BPS: Ekspor Sentuh USD 20,53 Miliar, Turun 8,34% pada Januari 2024

BPS mencatat penurunan nilai ekspor pada Januari 2024 didorong penurunan ekspor nonmigas.

oleh Tira Santia diperbarui 15 Feb 2024, 11:32 WIB
Diterbitkan 15 Feb 2024, 11:32 WIB
BPS: Ekspor Januari 2024 Sentuh USD 20,53 Miliar, Turun 8,34%
Konferensi pers pengumuman ekspor-impor oleh BPS, Kamis (15/2/2024). (Foto: tangkapan layar/Tira S)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor Indonesia pada Januari 2024 mencapai USD 20,53 miliar. Capaian tersebut turun sebesar 8,34 persen dibanding bulan sebelumnya.

"Pada Januari 2024 nilai ekspor mencapai USD 20,52 miliar atau turun sebesar 8,34 persen jika dibandingkan Desember 2023," kata Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, dalam konferensi pers pengumuman Ekspor-impor Januari 2024, Kamis (15/2/2024).

Amalia merinci, untuk ekspor migas tercatat USD 1,39 miliar atau turun sebesar 5,49 persen, jika dibandingkan bulan sebelumnya USD 1,48 miliar.

Hal yang sama juga berlaku untuk ekspor nonmigas yang mengalami penurunan sebesar 8,54 persen pada Januari 2024, dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencapai USD 20,91 miliar, sedangkan Januari 2024 nilai ekspornya sebesar USD 19,13 miliar.

Penurunan nilai ekspor pada Januari didorong oleh penurunan ekspor nonmigas terutama pada kelompok barang bahan bakar mineral dengan andil penurunan sebesar 3,85 persen; bijih logam perak dan abu dengan andil penurunan sebesar 2,21 persen serta logam mulia, dan perhiasan permata memiliki andil penurunan 1,49 persen.

Sementara itu, BPS mencatat penurunan ekspor migas didorong oleh penurunan nilai ekspor hasil minyak dengan andil sebesar 0,89 persen.

Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari 2024 juga mengalami penurunan sebesar 8,06 persen. "Di mana penurunan ini didorong oleh ekspor nonmigas, terutama pada bahan bakar mineral; logam mulia, perhiasan atau permata; dan mesin serta perlengkapan elektrik dan bagiannya," pungkasnya.

 

Neraca Dagang Surplus 44 Bulan Berturut-turut, Ini Negara Penyumbang

Neraca Ekspor Perdagangan di April Melemah
Aktifitas kapal ekspor inpor di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (26/5). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus 1,24 miliar . (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya diberitakan, Indonesia kembali mencatatkan surplus neraca perdagangan pada Desember 2023 dengan nilai yang mencapai USD3,31 miliar. Angka tersebut merupakan tren surplus sejak Mei 2020 atau telah berlangsung selama 44 bulan berturut-turut.

Raihan ini disebut mencerminkan ketahanan eksternal yang terjaga di tengah pelambatan perekonomian global. Sepanjang tahun 2023, surplus neraca perdagangan internasional Indonesia secara agregat mencapai USD36,93 miliar dan melanjutkan tren surplus dalam 4 tahun terakhir.

Performa impresif neraca perdagangan tidak terlepas dari terjaganya kinerja ekspor Indonesia di tengah perlambatan ekonomi global, fluktuasi harga komoditas, dan gejolak geo-politik yang mewarnai 2023.

Kinerja ekspor sepanjang tahun 2023 mencapai USD258,82 miliar, masih lebih tinggi dari nilai impor sebesar USD221,89 miliar.

India dan Amerika Serikat menjadi 2 negara penyumbang surplus terbesar untuk tahun 2023 dengan nilai surplus masing-masing sebesar USD14,51 miliar dan USD14,01 miliar.

Indonesia bahkan berhasil mematahkan konsistensi defisit neraca perdagangan dengan Tiongkok sejak tahun 2008 dan berhasil mencatatkan surplus sebesar USD2,06 miliar untuk tahun 2023.

 

Ekspor ke China

20161018-Ekspor Impor RI Melemah di Bulan September-Jakarta
Aktivitas bongkar muat peti kemas di JICT Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (18/10). Penurunan impor yang lebih dalam dibandingkan ekspor menyebabkan surplus neraca dagang pada September 2016 mencapai US$ 1,22 miliar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ekspor Indonesia ke Tiongkok untuk tahun 2023 mencapai USD64,94 miliar dengan komoditas utama ekspor yakni besi dan baja, batu bara, kelapa sawit, dan produk nikel.

Selama periode Januari – November 2023, ekspor produk nikel Indonesia mampu mencetak rekor tertingginya sebesar USD4,5 miliar seiring gencarnya kebijakan hilirisasi yang dilakukan Pemerintah dalam beberapa tahun terakhir.

“Kinerja perdagangan juga baik dari segi ekspor positif terus. Bahkan kita positif dengan Tiongkok. Nah, ini tentunya akibat daripada kebijakan hilirisasi. Dan kita tidak membayangkan bahwa kita pada titik di 2023 bahwa kita bisa positif dengan Tiongkok. Bahkan kita positif dengan hampir seluruh mitra dagang kita, dengan Eropa, dengan India, dengan Amerika. Sehingga tentu ini merupakan kunci daripada kekuatan perekonomian kita,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam keterangannya, Kamis (18/1/2024).

Salah satu implementasi komitmen Pemerintah untuk mendorong kinerja ekspor nasional tersebut yakni melalui upaya diversifikasi produk ekspor agar tidak hanya dalam bentuk komoditas melainkan juga produk manufaktur.

Menko Airlangga menuturkan, ekspor tidak hanya mengandalkan komoditas primer seperti batu bara, kelapa sawit, besi, baja, namun juga barang-barang manufaktur seperti kendaraan bermotor dan peralatan elektronik.

 

Hilirisasi Jadi Kunci

Neraca Perdagangan RI Alami Surplus
Petugas beraktivitas di area bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga

Hilirisasi menjadi salah satu kunci percepatan sektor industri dan ekspor tersebut, untuk itu Pemerintah fokus pada penciptaan nilai tambah pada komoditas sumber daya alam seperti bauksit, timah, dan nikel.

Pemerintah telah menyediakan infrastruktur, insentif fiskal, dan lingkungan bisnis industri yang kondusif untuk mendukung industri hilir.

Investasi smelter telah memperlihatkan kemampuannya untuk mendorong ekspor dan meningkatkan pendapatan nasional.

Selanjutnya, upaya Pemerintah dalam meningkatkan nilai tambah tersebut tidak hanya memacu kinerja ekspor, namun juga menciptakan lapangan pekerjaan, dan menjaga resiliensi perekonomian.

Ke depan, Pemerintah juga akan melakukan ekspansi pada ekosistem yang lebih luas seperti pembuatan kendaraan listrik dalam negeri terutama pada produksi baterai.

Pemerintah juga telah memberikan akses pasar yang lebih baik bagi produk ekspor Indonesia di pasar internasional. Di awal tahun ini, Indonesia telah mengimplementasikan Mega Free Trade Agreement Regional Comprehensive Economic Partnership (Mega-FTA RCEP) dan saat ini sedang merundingkan Indo-Pacific Economic Framework (IPEF) dan Indonesia – European Union Comprehensive Partnership Agreement (I-EU CEPA) untuk memberikan akses pasar yang lebih baik di Amerika Serikat dan Uni Eropa.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya