Liputan6.com, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan potensi besar cadangan gas di Selat Makassar. Proyek gas Selat Makassar yang digarap oleh raksasa migas Italia, ENI tersebut terus menunjukan perkembangan signifikan.
Proyek gas baru di Selat Makassar memiliki cadangan lebih dari 10 Triliun Cubic Feet (TCF). Dengan rincian Blok North Ganal (Geng North) sebesar 4,1 TCF, dan Proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) Blok Rapak dan Blok Ganal sebesar 6,3 TCF.
Baca Juga
"ENI sudah ada di Marakes, sekarang dia mengakusisi Chevron IDD kemudian ketemu lagi di Geng North. Jadi tahap yang sekarang dikerjakan adalah Geng North dan di wilayah IDD," ujar Arifin dikutip dari siaran pers resmi Kementerian ESDM, Senin (5/8/2024).
Advertisement
"Ini mulai dibor dan mulai berangsur diproduksi, dan produksinya akan disalurkan ke Bontang untuk mengaktifkan kembali fasilitas LNG yang sudah dihentikan," ujar dia.
Proyek IDD, yang merupakan proyek gas di perairan laut dalam Kutai Basin dengan kedalaman 1.000-2.000 meter, telah diakuisisi oleh ENI dari Chevron pada September 2023. Proyek ini telah menjadi bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN).
Pada akhir Juli 2024, Kementerian ESDM telah menyelesaikan persetujuan perpanjangan blok dan Plan of Development (POD) untuk IDD (Rapak, Ganal) dan Muara Bakau, sehingga tahap pengembangan dapat segera dimulai.
Arifin menyebutkan, beberapa potensi cadangan gas di beberapa daerah, seperti di Geng North, Konta, dan Meriam.
"Di Muara Bakau, Meriam dan Konta ini yang paling gede, mudah-mudahan ini 2025 awal bulan Januari-Februari akan di bor di Konta. Kemudian akan disusul setahun kemudian daerah Mariam di Muara Bakau," paparnya.
Arifin menjelaskan, terdapat beberapa potensi lapangan besar yang akan mulai diproduksi. "Memang potensinya gede-gede, jadi ada kurang lebih 7-8 potensi lapangan yang memang dalam waktu 2-3 tahun ini akan diupayakan untuk mulai bisa berproduksi," ungkapnya.
"Dari sini nanti kita akan memanfaatkan gas nya untuk bisa mendukung ketahanan energi dan sekaligus mendukung transisi energi kita untuk bisa mengurangi emisi karbon," pungkas Arifin.
Tajak Sumur Migas di WK Rokan, Pertamina Tambah Lagi Cadangan Migas Nasional
Sebelumnya, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) berkomitmen dalam upaya meningkatkan produksi dan menambah cadangan minyak dan gas (migas) nasional lewat program eksplorasi pengeboran Migas Non Konvensional (MNK).
Bersama dengan PT Pertamina Drilling Services Indonesia (Pertamina Drilling), komitmen ini diperkuat dengan telah dilakukannya tajak sumur eksplorasi MNK kedua di Wilayah Kerja (WK) Rokan yaitu sumur Kelok DET-1.
EVP Upstream Business PHR Edwil Suzandi mengatakan, tajak sumur MNK yang kedua tersebut berhasil dilakukan PHR bersama Pertamina Drilling di Sumur Kelok pada 14 Februari 2024 sekitar pukul 18.00 WIB. Pekerjaan ini dilakukan lebih cepat dari target.
“Alhamdulillah, tajak sumur eksplorasi Kelok DET-1 yang merupakan sumur kedua eksplorasi MNK ini lebih awal 4 hari dari perkiraan, karena faktor cuaca yang mendukung,” kata Edwil, dalam siaran pers, dikutip Minggu (18/2/2024).
Edwil menambahkan, kegiatan tajak sumur tersebut dilakukan dengan baik tanpa adanya insiden ataupun kecelakaan kerja. Menurutnya, selama pekerjaan MNK harapkan berlangsung dengan aman dan selamat atau incident free ops (IFO) dan bisa diselesaikan sesuai target.
Advertisement
Tajak Sumur Eksplorasi
Direktur Utama Pertamina Drilling Avep Disasmita menjelaskan, tajak Sumur Eksplorasi MNK tersebut menggunakan Rig Pertamina Drilling, tepatnya Rig PDSI #42.3/N1500-E yang berukuran besar dengan tenaga 1.500 horsepower (HP). Ini merupakan rig cyber dengan teknologi terkini dengan rencana kedalaman pengeboran mencapai hingga 8.188 kaki.
“Sebagai pembanding, operasi eksplorasi dan eksploitasi migas konvensional di wilayah kerja Rokan umumnya menggunakan rig 350, 550 dan 750 HP. Dengan spesifikasi rig yang mumpuni dan teknologi yang mutakhir, kami optimis dapat menyukseskan program pengeboran sumur eksplorasi MNK kedua di WK Rokan ini,” jelas Avep
Avep menambahkan, tajak sumur eksplorasi MNK kedua di WK Rokan ini diharapkan mampu mendorong kegiatan eksplorasi dan studi MNK yang lebih masif, karena potensi sumber daya migasnya diperkirakan masih sangat besar.
Avep menuturkan pihaknya berkomitmen untuk turut serta dalam upaya menopang ketahanan energi nasional, salah satunya adalah dengan mendukung kegiatan eksplorasi dan studi sumber MNK serta melakukan inovasi teknologi terkait dengannya.
Tajak Sumur Pertama
Sebelumnya, PHR telah melakukan tajak sumur pertama eksplorasi MNK yakni sumur Gulamo DET-1, yang berlokasi di Rokan Hilir pada Juli 2023.
Pengeboran sumur Gulamo DET-1 ini juga menggunakan rig Pertamina Drilling PDSI #42.3/N1500-E berkapasitas besar dengan tenaga 1.500 HP mencapai kedalaman pengeboran hingga 8.559 kaki ke dalam perut bumi dengan tipe sumur eksplorasi vertikal.
MNK merupakan migas yang diusahakan dari reservoir tempat terbentuknya dengan permeabilitas rendah (low permeability). Perbedaan mendasar antara hidrokarbon konvensional dan nonkonvensional adalah bahwa hidrokarbon konvensional terbentuk di batuan sumber dan bermigrasi ke batuan penyimpan (reservoir) sedangkan hidrokarbon nonkonvensional terbentuk dan tersimpan di batuan yang sama.
Oleh karena itu, hidrokarbon nonkonvensional tidak memerlukan struktur perangkap layaknya hidrokarbon konvensional. Selain itu, hidrokarbon nonkonvensional terperangkap pada batuan dengan porositas dan permeabilitas yang sangat rendah sehingga membutuhkan teknologi tinggi untuk mengeksploitasinya.
Program MNK ini diharapkan mampu meningkatkan produksi dan menambah cadangan migas nasional dan upaya pencapaian target pemerintah yakni produksi 1 juta barel minyak per hari pada 2030.
Advertisement