Sepenggal Cerita Gula Aren Sukabumi, dari Lokal Go Internasional

Tren gaya hidup sehat kini semakin diminati oleh masyarakat Indonesia. Banyak orang yang beralih dari gula pasir dengan kandungan glikemik tinggi ke gula aren yang lebih rendah glikemiknya. Akibatnya, permintaan gula aren di pasaran terus meningkat.

oleh Septian Deny diperbarui 06 Jul 2024, 13:40 WIB
Diterbitkan 06 Jul 2024, 13:40 WIB
Banyak orang yang beralih dari gula pasir dengan kandungan glikemik tinggi ke gula aren yang lebih rendah glikemiknya
Tren gaya hidup sehat kini semakin diminati oleh masyarakat Indonesia. Banyak orang yang beralih dari gula pasir dengan kandungan glikemik tinggi ke gula aren yang lebih rendah glikemiknya. Akibatnya, permintaan gula aren di pasaran terus meningkat. (Dok. Mitra Aren Internasional)

Liputan6.com, Jakarta Tren gaya hidup sehat kini semakin diminati oleh masyarakat Indonesia. Banyak orang yang beralih dari gula pasir dengan kandungan glikemik tinggi ke gula aren yang lebih rendah glikemiknya. Akibatnya, permintaan gula aren di pasaran terus meningkat.

Melihat peluang ini, PT Mitra Aren Internasional melalui Director-nya, Naufal A. Sahid, berinovasi dalam bisnis gula aren untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Permintaan produk gula aren semakin tinggi dengan hadirnya minuman populer seperti kopi susu gula aren.

"Magoela lahir pada Oktober 2023. Kami merasa sudah matang dari sisi bisnis, jadi kami memutuskan untuk menciptakan brand independen ini," ujar Naufal dalam keterangan tertulis, Sabtu (6/7/2024).

Bahan baku gula aren Magoela berasal dari perkebunan di Sukabumi, Jawa Barat. Naufal menjelaskan, gula aren dari Sukabumi memiliki karakteristik unik dengan tekstur solid, rasa manis yang legit, dan aroma khas.

"Tagline kami, 'Harum, Manis dan Legit', mencerminkan keunikan produk ini," jelas Naufal.

Magoela memiliki tiga varian produk yaotu gula semut (masireum), gula sirup (macaian), dan gula aren cetak (manitis). Semua produk Magoela bersertifikat halal dan terdaftar di BPOM, serta bebas bahan pengawet sehingga aman dikonsumsi harian. Perusahaan ini berkembang pesat sejak didirikan pada tahun 2000 dan kini mampu memproduksi hingga 600 ton gula aren per bulan.

Gula aren memiliki manfaat kesehatan lebih banyak dibandingkan gula pasir, sehingga diminati pasar internasional. Produk ini telah diekspor ke Singapura, Malaysia, Korea Selatan, Dubai, dan akan segera masuk ke Jepang. "Gula aren bisa menjadi alternatif yang lebih sehat daripada gula pasir, walaupun harganya lebih tinggi," jelas Naufal.

Dari sisi pemasaran, PT Mitra Aren Internasional menjual produknya baik B2B maupun B2C, memanfaatkan e-commerce dan website untuk menjangkau pembeli dari berbagai daerah dan negara.

Dalam beberapa bulan ke depan, Magoela akan meluncurkan varian baru yang cocok untuk campuran minuman, pastry, popcorn, dan jajanan pasar. "Magoela telah memaniskan masyarakat Indonesia melalui makanan dan minuman mereka. Kini, kami berani menggapai pasar yang lebih luas," tutup Naufal. 

Indonesia Diprediksi Masih Impor Gula Tahun Ini

Stop Impor Gula, Petani Tabur Gula Rafinasi
Perwakilan petani tebu menuliskan kata kata saat berunjuk rasa di sekitar depan Istana Negara, Jakarta, Selasa (16/10). Puluhan perwakilan petani tebu berunjuk rasa menuntut pemerintah menyetop impor gula. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Sebelumnya, Asosiasi Peritel Indoneisa (Aprindo) menilai kebutuhan gula nasional masih belum mencukupi hingga akhir tahun ini. Sehingga ia memprediksi pemerintah masih akan melakukan impor gula.

“Untuk ritel saja kita dapat pasokan dari panen giling Juni, Juli, Agustus 250.000 ton per bulan. Sementara total panen tahun ini berapa? Ditambah September kita enggak ada penggilingan lagi jadi yang ada kita harus impor, enggak cukup soalnya,” kata Ketua Umum Aprindo Roy Mandey di Jakarta, Minggu (30/6/2024).

Disisi lain, Aprindo juga menyambut baik terkait dilanjutkannya relaksasi harga gula yang ditetapkan sebesar Rp 17.500 per kilogram.

Diketahui relaksasi itu dilanjutkan hingga Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) tentang Perubahan Kedua atas Perbadan Nomor 11 Tahun 2022 yang mengatur harga acuan pemerintah (HAP) gula konsumsi yang baru diterbitkan.

Bakal Ikuti AturanAdapun Roy menegaskan, peritel anggota Aprindo akan mengikuti arahan Pemerintah terkait relaksasi harga acuan gula di tingkat konsumen agar implementasinya berjalan baik.

"Kita mengapresiasi kebijakan perpanjangan relaksasi gula dan kita akan jalankan perintah tersebut Karen di ritel enggak mungkin beli mahal tapi jual murah, yang ada kita rugi daripada rugi? Tapi efeknya akan ada kelangkaan," pungkasnya.

Harga Gula per Kilogram Berapa?

Geliat Petani Tebu di Tengah Ekspansi Gula Impor
Aktivitas petani tebu di Desa Betet, Pesantren, Kediri, Jatim pada akhir September lalu. Bulog hanya membeli sekitar 100 ribu ton, sehingga sebagian petani terpaksa menjual gula dengan harga di bawah Rp 9.000 per Kg. (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Sebelumnya, Badan Pangan Nasional (Bapanas), mengumumkan kenaikan harga gula di tingkat konsumen menjadi Rp 17.500 per kilogram (kg).

Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengungkapkan, keputusan kenaikan harga gula ini berlaku sementara yaitu pada 5 April hingga 31 Mei 2024.

Aturan ini diputuskan setelah Rapat Koordinasi Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) Gula Konsumsi lintas kementerian/lembaga dan stakeholder terkait pada 4 April lalu.

HAP gula di tingkat konsumen sebelumnya Rp 16.000 per kg, sekarang menjadi Rp 17.500 per kg. Adapun untuk wilayah Maluku, Papua dan wilayah Tertinggal, Terluar, dan Perbatasan ditetapkan sebesar Rp 18.500 per kg.

 

Infografis Gula Indonesia
Produksi gula selalu kurang, impor berdatangan, dan pabrik lokal tutup? (liputan6.com/Trie yas)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya