Kawasan Konservasi Masih Jadi Sumber Mata Pencarian Masyarakat Desa

Selama ini masih ada masyarakat yang masih menggantungkan hidupnya di kawasan konservasi untuk mencari ikan, madu dan rotan.

oleh Septian Deny diperbarui 19 Feb 2024, 20:25 WIB
Diterbitkan 19 Feb 2024, 20:25 WIB
Masyarakat di sekitar Kawasan Konservasi Sungai Pukun di Desa Pematang Limau, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah (Kalteng)
T Rimba Harapan Sakti (RHS), Wilmar Group menggandeng masyarakat di sekitar Kawasan Konservasi Sungai Pukun di Desa Pematang Limau, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah (Kalteng) dalam upaya pelestarian area tersebut. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta PT Rimba Harapan Sakti (RHS), Wilmar Group menggandeng masyarakat di sekitar Kawasan Konservasi Sungai Pukun di Desa Pematang Limau, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah (Kalteng) dalam upaya pelestarian area tersebut. 

Sungai Pukun merupakan salah satu bagian daerah aliran sungai (DAS) Sungai Seruyan  yang melintasi areal konsesi PT RHS. Berdasarkan penilaian para ahli, areal seluas 5.359,58 hektare (ha) tersebut telah ditetapkan sebagai kawasan high conservation value (HCV/bernilai konservasi tinggi), yang sebagian besar wilayahnya dimanfaatkan untuk konservasi Sungai Pukun, termasuk sempadan dan anak-anak sungainya.

Menurut Manager HCV PT RHS Mochammad Dasrial, masyarakat merupakan salah satu elemen penting dalam pelestarian kawasan konservasi. Pelibatan masyarakat dilakukan melalui kegiatan penyadar-tahuan terkait adanya fungsi area konservasi, dan adanya jenis-jenis fauna yang dilindungi. Salah satu yang telah dilakukan adalah menangkap ikan tanpa menggunakan racun, setrum dan pukat.

“Kerjasama antara masyarakat dan perusahaan telah menjadikan kawasan konservasi selalu terjaga,” kata Dasrial melalui keterangan pers.

Selama ini masih ada masyarakat yang masih menggantungkan hidupnya di kawasan konservasi tersebut untuk mencari ikan, madu dan rotan. Untuk itu pihaknya aktif mengajak mereka untuk terus menjaga kelestarian kawasan konservasi.

“Pelibatan masyarakat juga dimaksudkan agar mereka merasa turut memiliki,” tutur Dasrial. 

Berdasarkan hasil pemantauan rutin dan identifikasi tim HCV PT RHS selama 2019-2023, kawasan konservasi Sungai Pukun terjaga dengan baik. Indikatornya adalah keanekaragaman hayati, kualitas air, dan kondisi vegetasi.

Kondisi itu terlihat dari hasil identifikasi lapangan, yang masih dijumpai berbagai jenis mamalia, ikan, burung, reptil serta amfibi dengan kategori langka dan endemik

 

Beragam Satwa

Masyarakat di sekitar Kawasan Konservasi Sungai Pukun di Desa Pematang Limau, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah (Kalteng)
T Rimba Harapan Sakti (RHS), Wilmar Group menggandeng masyarakat di sekitar Kawasan Konservasi Sungai Pukun di Desa Pematang Limau, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah (Kalteng) dalam upaya pelestarian area tersebut. (Istimewa)

Dasrial menjelaskan, berdasarkan hasil identifikasi tim HCV, di kawasan konservasi perusahaan ditemukan 31 jenis satwa, dan 16 diantaranya merupakan mamalia yang dilindungi undang-undang, serta masuk dalam daftar Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Nomor 106 Tahun 2018. Satwa dilindungi di kawasan tersebut diantaranya adalah bekantan (Nasalis larvatus), beruang madu (Helarctos malayanus), beruk (Macaca nemestrina) dan kijang (Muntiacus muntjak). 

Vegetasi hutan sempadan Sungai Pukun juga menjadi habitat dengan kualitas baik bagi beberapa jenis burung. Hingga kini tercatat ada 28 jenis burung yang masuk katergori dilindungi dan cukup mudah dijumpai di area tersebut. Diantaranya, raptor, nectaria hingga jenis burung  semak. 

Selain itu, pihaknya juga mengindetifikasi adanya 65 jenis ikan. “Identifikasi ini merupakan perpaduan dari hasil pendataan langsung, dan juga dari hasil tangkapan nelayan di sekitar Sungai Pukun,” ujar Dasrial.

Cerita Petani Banyuasin Palembang Genjot Produksi Beras hingga Panen 2 Kali Setahun

Kelompok Mitra Tani di Desa Mukti Jaya, Kecamatan Muara Telang, Banyuasin, Palembang melakukan panen raya bersama dengan PT Wilmar Padi Indonesia.
Kelompok Mitra Tani di Desa Mukti Jaya, Kecamatan Muara Telang, Banyuasin, Palembang melakukan panen raya bersama dengan PT Wilmar Padi Indonesia. Panen perdana tersebut terbilang sukses karena kelompok tani mampu meningkatkan produksi secara signifikan.

Kelompok Mitra Tani di Desa Mukti Jaya, Kecamatan Muara Telang, Banyuasin, Palembang melakukan panen raya bersama dengan PT Wilmar Padi Indonesia. Panen perdana tersebut terbilang sukses karena kelompok tani mampu meningkatkan produksi secara signifikan.

Kemitraan tersebut merupakan salah satu bentuk nyata bahwa kolaborasi antara perusahaan dengan petani merupakan kunci peningkatan produktifitas dan Solusi untuk meningkatkan produksi pangan nasional. Salah satu contohnya adalah program Farmer Engagement Program (FEP) yang dilakukan oleh PT Wilmar Padi Indonesia.

Menurut Ketua Kelompok Mitra Tani Nastain, produksi panen musim tanam kali ini sangat memuaskan. Kelompoknya memperoleh 100 karung per hektare (ha) atau 7,5 ton gabah dari 78 ha sawah.

Padahal tahun lalu kelompoknya baru menghasilkan 60 karung per ha. Lahan tersebut dikelola oleh 30 anggota kelompok tani. “Selama musim tanam memang ada tantangan, tapi kami berusaha menerapkan arahan dari pendamping, seperti pemupukan, benih unggul dan pencegahan hama,” ujar Nastain dalam keterangan tertulis di Jakarta, (1/2/2024).

Tidak hanya produksi, kelompok tani mitra juga mampu meningkatkan indeks pertanaman (IP) dari 100 menjadi 200, yang berarti mereka dapat menanam dua kali setahun. Artinya, petani dapat meningkatkan produksinya tanpa penambahan luas lahan. Nastain mengatakan, dengan hasil tersebut, petani kian percaya diri dapat meningkatkan kesejahteraannya.

“Kami berharap kemitraan ini dapat terus berlanjut,” kata dia.

Dalam kesempatan itu, Rice Business Head WPI Saronto mengatakan, keberhasilan kemitraan di Muara Telang tidak lepas dari peran petani yang turut mempromosikan program itu. Dimulai awal 2023, kemitraan di daerah tersebut hanya diikuti oleh satu kelompok dengan luas lahan 23 ha.

 

Luas Lahan

Panen Gabah Kering
Kenaikan harga gabah di tingkat petani akan memengaruhi nilai jual produk akhir dalam hal ini beras yang dipastikan akan mengalami kenaikan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Hingga kini, luas lahan yang dikerjasamakan melalui FEP di Banyuasin telah mencapai 2.200 ha dan 1.005 ha diantaranya ada di Muara Telang.

“Kami berharap panen perdana ini dapat berlanjut ke panen-panen berikutnya,” tutur Saronto.

Dia berharap, luas lahan yang dikerjasamakan dalam FEP di Muara Telang tahun ini dapat meningkat menjadi 2.000 ha. Realisasi FEP tahun lalu di daerah tersebut seluas 1.500 ha.

Saronto menambahkan, tujuan utama kemitraan tersebut adalah meningkatkan kesejahteraan petani melalui peningkatan produktivitas lahan pertanian. Selain itu, Program tersebut juga menggandeng pemerintah kabupaten dan desa.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya