Generasi Alpha, Gen Z dan Milenial Kuasai Kelompok Kelas Menengah

Masyarakat kelas menengah bersama kelompok penduduk menuju kelas menengah (aspiring middle class) jadi penyumbang konsumsi rumah tangga terbesar, yakni 81,49 persen.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 30 Agu 2024, 20:15 WIB
Diterbitkan 30 Agu 2024, 20:15 WIB
Pemprov DKI Akan Dukung Pencabutan Status Pandemi Covid-19
Aktivitas pekerja saat jam pulang kantor di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, Kamis (29/9/2022). Kelompok penduduk kelas menengah saat ini berjumlah sekitar 47,85 juta orang.(merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mengemukakan, kelompok kelas menengah di Indonesia saat ini didominasi oleh masyarakat yang berada di usia produktif, yakni generasi Y alias milenial, Gen Z, dan juga generasi post Gen Z atau generasi alpha.

Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan, kelompok penduduk kelas menengah saat ini berjumlah sekitar 47,85 juta orang. Sekitar 24,77 persen diantaranya merupakan generasi X, 24,6 persen milenial, dan juga 24,12 persen merupakan Gen Z.

Adapun generasi alpha memakan porsi 12,77 persen dari jumlah kelompok kelas menengah. Diikuti golongan boomers 13,62 persen, dan kelompok pre-boomers yang hanya sekitar 1,12 persen.

"Kalau kita lihat usia dari penduduk kelas menengah, sekitar 1 dari 3 penduduk kelas menengah itu merupakan generasi Z dan generasi alpha," kata Amalia dalam konferensi pers di Kantor BPS, Jakarta, Jumat (30/8/2024).

Secara kelompok, generasi alpha merupakan penduduk yang lahir di periode 2013-2024. Sementara Gen Z adalah mereka yang lahir di rentang waktu 1997-2012, milenial 1981-1996, generasi X 1965-1980, generasi boomers 1946-1964, dan pre-boombers yakni mereka kelahiran di bawah periode 1946.

Lebih lanjut, Amalia mengatakan, masyarakat kelas menengah bersama kelompok penduduk menuju kelas menengah (aspiring middle class) jadi penyumbang konsumsi rumah tangga terbesar, yakni 81,49 persen.

"Itu besar impact-nya ke konsumsi rumah tangga besar karena hampir berikan 82 persen dari total konsumsi rumah tangga. Itu kenapa kelas menengah menjadi bantalan perekonomian, jadi fast spender dan big spender, cepat ngeluarin dan senang spending," tuturnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Warga Kelas Menengah RI Turun Terus

Peningkatan Mobilitas Masyarakat di Jakarta
Suasana saat jam pulang kerja di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (3/11/2021). Kelompok penduduk kelas menengah saat ini berjumlah sekitar 47,85 juta orang. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah kelompok kelas menengah di Indonesia terus mengalami penurunan selama 5 tahun terakhir. Penyebabnya lantaran tingkat garis kemiskinan yang mengalami peningkatan.

Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengemukakan, garis kemiskinan dari tahun ke tahun berubah. Sesuai standar internasional yang diberikan oleh Bank Dunia, dimana kelas menengah merupakan kelompok orang yang pengeluarannya antara 3,5 sampai dengan 17 kali dari garis kemiskinan.

"Dengan standar garis kemiskinan ini maka di tahun 2019 kelompok yang masuk ke dalam kelas menengah adalah yang pengeluarannya sebesar Rp 1,488 juta sampai dengan Rp 7,229 juta per kapita per bulan," jelas Amalia dalam sesi konferensi pers di Kantor BPS, Jakarta, Jumat (30/8/2024).

Amalia menekankan, standar garis kemiskinan dari tahun ke tahun tentunya mengalami perubahan, dalam konteks ini meningkat sesuai dengan pola pengeluaran pada tahun tersebut.

"Di tahun 2024 yang masuk dalam kategori kelas menengah adalah kelompok masyarakat yang pengeluarannya antara Rp 2,040,262 per kapita per bulan sampai dengan Rp 9,919,844 per kapita per bulan," paparnya.


Kelas Menengah Turun Terus

Suasana Jam Pulang Kantor Pekerja di Jakarta
Sejumlah orang berjalan di trotoar pada saat jam pulang kantor di Kawasan Sudirman, Jakarta, Senin (8/6/2020). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Menurut catatan BPS, jumlah kelas menengah terbukti terus mengalami penurunan dalam 5 tahun terakhir. Pada 2019, kelompok kelas menengah sebesar 57,33 juta orang atau sekitar 21,45 persen dari total jumlah penduduk.

BPS sendiri tidak menampilkan data proporsi kelas menengah di 2020 karena adanya pandemi Covid-19. Pandemi di tahun selanjutnya juga turut membuat jumlah penduduk kelas menengah turun, menjadi 53,83 juta orang atau sekitar 19,82 persen total penduduk.

Penurunan terus terjadi di tahun-tahun selanjutnya. Seperti di 2022, dengan jumlah populasi kelas menengah sebanyak 49,51 juta orang atau 18,06 persen total penduduk. Kembali berkurang menjadi 48,27 juta orang atau 17,44 persen total penduduk di 2023.

Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) per Maret 2024, proporsi kelas menengah tahun ini sebanyak 47,85 juta orang atau sekitar 17,13 persen.

Merujuk perhitungan terakhir, Amalia mengatakan, kelompok kelas menengah adalah mereka yang punya tingkat pengeluaran di kisaran Rp 2.040.262-9.909.844 per kapita per bulan.

"Kalau garis kemiskinan di tahun 2024 besarannya adalah Rp 582.993 per kapita per bulan. Jadi kalau yang pengeluarannya Rp 874,000 sampai dengan Rp 2,040,000 itu belum masuk kelas menengah, tetapi menuju kelas menengah atau aspiring middle class," urainya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya