 2 Gibran Rakabuming Raka yang menyatakan pentingnya pelaksanaan pajak karbon dalam mendorong pembangunan berkelanjutan. Hanya saja, Cak Imin bilang pajak karbon bukan jadi satu-satunya cara.

"Memang pajak karbon ini adalah salah satu, bukan satu-satunya, yang paling penting adalah dipersiapkan transisi energi baru dan terbarukan," tegas Cak Imin dalam Debat Cawapres di JCC Senayan, Jakarta, Minggu (21/1/2024).

"Sayangnya komitmen pemerintah hari ini tidak serius, target energi baru dan terbarukan yang mestinya kita harus punya target 2025 berkurang dari 23 (persen) justru diturunkan menjadi 17 persen," sambung dia.

Penerapan Pajak Karbon

Pasangan dari Calon Presiden Anies Baswedan ini turut juga menyinggung soal penerapan pajak karbon yang tak kunjung dilaksanakan oleh pemerintah. Dia menegaskan aspek pajak karbon ini perlu dilaksanakan sesegera mungkin.

Cak Imin menegaskan pihaknya akan menjalankan pajak karbon sekaligus dengan upaya transisi ke energi bersih.

"Penundaan implementasi pajak karbon dilakukan oleh pemerintah hari ini, dari tahun 2022 mundur jadi 2025, apanya mau dilanjutkan? Karena itu, secara tegas harus dilakukan, implementasi pajak karbon dilakukan secepat-cepatnya sekaligus transisi energi baru dan terbarukan dijalankan," paparnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Singgung Anggaran Krisis Iklim

Calon Wakil Presiden nomor urut 01 Muhaimin Iskandar Alias Cak Imin
Calon Wakil Presiden nomor urut 01 Muhaimin Iskandar Alias Cak Imin di debat Cawapres, Minggu (21/1/2024). (Sumber foto: tangkapan layar di akun Youtube KPU).

Calon Wakil Presiden Nomor Urut 1 Abdul Muhaimin Iskandar alias Cak Imin menyinggung soal upaya penanganan krisis iklim yang dinilai tidak serius. Bahkan, dia menyebut kalau anggaran yang dialokasikan untuk krisis iklim jauh dibawah sektor lainnya.

Diketahui, krisis iklim menjadi tantangan dari berbagai negara di dunia, tak terlepas Indonesia. Krisis iklim sendiri dipandang bisa berpengaruh pada sektor-sektor lainnya termasuk pembangunan berkelanjutan.

"Kita melihat ada yang namanya krisis iklim tidak diatasi secara serius, bahkan kita ditunjukkan anggaran yang menangani krisis iklim jauh di bawah anggaran sektor-sektor yang lainnya," ucap Cak Imin dalam Debat Cawapres di JCC Senayan, Jakarta, Minggu (21/1/2024).

Dia menjelaskan, dalam menangani krisis iklim harus dimulai dengan etika. Etika ini berkaitan dengan sikap manusia terhadap lingkungannya.

 


Soal Etika

Calon Wakil Presiden Nomor Urut 01 Muhaimin Iskandar alias Cak Imin
Calon Wakil Presiden Nomor Urut 01 Muhaimin Iskandar alias Cak Imin dalam debat Cawapres, Minggu (21/1/2024). (Sumber Foto: Tangkapan Layar Youtube KPU).

Pasangan Calon Presiden Anies Baswedan ini menyebut salah satunya adalah etika lingkungan yang merujuk pada keseimbangan dalam menjalani kehidupan.

"Kita harus sadar bahwa krisis iklim, kenyataan krisis iklim harus dimulai dengan etika, sekali lagi etika, etika lingkungan," kata dia.

Dia mengatakan, keseimbangan ini bukan berarti ada salah satu pihak yang mendominasi dari pihak lain. Cak Imin menilai kalau pembangunan yang dijalankan sekarang masih belum seimbang.

"Etika lingkungan ini intinya adalah keseimbangan antar manusia dan alam tidak menang-menangan seimbang manusia dan alam, akan tetapi kita menyaksikan bahwa kita tidak seimbang didalam melaksanakan pembangunan kita," tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya