Minat Investor Melemah, Bitcoin Kehilangan Daya Tariknya?

Melihat data terbaru dari Cointelegraph Markets Pro dan Bitstamp menunjukkan harga Bitcoin berfluktuasi antara USD 78.599 dan USD 84.000, tanpa menunjukkan arah yang jelas.

oleh Tira Santia Diperbarui 15 Mar 2025, 15:00 WIB
Diterbitkan 15 Mar 2025, 15:00 WIB
Minat Investor Melemah, Bitcoin Kehilangan Daya Tariknya?
Harga Bitcoin (BTC) tampaknya mengalami stagnasi, dengan fluktuasi yang semakin sempit di tengah ketidakpastian ekonomi global dan dampak dari perang dagang yang sedang berlangsung. (Foto: Jievani Weerasinghe/Unsplash)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Harga Bitcoin (BTC) tampaknya mengalami stagnasi, dengan fluktuasi yang semakin sempit di tengah ketidakpastian ekonomi global dan dampak dari perang dagang yang sedang berlangsung.

Sejak 9 Maret, harga Bitcoin bergerak dalam kisaran terbatas sekitar USD 5.500, dengan level USD 84.000 berfungsi sebagai resistensi yang kuat.

Dikutip dari laman Cointelegraph, Sabtu (1/3/2025), berdasarkan data terbaru dari Cointelegraph Markets Pro dan Bitstamp menunjukkan harga Bitcoin berfluktuasi antara USD 78.599 dan USD 84.000, tanpa menunjukkan arah yang jelas.

Meskipun Bitcoin sering dipandang sebagai aset yang dapat melindungi nilai di tengah ketidakpastian ekonomi, kondisi pasar saat ini menunjukkan adanya penurunan minat investor terhadap aset berisiko, termasuk BTC.

Alasan utama mengapa harga Bitcoin tetap datar meliputi, pertama ketegangan perang dagang Trump menyebabkan ketidakpastian di pasar. Kedua, melemahnya permintaan untuk Bitcoin dan suku bunga pendanaan netral.

Ketiga, harga BTC tetap tertahan di bawah SMA 200 hari. Keempat, ketidakpastian ekonomi yang lebih luas, melemahnya permintaan Stagnasi harga Bitcoin sebagian disebabkan oleh faktor ekonomi dan geopolitik yang lebih luas yang saat ini sedang terjadi.

Bitcoin Terjebak dalam Ketidakpastian

Pasar keuangan global terus menghadapi tekanan akibat kebijakan ekonomi yang diterapkan mantan Presiden AS, Donald Trump. Tarif perdagangan yang diusulkan terhadap Meksiko dan Kanada telah menimbulkan kegelisahan di kalangan investor.

Ketidakpastian ini tidak hanya berdampak pada aset tradisional tetapi juga merembet ke pasar kripto, termasuk Bitcoin.

Investor yang khawatir terhadap inflasi dan potensi perang tarif memilih untuk menjauh dari aset berisiko seperti Bitcoin. Setelah mengalami reli pasca kemenangan Trump dalam pemilu November lalu, harga Bitcoin kini mengalami stagnasi seiring dengan melemahnya ekonomi global.

 

Permintaan Bitcoin Mulai Melemah

Ilustrasi bitcoin (Foto: Kanchanara/Unsplash)
Ilustrasi bitcoin (Foto: Kanchanara/Unsplash)... Selengkapnya

Menurut analisis terbaru dari Glassnode, permintaan Bitcoin mulai melemah sejak kuartal pertama tahun ini. Salah satu indikator utama adalah basis biaya pemegang jangka pendek (1 minggu – 1 bulan), yang sebelumnya berada di atas pemegang jangka panjang (1 bulan – 3 bulan), kini mulai menurun.

Ketika Bitcoin jatuh di bawah level USD 95.000, basis biaya pemegang jangka pendek turun lebih jauh, mengonfirmasi adanya arus keluar modal bersih dari pasar.

Glassnode mencatat ketidakpastian makroekonomi telah mengurangi permintaan baru untuk Bitcoin. Investor semakin enggan menyerap tekanan jual, yang mengubah sentimen dari euforia pasca all-time high (ATH) menjadi lebih berhati-hati.

Tekanan dari Kebijakan The Fed dan Ketidakpastian Global Tren saat ini kemungkinan besar akan bertahan hingga ada perubahan dalam kebijakan ekonomi makro, seperti pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed).

Tanpa dorongan dari faktor eksternal, Bitcoin berisiko mengalami koreksi lebih dalam hingga ke level USD70.000. Salah satu indikator yang menunjukkan stagnasi Bitcoin adalah tingkat pendanaan kontrak berjangka abadi (perpetual futures funding rate).

 

Prospek Bitcoin

Ilustrasi bitcoin (Foto: Visual Stories/Unsplash)
Ilustrasi bitcoin (Foto: Visual Stories/Unsplash)... Selengkapnya

Saat ini, tingkat pendanaan BTC mendekati 0%, yang mencerminkan tingginya tingkat keragu-raguan di antara para pedagang. Tanpa bahan bakar spekulatif, Bitcoin kesulitan untuk bergerak ke arah tertentu, membuatnya tetap terperangkap dalam kisaran harga yang ketat.

Secara teknikal, Bitcoin menghadapi perlawanan ketat untuk keluar dari tren bearish. Pada 9 Maret, harga BTC turun di bawah simple moving average (SMA) 200 hari di level USD83.736. Garis tren ini telah menjadi penghalang utama bagi pemulihan harga.

Analis kripto Daan Crypto Trades menekankan level SMA 200 hari di sekitar USD83.700 dan exponential moving average (EMA) 200 hari di USD86.000 adalah titik kritis yang harus ditembus untuk membalikkan tren bearish. Jika Bitcoin gagal menembus level ini dan mengubahnya menjadi support baru, periode konsolidasi yang lebih panjang mungkin tak terhindarkan.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya