Liputan6.com, Jakarta - Siapa yang suka dengan tempat pembuangan sampah (TPS) ilegal? Bau, kumuh, dan jadi sumber penyakit bila terus dibiarkan. Tak ingin image itu merusak kawasan, Aviary Park Indonesia pun didirikan.
Tempat itu adalah tempat konservasi untuk lebih dari 500 jenis fauna dan flora. Lokasinya berada di Bintaro, Tangerang Selatan. Di atas lahan 5,9 hektare, taman kota itu berhasil membuat orang lupa akan keberadaan TPS ilegal sebelumnya. Pemandangan sampah yang menumpuk kini digantikan dengan lanskap hijau dan danau di tengahnya.
Advertisement
Pengelola konservasi itu juga membuat berbagai fitur, seperti taman kering ala gurun pasir, hutan lengkap dengan air terjun buatan, taman kupu-kupu, hingga museum serangga dari berbagai jenis yang hidup di Tanah Air dan mancanegara. Presiden Direktur PT Aviary Jaya Lestari Michael Sumampau berharap tempat konservasi itu tidak hanya menjadi lembaga konservasi tetapi juga menjadi destinasi wisata edukasi bagi warga sekitar.
Advertisement
"Kita ubah lahan ini, semula tempat sampah ilegal, kita tanam dengan 10 ribu pohon dengan 500an jenis flora di dalamnya, sehingga bisa dijadikan juga sebagai paru-paru kota," tutur Michael, Senin, 24 Februari 2025.
Ratusan jenis hewan dan tanaman di Aviary Park Indonesia dikategorikan dalam lima ekosistem berbeda, yakni gurun, padang rumput, hutan, rawa dan danau. "Keunikan lainnya adalah setelah ekosistem diciptakan, bisa menjadi tempat yang aman dan nyaman. Mereka bisa hidup dan berkembang biak. Lalu bisa melihat satwa hidup, tidak takut bila dikasih makan, hewan di sini sudah jinak," sambungnya.
Ragam Satwa yang Ada di Aviary Park
Pusat konservasi Aviary Park resmi dibuka bagi publik pada Jumat, 22 Maret 2024. Tempat itu memelihara koleksi berbagai jenis unggas dengan jumlah spesies ribuan ekor. Beberapa di antaranya adalah burung kakak tua, burung pengantin, berbagai jenis elang, dan lainnya. Tempat itu juga berhasil mengembangbiakan spesies yang dilindungi, seperti burung Jalak Bali.
Terdapat pula beragam jenis kupu-kupu cantik, seperti Troides helena, Papilio peranthus, Cethosea penthesil, serta Moth attacus Attlas atau yang dikenal sebagai kupu-kupu Raja. Ada juga berbagai jenis serangga, baik yang hidup maupun diawetkan.
Alpaca, kuda poni, kambing gunung, kelinci, kambing Garut, dan berbagai jenis hewan lainnya juga meramaikan ekosistem. Para pengunjung juga bisa memberi makan langsung dari tengah jembatan Musa, khususnya burung pelikan, yang dibebaskan beraktivitas di sekitar danau.
Dalam kesempatan itu, Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni ikut memantau. Ia menyambut baik upaya sektor swasta untuk mendirikan lembaga konservasi. Jika perlu, langkah ini patut ditiru dan juga diperbanyak, sehingga kehidupan flaura dan fauna Indonesia semakin terjaga.
"Di Indonesia, ini merupakan lembaga konservasi ke-83, dan kami berharap lembaga konservasi lain yang bisa membantu pemerintah dan anak cucu kita melihat keanekaragaman satwa aviary," katanya.
Â
Â
Advertisement
Bantu Lindungi Satwa Dilindungi
Michael menerangkan sebagai lembaga konservasi, tempat itu juga pernah membantu pemerintah dalam menyelamatkan satwa dilindungi. Kejadiannya beberapa waktu lalu, saat Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) menghubunginya pukul 10 malam untuk meminta kesediaan aviary park menyediakan tempat bagi lebih 1.200 ekor burung pengantin hasil penyelamatan dari kasus penyelundupan.
Â
"Burung yang datang dari hasil penggagalan penyelundupan, kondisinya sangat buruk. Mereka ditaro di dalam kandang kecil dan jumlah yang banyak, padahal mereka ini jenisnya soliter," tutur Michael.
Tubuh burung-buru itu lengket karena disiram air gula. Menurut Michael, penyelundup sengaja melakukannya agar menjaga stamina burung untuk perjalanan jauh menuju negara tujuan.
"Jadi saat tiba di sini, mereka kita pisahkan ke sangkar-sangkar kecil, kita mandikan air bersih. Itu baru selesai jam 3 subuh, hingga sekarang mereka bisa berkembang biak di sini," katanya.
Michael yang pernah mengabdi di Taman Safari mengaku terpanggil untuk merawat hingga mengembangbiakan hewan yang dilindungi. "Kalau ditanya berapa banyak yang dilindungi, sebenarnya sekitar 80 persennya dilindungi, kita boasa dilakukan oleh lembaga konservasi. Dan tentu saja mengacu pada Kementerian Kehutanan," ujarnya.
Restoran di Kawasan Aviary Park
Jika perut keroncongan sehabis menyusuri Aviary Park Indonesia, Anda bisa langsung mengunjungi restoran Hwa Mei Chinese Food. Lokasinya masih satu kompleks dengan tempat konservasi itu. Interior dengan nuansa merah dan dekorasi lampion serta ruangan berkaca akan menyambut tamu pertama kali. Suasananya sejuk lantaran lokasinya juga berada di dekat danau buatan dan hutan kota yang tertata rapi.
Menu pertama yang direkomendasikan untuk dicoba adalah hakau, dimsum dengan kulit transparan berbentuk mungil yang diisi udang. Satu porsinya berisi tiga buah dimsum yang cukup besar untuk sekali hap di mulut.
Dicocol dengan chilli oil cukup kental, satu kata pertama yang muncul adalah autentik. Sebagai appetizer atau makanan pembuka, hakau di restoran ini cukup terkenal dan selalu direkomendasikan. Kulit tipisnya itu berisi satu buah udang, bukan potongan. Rasanya segar dan gurih setelah berpadu dengan chilli oil.
Jenis steam dimsum lainnya terbilang menarik untuk dicoba, seperti Siomai, Cong Fan Udang, Cong Fan Cakwe hingga Bakpao Telur Asin dan Pangsit Goreng Kucai. Marketing F&B Hwa Mei Chinese Food, Gunawan, merekomendasikan menu lainnya untuk santap siang lainnya yaitu bebek peking. Namun sebelum itu, ada menu pembuka lainnya yang membuat penasaran, yaitu Sup Jagung Kepiting.
Advertisement
