Adu Kinerja Ekonomi AS di Pemerintahan Donald Trump dan Joe Biden, Siapa Lebih Baik?

Dalam kampanye presiden AS yang sedang berlangsung, pertanyaan besar adalah bagaimana kinerja ekonomi AS selama masa kepresidenan Joe Biden dibandingkan dengan Donald Trump.

oleh Satrya Bima Pramudatama diperbarui 04 Sep 2024, 21:00 WIB
Diterbitkan 04 Sep 2024, 21:00 WIB
Adu Kinerja Ekonomi AS di Pemerintahan Donald Trump dan Joe Biden, Siapa Lebih Baik?
Saat kampanye presiden Amerika Serikat (AS) yang sedang berlangsung, pertanyaan besar adalah bagaimana kinerja ekonomi AS selama masa kepresidenan Joe Biden dibandingkan dengan Donald Trump. (Brendan SMIALOWSKI/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Saat kampanye presiden Amerika Serikat (AS) yang sedang berlangsung, pertanyaan besar adalah bagaimana kinerja ekonomi AS selama masa kepresidenan Joe Biden dibandingkan dengan Donald Trump.

Selama masa kepresidanan Donald Trump, ekonomi AS menunjukkan pertumbuhan tahunan rata-rata sebesar 2,3% antara Januari 2017 dan Januari 2021. Pertumbuhan ini termasuk pemulihan dari dampak pandemi Covid-19 yang mempengaruhi ekonomi global.

Meskipun Trump sering mengklaim menciptakan "ekonomi terbesar dalam sejarah negara", data menunjukkan pertumbuhan ekonomi AS bukan yang terbaik sepanjang sejarah, dengan periode pertumbuhan yang lebih tinggi terjadi di dekade-dekade sebelumnya.

Di bawah kepemimpinan Joe Biden, pertumbuhan ekonomi AS hampir sama, dengan rata-rata 2,2% per tahun sejak ia mulai menjabat pada Januari 2021. Biden juga memimpin ekonomi melalui pemulihan pascapandemi, menjadikan AS sebagai salah satu negara dengan pemulihan ekonomi terkuat di G7.

Inflasi merupakan isu besar dalam perbandingan ini. Di bawah Trump, tingkat inflasi relatif rendah. Namun, di bawah Biden, inflasi mencapai puncaknya di angka 9,1% pada Juni 2022, sebelum akhirnya turun menjadi sekitar 3%. Kenaikan harga pada tahun-tahun awal pemerintahan Biden dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk gangguan rantai pasokan global dan lonjakan permintaan akibat pandemi.

Meskipun demikian, beberapa ekonom juga menyebut Rencana Penyelamatan Amerika senilai USD 1,9 triliun yang disahkan pada 2021 sebagai salah satu faktor yang mendorong inflasi.

Dalam hal ketenagakerjaan, pemerintahan Biden mencatat pertumbuhan lapangan kerja yang signifikan, dengan hampir 16 juta pekerjaan baru sejak Januari 2021.

Ini kontras dengan penciptaan 6,7 juta pekerjaan selama tiga tahun pertama masa jabatan Trump. Pertumbuhan pekerjaan di bawah Biden sering disebut sebagai yang tercepat dalam sejarah Amerika, meskipun sebagian besar pemulihan pekerjaan dipicu oleh peningkatan aktivitas ekonomi setelah karantina wilayah.

 

 

Kinerja Pasar Saham

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Pasar saham juga menunjukkan tren yang berbeda. Selama masa kepresidanan Trump, Indeks Dow Jones mencapai rekor tertinggi sebelum terpuruk akibat pandemi. Pasar saham kemudian pulih kembali ke level sebelum pandemi saat Trump meninggalkan jabatannya. Di bawah Biden, pasar saham terus berkembang dan mencapai rekor tertinggi baru, meskipun mengalami beberapa gejolak.

Secara keseluruhan, meskipun terdapat kesamaan dalam beberapa indikator ekonomi, perbedaan signifikan terletak pada dampak pandemi dan kebijakan ekonomi yang diambil oleh kedua presiden.

 

Tak Sia-Sia Nyebur ke Industri Kripto, Donald Trump Sukses Tarik Suara

Aset kripto memecoin bertema Donald Trump (TRUMP). (Foto: By AI)
Aset kripto memecoin bertema Donald Trump (TRUMP). (Foto: By AI)

Upaya Donald Trump untuk merayu industri mata uang kripto pada ajang Pilpres Amerika Serikat (AS) kali ini tampaknya tidak sia-sia. 

Berdasarkan hasil jajak pendapat dari Universitas Fairleigh Dickinson, ditemukan investor kripto cenderung akan memilih Trump ketimbang Wakil Presiden AS saat ini yang jadi rivalnya, Kamala Harris dalam pilpres AS 2024.  

Setengah dari seluruh responden survei kepada investor kripto mengatakan bahwa mereka berencana untuk memilih Trump. Sementara hanya 38 persen pemilik mata uang kripto yang lebih memilih Harris. 

Hasil ini berkebalikan dari jajak pendapat di luar investor kripto, di mana 53 persen dari orang yang tidak pernah memiliki kripto mendukung Harris. Sedangkan hanya 41 persen yang memilih Trump. 

"Trump telah menjangkau komunitas kripto, dan tampaknya itu membuahkan hasil. Mungkin ini dianggap tidak penting, tapi banyak orang tak menyadari seberapa luas jangkauan para pemilik kripto," kata Profesor Pemerintahan dan Politik Universitas Fairleigh Dickinson, Dan Cassino dikutip dari laman Coindesk. 

Adapun dalam hahak pendapat Fairleigh Dickinson yang diikuti lebih dari 800 responden, sekitar 15 persen diantaranya mengaku memiliki atau pernah memiliki mata uang kripto atau NFT. 

 

Jajak Pendapat

Ilustrasi Kripto atau Penambangan kripto. Foto: Freepik
Ilustrasi Kripto atau Penambangan kripto. Foto: Freepik

Jajak pendapat menemukan pemilik kripto cenderung lebih banyak laki-laki muda dan kelompok minoritas. Dengan 13 persen pemilih kulit putih mengatakan mereka pernah memiliki kripto dibandingkan dengan 17 persen pemilih kulit hitam dan 22 persen pemilih Hispanik.

Cassino mengemukakan, secara historis Partai Republik yang mengusung Donald Trump mengalami kesulitan menjangkau anak muda dan kelompok masyarakat dari kulit berwarna. 

"Dukungan untuk mata uang kripto adalah isu yang dapat menarik pemilih yang sebaliknya lebih mirip Demokrat," ujar dia. 

Untuk diketahui, industri kripto telah menghabiskan banyak uang untuk sumbangan politik pada siklus pemilihan ini. Satu studi menemukan bahwa hampir setengah dari semua sumbangan perusahaan untuk komite aksi politik (PAC) tahun ini berasal dari perusahaan kripto seperti Coinbase dan Ripple.

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya