Liputan6.com, Jakarta - PT Hutama Karya (Persero) mendapatkan kontrak baru berupa Rehabilitasi Jalan Kota Paket 11 Seksi Kota Maliana Tahap 2 di Timor Leste.
Paket kontrak ini didapat setelah dilakukan penandatanganan antara EVP Divisi Sipil Umum Hutama Karya periode 2019-2024, Ari Asmoko dan Minister of Public Works Republik Demokratik Timor Leste, Samuel Marçal pada Kamis (4/7/2024) lalu.
Baca Juga
EVP Sekretaris Perusahaan Hutama Karya Adjib Al Hakim mengatakan, pihaknya akan merehabilitasi jalan utama di Kota Maliana sebagai pusat perekonomian di wilayah Distrik Bobonaro, yang merupakan kota terbesar ketiga di Timor Leste. Proyek jalan yang dikerjakan sepanjang 18,8 km senilai USD 21.228.762, atau setara Rp 337,5 miliar (kurs Rp 15.900 per dolar AS).
Advertisement
"Ini merupakan lompatan Hutama Karya untuk mulai menggarap proyek-proyek di luar negeri. Dalam proyek ini, kondisi eksisting jalannya mengalami kerusakan yang mengganggu pasokan barang, jasa, serta mobilitas menuju kota tersebut, sehingga diperlukan perbaikan segera," kata Adjib, Kamis (8/8/2024).
Pada proyek ini, Hutama Karya menggarap serangkaian pekerjaan dari beberapa tahapan konstruksi. Di antaranya penggalian tanah, penyiapan badan jalan, timbunan lapis pondasi, pengaspalan, hingga pembuatan saluran drainase serta trotoar.
Dalam menyelesaikan proyek yang ditargetkan rampung pada September 2025, Hutama Karya menyiapkan strategi percepatan dengan terlebih dahulu memahami kondisi eksisting di lapangan guna mempersiapkan rencana mitigasi yang tepat dan efektif.Â
Selain itu, memastikan pasokan sumber daya dan material tercukupi sehingga pekerjaan dapat berjalan lebih efisien, melakukan koordinasi secara intens dengan pihak-pihak terkait untuk memastikan kelancaran operasional proyek, serta memberikan pelatihan intensif kepada tenaga kerja dan subkontraktor.
"Diraihnya kontrak pembangunan ini tidak hanya akan menambah portofolio Hutama Karya dalam mendukung pembangunan fasilitas pengelolaan keuangan negara, tetapi juga memperluas jangkauan proyek hingga ke luar negeri," imbuh Adjib.Â
Â
Kontrak Baru Lainnya
Di samping Timor Leste, perseroan juga mendapatkan kontrak baru lainnya berupa proyek pembangunan Gedung Infrastruktur Tahap 2 Kawasaan Karawang Paket 9 milik Bank Indonesia.Â
Pada proyek pembangunan milik Bank Indonesia tersebut, sebelumnya telah dilakukan serah terima lahan dan pre-construction meeting yang dihadiri oleh Executive Vice President (EVP) Divisi Gedung Hutama Karya, Nyoman Endi Mahendra di Kantor Pusat Bank Indonesia, Jakarta pada Jumat, 21 Juni 2024.
Adjib menyampaikan, proyek ini merupakan rangkaian dari pembangunan Sentra Pengolahan Uang (SPU) yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi proses bisnis dan akuntabilitas pengelolaan uang rupiah di Indonesia.
"Proyek senilai Rp 166 miliar ini akan dikerjakan selama 240 hari kalender, dimulai sejak bulan Juni lalu dan ditargetkan selesai pada bulan Februari 2025 mendatang," jelas dia.
Dalam proyek ini, Hutama Karya mengerjakan berbagai aspek penting yang mencakup pekerjaan persiapan, pembangunan akses jalan, utilitas, hingga mechanical, electrical and plumbing.Â
Seluruh proses tersebut didukung dengan pemanfaatan digital construction seperti penerapan digital survei dengan LiDar (Light Detection and Ranging); Building Information Modelling untuk merencanakan, merancang, membangun maupun mengelola konstruksi dengan lebih efisien; penggunaan Cubicostuntuk mendapatkan kuantitas material yang akurat; hingga pengaplikasian Rebar Tying Machine sebagai alat bantu pembesian yang ergonomis.
Advertisement
Hutama Karya Komitmen Terapkan ESG di Seluruh Proyek Jalan Tol
Sebelumnya, PT Hutama Karya (Persero) menunjukkan komitmen kuat dalam menerapkan konsep Environmental, Social, and Governance (ESG) pada setiap proyek infrastruktur jalan tol yang dibangunnya.
Dari perencanaan hingga operasional, perusahaan ini memastikan bahwa dampak lingkungan, sosial, dan ekonomi dipertimbangkan secara menyeluruh.
Kajian Lingkungan yang Komprehensif
Sejak awal perencanaan, Hutama Karya konsisten melakukan kajian lingkungan untuk mengidentifikasi dan memitigasi dampak negatif terhadap biodiversitas, ekosistem, dan emisi karbon.
Selain itu, perusahaan juga berkoordinasi dengan instansi daerah seperti Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan organisasi non-pemerintah (NGO) untuk memastikan bahwa pembangunan jalan tol berjalan dengan dampak minimal terhadap lingkungan.
Desain Jalan Tol yang Ramah Lingkungan
Menurut Adjib Al Hakim, Executive Vice President (EVP) Sekretaris Perusahaan Hutama Karya, perusahaan memilih trase jalan tol yang memiliki dampak minimal terhadap lingkungan. Desain ini mencakup koridor satwa yang mengurangi fragmentasi habitat dan dilengkapi dengan utilitas penunjang.
"Hutama Karya juga bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk rehabilitasi kawasan hutan yang terdampak pembangunan," katanya, Selasa (6/8/2024).
Mitigasi Dampak pada Tahap II JTTS
Implementasi infrastruktur berkelanjutan akan diterapkan secara menyeluruh pada pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) Tahap II, yang akan menghubungkan Jambi dan Riau. Mitigasi komprehensif dilakukan dalam pengelolaan kualitas tanah dan air, pengendalian polusi udara dan kebisingan, pelestarian keanekaragaman hayati, serta pengelolaan limbah cair dan B3.
Â
Monitoring dan Evaluasi Berkelanjutan
Kajian lingkungan yang dilakukan akan dimonitoring dan dievaluasi secara berkala. Hutama Karya memastikan bahwa pembangunan jalan tol tidak akan mengorbankan ratusan hektar kawasan hutan untuk proyek JTTS ini.
Penghijauan dan Energi Terbarukan
Hutama Karya telah menanam lebih dari 160 ribu pohon di sepanjang jalan tol sejak tahun 2021. Penanaman pohon ini dilakukan di berbagai ruas tol seperti JTTS, Tol JORR Seksi S, dan Akses Tanjung Priok.
Selain itu, Rest Area Tol Pekanbaru - Bangkinang dilengkapi dengan masjid ramah lingkungan dan pengelolaan sampah menggunakan metode maggot di beberapa rest area lainnya.
Penerapan Smart Lamp
Hutama Karya juga mengedepankan penerapan energi terbarukan melalui pemasangan smart lamp yang lebih ramah lingkungan dibanding lampu konvensional. Sebanyak 3.704 smart lamp telah dipasang di JTTS dan Tol ATP.
Dengan penerapan ESG yang optimal, Hutama Karya berharap dapat mewujudkan infrastruktur tol yang berkelanjutan dari persiapan hingga operasional.
Ini adalah langkah penting untuk menjadikan JTTS sebagai Jalan Tol Hijau dan Ramah Lingkungan pada masa mendatang.
Â
Advertisement