Kementan Ajak Guru hingga TNI Wujudkan Swasembada Pangan

Kementan saat ini mengalami defisit tenaga penyuluh pertanian. Berkat bantuan TNI, Indonesia bisa mencapai swasembada beras pada tahun 2017, 2019, 2020.

oleh Achmad Sudarno diperbarui 26 Apr 2024, 11:15 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2024, 11:15 WIB
Petani.
Padi merupakan salah satu komoditas yang strategis. Karena semakin tingginya permintaan masyarakat terhadap komoditas ini, maka harus segera diantisipasi dengan menggenjot produksi untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri. Petani sedang menanam padi di sawah. (Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) menggencarkan gerakan antisipasi darurat pangan. Salah satunya yaitu melaksanakan Training of Trainers (TOT) bagi widyaiswara, dosen, guru, penyuluh pertanian. Tak hanya itu, Kementan juga kembali melibatkan TNI secara aktif dalam upaya mencapai swasembada pangan.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan, sektor yang paling siap membangun kehidupan Indonesia yang lebih baik dimasa akan datang adalah sektor pertanian. SDM menjadi tulang punggung penggerak pembangunannya.

"Krisis pangan sama dengan krisis keamanan dan politik. Pangan adalah senjata kita, dan kita harus menekan impor bahkan harus bisa menyetop impor, kita harus ekspor," ujar Amran, ditulis Jumat (26/4/2024).

Amran juga menyampaikan alasan kembali melibatkan Babinsa. Menurutnya, hal tersebut lantaran Kementan saat ini mengalami defisit tenaga penyuluh pertanian. Dan itu sudah terbukti bahwa berkat bantuan TNI, Indonesia bisa mencapai swasembada beras pada tahun 2017, 2019, 2020.

"Itu berkat bantuan Babinsa di seluruh Tanah Air. Kami juga mengajak SDM pertanian mulai dari penyuluh hingga para petani segera bergerak cepat mengambil bagian menjaga ketahanan pangan," pintanya.

Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi, mengatakan padi merupakan salah satu komoditas yang strategis. Karena semakin tingginya permintaan masyarakat terhadap komoditas ini, maka harus segera diantisipasi dengan menggenjot produksi untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri.

"Kunci dalam gerakan antisipasi darurat pangan nasional adalah meningkatkan produksi. Karenanya, segala sumber daya dan dukungan perlu difokuskan dalam peningkatan produksi pada musim tanam yang sedang berlangsung maupun yang akan datang," sebut Dedi. Dedi juga mengatakan bahwa Kementan selama ini telah menerapkan pendekatan holistik dalam mendukung budidaya padi termasuk jagung. "Dukungan sarana dan prasarana ditujukan pada proses hulu sampai hilir, dari penyiapan lahan sampai pengolahan. Pada setiap proses ini, upaya peningkatan kapasitas SDM juga terus dilakukan," katanya.

 

Pelatihan

Petani.
Petani sedang panen di sawah. (Foto: Istimewa)

Salah satu strateginya dengan cara memberikan pelatihan kepada widyaiswara, dosen, guru, penyuluh pertanian dan bintara pembina desa atau Babinsa pada 2-4 Mei 2024 mendatang.

"Tujuannya untuk meningkatkan pemahaman peserta dalam peningkatan produksi padi melalui optimalisasi lahan rawa dan pompanisasi di lahan sawah tadah hujan, serta pemanfaatan lahan perkebunan untuk padi gogo," terangnya.

Menurutnya, Babinsa nantinya ikut berperan melakukan pendampingan pelaksanaan program pembangunan pertanian, peningkatan produksi dan produktivitas komoditas pertanian dan optimalisasi lahan untuk pertanian.

"Babinsa juga lebih cepat dan akurat dalam memberikan data di lapangan. Saya berharap melalui TOT ini dapat saling bersinergi untuk meningkatkan kualitas kegiatan pelatihan pertanian, yang secara tidak langsung berkontribusi terhadap kemajuan pertanian di Indonesia secara berkelanjutan," pungkasnya.

 

Berlangsung 3 Hari

Diketahui, kegiatan TOT berlangsung selama tiga hari yakni 2-4 Mei 2024, digelar secara tatap muka di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Binuang. Pelatihan secara online diikuti serentak di UPT Pelatihan Pertanian, Kantor Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/kota, Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), dan Kantor Koramil di seluruh Indonesia.

Total ada 120.641 peserta yang terdiri dari 187 widyaiswara, 262 dosen, 70 guru UPT Pendidikan Pertanian, 24.607 penyuluh pertanian PNS, 12.480 penyuluh pertanian PPPK, 1.385 penyuluh pertanian THL Pusat, 8.775 penyuluh pertanian THL Daerah, serta 72.875 Babinsa. Dari jumlah tersebut, 100 peserta mengikuti pelatihan secara tatap muka yang terdiri atas 12 widyaiswara, 4 guru, 64 penyuluh pertanian, 16 babinsa, dan 4 dosen. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya